Tahukah kamu, sekitar 1 hingga 2 remaja dari 10 remaja putri di Indonesia masih mengalami anemia? Berdasarkan data SKI 2023, prevalensi anemia untuk kelompok usia 15-24 mencapai angka 15,5%. Terkadang kondisi anemia masih sering dianggap sepele, padahal rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan masalah serius. Anemia pada remaja memiliki dampak negatif terhadap penurunan imunitas, konsentrasi belajar, hingga produktivitas. Lebih jauh lagi, anemia pada remaja putri akan menurunkan kualitas SDM generasi masa depan bangsa, mengingat bahwa mereka adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi berikutnya. Anemia akan memperbesar risiko kematian ibu, lahirnya bayi prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Julaecha, 2020)
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia di kalangan remaja ialah kurangnya asupan zat besi dan zat gizi esensial lainnya. Asupan zat besi dapat diperoleh melalui makanan kaya akan zat besi seperti daging merah dan hati, maupun melalui suplementasi zat besi. Namun, pola makan sebagian besar remaja putri cenderung mengarah ke konsumsi junk food yang kurang zat gizi esensial. Selain itu, suplemen zat besi seringkali dikonsumsi secara tidak teratur atau tidak dikonsumsi sama sekali dengan alasan mual ketika mengonsumsinya atau tidak suka dengan rasanya. Lalu, bagaimana cara sederhana untuk membantu mengatasinya? Salah satu jawabannya ialah mengonsumsi madu (Islamiyah, 2017).
Madu telah dikenal sebagai minuman alami yang sehat, kaya zat gizi dan memiliki sifat menyembuhkan. Madu diketahui mengandung mineral yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah, yaitu magnesium (Mg) dan besi (Fe). Kandungan magnesium dalam serum darah sama dengan magnesium dalam madu. Kandungan zat besi yang dimiliki oleh madu juga dapat meningkatkan kadar eritrosit dalam darah yang dapat meningkatkan produksi hemoglobin. Di samping itu, madu juga mengandung vitamin E, C, B1, B6 dan B12 (Damayanti et al., 2021; Ulhaq & Riyanti, 2023).
Sebuah penelitian yang dilakukan pada remaja putri usia 14-16 tahun di salah satu SMKN di Lampung menunjukkan bahwa responden yang rutin mengonsumsi madu sebanyak 3 sdm atau 30gr per hari selama seminggu mengalami peningkatan kadar hemoglobin. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan pada remaja putri usia 16-19 tahun di salah satu pondok pesantren di Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap responden yang diberikan madu dan tablet Fe dengan responden yang hanya diberikan tablet Fe, sehingga dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi madu dan tablet Fe secara bersamaan lebih efektif menaikkan kadar hemoglobin dalam darah (Damayanti et al., 2021; Ulhaq & Riyanti, 2023).
Sekarang saatnya kita lebih peduli pada kesehatan, khususnya remaja putri yang tergolong dalam kelompok rentan mengalami anemia. Madu dapat dijadikan sebagai alternatif suplemen herbal untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan mencegah anemia. Upaya pencegahan ini bukan hanya untuk menyehatkan diri, namun juga sebagai investasi masa depan. Dengan langkah kecil tersebut, kita bisa menciptakan generasi muda yang lebih kuat dan cerdas.
Sumber:
Damayanti, D. F., Astuti, W., Wati, E., & Marsita, E. (2021). EFEKTIVITAS MADU DAN TABLET Fe SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN. Journal of Nutrition College, 10(2), 93--99. https://doi.org/10.14710/jnc.v10i2.29144
Islamiyah, N. (2017). Pengaruh Madu Terhadap Kadar Hemoglobin Remaja Putri Kelas X Yang Mengalami Anemia. Naskah Publikasi, 1--12.
Julaecha, J. (2020). Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 2(2), 109.