Kalau kita ngomongin tokoh kemerdekaan Indonesia, biasanya pikiran kita langsung ke nama-nama besar seperti Soekarno, Hatta, atau Sjahrir. Tapi, di balik itu ada juga sosok lain yang perannya nggak kalah penting, meski jarang disebut di buku sejarah. Salah satunya adalah Abikoesno Tjokrosoejoso. Beliau ini bukan cuma arsitek, tapi juga pemimpin Islam, anggota Panitia Sembilan, dan bahkan Menteri Perhubungan pertama Republik Indonesia.
Uniknya, walaupun jasanya besar, nggak semua anak muda sekarang kenal siapa beliau. Padahal kalau kita kepoin lewat Wikipedia, YouTube, atau artikel sejarah, kisah hidupnya menarik banget: seorang arsitek yang akhirnya ikut merancang dasar sebuah negara.
Dari Ponorogo ke Dunia Politik
Abikoesno lahir di Jetis, Ponorogo, 15 Juni 1897. Ia berasal dari keluarga religius, dan kakaknya---Oemar Said Tjokroaminoto---jauh lebih dulu dikenal luas sebagai pemimpin Sarekat Islam. Oemar bahkan dijuluki "Guru Bangsa" karena pernah mendidik tokoh-tokoh besar, termasuk Soekarno (Wikipedia, 2025).
Sejak muda, Abikoesno lebih fokus ke arsitektur. Ia sekolah di Koningin Emma School Surabaya, lalu belajar desain bangunan lewat kursus jarak jauh. Tahun 1925, ia sudah diakui sebagai arsitek (Kompas.com, 2021). Tapi setelah kakaknya meninggal, jalan hidupnya berubah---ia mulai serius terjun ke politik.
Meneruskan Jejak Sarekat Islam
Selepas kepergian Oemar, Abikoesno melanjutkan perjuangan di Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Historia.id (2019) menulis, ia berusaha menjaga agar partai tetap berjuang untuk kepentingan umat Islam, tapi tetap berpijak pada semangat kebangsaan.
Nggak cuma di PSII, ia juga aktif di Gabungan Politik Indonesia (GAPI), sebuah koalisi lintas partai yang menuntut kemerdekaan. Dari sini kelihatan kalau Abikoesno bukan tipe politisi yang cuma mikirin kelompoknya sendiri. Ia mau bekerja sama dengan siapa pun demi tujuan nasional (Detik.com, 2020).
Peran di Panitia Sembilan
Tahun 1945 jadi titik penting. Abikoesno masuk sebagai anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan, tim kecil yang merumuskan Piagam Jakarta---dokumen yang jadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945.