Mohon tunggu...
Gesthi Heraida
Gesthi Heraida Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Young Writer" Blog : http://www.gesthishan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Ketidaksempurnaannya

13 Mei 2012   04:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:22 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

mungkin aku mengatakan aku percaya pada cinta, ya hanya sekilas. tapi disisi lain aku tak mempercayainya. aku hanya menangis, ketika seluruh ketidaksempurnaanku kini selalu menjadi alasan pertengkaran dan tangisan ini. mungkinkah aku hanya menyakitinya?. mungkinkah juga dia selalu lelah denganku?.

aku tak tau. aku tak mengerti. aku hanya ingin pergi. darinya yang selalu mengatakan seolah aku benar benar tak pantas dipertahankan dengan segala kekuranganku.
apa ini penyesalan?. Tidak. "karna aku tak menyesal mencintainya, aku hanya menyesal mengapa aku mendekatinya dan mengatakan aku cinta padanya"
----------
"kenapa kak?. kenapa kakak harus gini ke aku. kenapa?. apa salah aku.. tolong ngomong 1 kal...." tut tut tut tut tut tut .. telepon itu mati. aku ditinggalkan oleh orang yang bukan kekasihku. oleh orang yang kuhargai sebagai seorang kakak. oleh orang yang menghancurkan hidupku kemarin.
aku menangis dan mengurung diri dikamar. seperti ini kah hidup yang harus kutanggung dengan segala ketidak tahuanku. dia menyentuhku tanpa mengerti apa itu. Tanpa mengerti, ia benar benar mengakhiri hidupku. Hanya tersisa beribu-ribu kertas putih dan pena, bukan pria, yang mungkin akan tetap menganggap aku benar benar wanita.

"Aku bukan seorang wanita yang utuh lagi. yang mungkin masih pantas dicintai. yang mempunyai mimpi. semua hilang lenyap tanpa asap." Aku corehkan 1 kalimat yang amat menyedihkan itu pada selembar kertas diantara ribuan yang tersusun dalam buku diaryku, Ya, yang awalnya hanya selembar kertas putih, kini telah tergores banyak tinta hingga tak lagi suci. sama sepertiku kini. Bedanya, kertas itu semakin berharga, tapi aku semakin hina.

"Aku bukan lagi seorang wanita yang akan mempunyai rasa percaya diri. rasa mencintai. mungkin punya, namun hanya tidak berani. ya, aku tak akan mungkin berani untuk mencintai lagi, kelak. " Airmataku terurai. semakin deras, namun tak sesejuk air terjun. rasanya sakit dan perih terasa dalam hati. terus terisak, hingga tak ku temui lagi dunia nyata. rasa kantuk datang, membuatku memejamkan mata dengan goresan luka yang amat dalam. amat dalam. amat amat sangat dalam. hingga dalam mimpipun aku merasakannya.

----------

"Bukan masa lalu kamu. aku gak pernah melihat itu." Katanya. Tangannya menggenggam tanganku. Sorot matanya tajam. Tapi aku hanya diam, tak mampu berkata kata hanya menangis mengeluarkan airmata. Aku menyayanginya, tapi apa dia benar menerimaku apa adanya?.

"Aku minta maaf, sayang. Tapi kamu harus percaya, pertengkaran seperti apapun, kesalahan seperti apapun, semua bukan karna masa lalu kamu. mungkin itu hanya kekhilafanku saja." Lanjutnya tanpa melepaskan pandangannya padaku. Tapi aku menoleh, bukan aku tidak percaya. Aku sangat ingin percaya.

"Bagiku, kamu seorang wanita yang aku hargai. aku hormati. yang harus aku lindungi. rasa sayang dan cintaku terlepas semua kekuranganmu. kamu, wanita yang aku sayangi dan aku cintai." singkatnya lagi. aku tak mampu lagi menahan airmata yang terus saja mendesakku untuk pasrah. aku memeluk tubuhnya cepat, dengan erat tanpa sedikit saja ku berikan celah untuk dia melepasnya. aku menangis di pundaknya, dibalik tubuhnya. aku malu, dia saja masih mencintaiku, lalu mengapa aku amat membenci diriku sendiri. pertengkaran ataupun sejenisnya, mungkin hanya bumbu bumbu dalam hubungan yang akan menjadi cobaan untuk mempertahankannya. Tangannya memelukku juga, hingga ketenangan menguasai emosiku. Bolehkah kini aku berubah?. aku percaya cinta itu ada, dan buta. buta akan setiap hal yang hina.

"Jangan tinggalin aku." bisikku padanya.

"Tidak akan. sebelum perasaan kita yang memisahkan kita. percayalah, aku mencintaimu apa adanya." ia menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya. sangat terdengar olehku, karena dia bicara tepat di telingaku. "Aku pacaran, dengan kamu yang sekarang, bukan kamu yang dulu".

----------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun