Mohon tunggu...
Ges Saleh
Ges Saleh Mohon Tunggu... Buruh - Menulis supaya tetap waras

Bercerita untuk menasihati diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Perkara Bebek

28 Agustus 2020   14:56 Diperbarui: 28 Agustus 2020   15:11 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Pile kalut. 500 ekor bibit bebek yang dipercayakan padanya berkurang secara drastis. Bukan mati, bebek-bebek itu hilang hampir 100 ekor. Raib begitu saja tanpa meninggalkan bangkai. Pemilik modal yang sekaligus bos si Pile di kantor, geram. Si bos menuduh si Pile menjual bebek-bebek yang masih kecil itu ke peternak lain. Bukan apa-apa, bibit bebek yang dibeli si bos dari pulau Jawa itu diakui bukan bebek sembarangan. Bebek khusus yang telah dimodifikasi secara genetik memalui perkawinan silang bebek-bebek pilihan selama tiga belas generasi. Bebek hibrida, kata si bos.

Membuat peternakan bebek adalah ide si bos saat berak di WC kantor yang terkenal angker. Si Pile yang menjabat sebagai sopir si bos, ditawari untuk membangun peternakan di lahan miliknya sekaligus yang mengurusi bebek-bebek itu nanti. Tanpa pikir-pikir lagi, si Pile mengiyakan tawaran si bos. Menurutnya itu adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu untuk mengubah nasib.

Si Pile mengajak pamannya bekerja sama. Keuntungan dibagi secara proposional, atur si Pile. Pamannya yang seorang pekerja serabutan, senang-senang saja saat ditawari si Pile mengurus peternakan. Dengan pekerjaan ini, istrinya pasti tidak akan cerewet lagi menyuruhnya mencari pekerjaan tetap.

Kolam ikan mujair warisan orang tua si Pile disulap menjadi kandang raksasa. Semak belukar dan tanaman liar yang merambat tak beraturan dipangkas habis. Maklum, kolam itu tidak lagi diurus si Pile sejak dirinya jadi sopir kantor setahun lalu. Bilah-bilah bambu disusun mengelilingi area kolam. Bilik-bilik kecil dibuat untuk bebek-bebek berteduh. Di pojokan, dibangun saung sederhana untuk orang yang menjaga. Semua biaya ditanggung si bos.  

Belakangan pilihan si Pile menerima tawaran si bos menjadi bumerang. Kegagalannya menjaga bebek-bebek itu membuat kejujurannya dipertanyakan. Bukan hanya oleh si bos, tetapi pegawai lain yang tahu perihal kerja samanya dengan si bos. Si bos mengancam, jika bebek-bebek itu masih saja hilang, ia akan menyuruh orang lain untuk menernak bebek-bebek itu. Si Pile tidak rela jika tiketnya untuk mengubah nasib diserahkan ke orang lain. Khayalannya jadi orang sukses sudah kelewat tinggi untuk dibiarkan gagal.

Si Pile dan pamannya berdiskusi panjang. Mereka akhirnya sampai pada kesimpulan, bebek-bebek itu dimaling. Memang pagar yang mengarah ke arah lembah agak pendek. "Si maling pasti lewat situ!" tebak si Pile. Pamannya mengiyakan.

Si Pile merombak pagar peternakan, memasang beberapa titik lampu, dan membeli senapan. Semua biaya tidak lagi ditanggung si bos. Si Pile harus rela  menggunakan tabungan untuknya menggelar pesta perkawinan. Tidak hanya itu, si Pile juga memutuskan untuk tidur di peternakan setiap malam. Berbekal parang dan senapan yang baru dibelinya. Si Pile akan melewati malam-malam bersama bebek-bebek asuhannya. Kalau beruntung, ia bisa melobangi badan si maling yang sudah membuat hidupnya susah.

Usaha si Pile menghalau maling, tidak berhasil. Bebek-bebeknya terus berkurang. Jumlahnya kini sudah kurang dari seratus ekor. Si bos kecewa dengan kerja si Pile. Sisa bebek-bebek di peternakan, dibagi secara cuma-cuma ke orang-orang. Si Pile tidak dibagi satu pun. Menurut si bos, si Pile sudah kelewat banyak mengambil yang bukan haknya.

Di kantor, si Pile dikucilkan oleh para pegawai dan rekan sopirnya. Tidak ada lagi orang yang mempercayakan apa pun pada si Pile. Ia tidak bisa membela diri. Tidak ada satu pun bukti yang bisa meringankannya. Seandainya bebek-bebek itu mati dan tersisa bangkainya, mungkin lebih baik. Dia hanya akan dicap tidak becus mengurus bebek, bukan seorang pengkhianat.

Rasa penasaran si Pile sampai sudah ke ubun-ubun. Ia akhirnya memutuskan bertanya pada orang pintar. Ia ingin tahu siapa malingnya. Orang yang sudah menyengsarakan hidupnya. Membuatnya dimusuhi orang  satu kantor, dan menghabiskan tabungan kawinnya. "Malingnya orang dekat," cuma itu yang dikatakan si orang pintar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun