Mohon tunggu...
Gelora Nusantara
Gelora Nusantara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Interested in politics, Immigration and Multiculturalism.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sungai Sampah: Perlu Dikembangkan

9 Februari 2016   22:57 Diperbarui: 9 Februari 2016   23:23 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman sore tadi menunjukkan kegusaran hatinya tentang fakta yang ditemuinya di google search. Ia berkata bahwa ia sangat sedih ketika ia iseng mencari dengan kata kunci “jakarta river” maka hasilnya adalah puluhan gambar sungai yang penuh dengan sampah, terpolusi dengan sangat dahsyatnya hingga yang terlihat hanyalah sampah.

Eksperimennya ia lanjutkan dengan kata kunci “Kuala Lumpur river”, dan hasilnya adalah puluhan gambar sungai yang bersih. Begitu juga dengan kata kunci “Phnom Penh river” dan beberapa kata kunci dari ibu kota beberapa negara ASEAN. Semuanya yang muncul adalah gambar sungai yang indah, bukan seperti gambar yang muncul dari pencarian dengan kata kunci Jakarta river.

Lalu ia bertanya: mengapa Sungai di Jakarta tidak bisa sebersih di negara lain? Apa memang kenyataannya sungai di negara lain itu memang lebih bersih dari pada sungai di Indonesia? Apapun itu google search pasti menampilkan pada halaman pertama hasil pencariannya apa yang paling populer atau yang paling lazim yang terkait dengan kata kunci yang di input. Berarti dapat disimpulkan sungai di jakarta memang saat ini identik dengan sampah.

Diskusi berlanjut pada topik bagaimana agar image ini bisa berubah. Kesimpulannya adalah harus merubah budaya buang sampah sembarangan yang saat ini masih menjadi penyakit masyarakat Indonesia. Walaupun ada juga yang berguyon bahwa masyarakat tidak buang sampah sembarangan, tapi telah membuang sampah pada satu-satunya tempat sampah yang terjangkau bagi mereka yaitu di sungai. Mungkin banyak orang masih berpikir sungai adalah tempat sampah yang paling efisien. Karena aliran air akan dengan mudahnya mengangkut sampah ketimbang tukang sampah atau truk sampah.

Kecepatan air menghanyutkan sampah dalam jumlah yang banyak mungkin perlu diteliti efisiensinya dibanding dengan truk-truk pengangkut sampah. Jika memang lebih efisien, mungkin kedepan perlu dicari teknologi pengangkutan sampah yang menggunakan tenaga aliran air, mungkin dengan menggunakan atau membangun pipa saluran air kotor raksasa dibawah tanah dengan memberdayakan hukum aliran air. Tentunya hal ini akan berdampak pada penempatan instalasi pemrosesan sampah di dataran yang lebih rendah atau ke arah hilir sungai, dan berbagai perhitungan teknologi dan ekonomi.

Sungai sampah: sungai buatan dalam tanah yang dikhususkan untuk mengalirkan sampah dari berbagai penjuru kota ke suatu instalasi pengolahan sampah. Mungkin perlu teknologi yang tidak murah untuk menduplikasi kuatnya aliran air sungai alami untuk mengangkut sampah yang jumlahnya juga tidak sedikit. Tetapi tidak ada salahnya juga untuk diteliti feasibility-nya…

Jika memang orang indonesia susah berubah dari kebiasaannya membuang sampah ke sungai, nggak ada salahnyakan difasilitasi ‘hobinya’ itu dengan pembuatan sungai buatan khusus untuk tempat pembuangan sampah… hehehe

Tapi kembali, tetap, aliran sungai alami yang penuh sampah merupakan sesuatu yang tidak baik dan pada akhirnya bisa merugikan masyarakat diberbagai aspek kehidupan. Semoga orang indonesia tidak sekedar perhitungan untung dan rugi secara pribadi dalam melakukan hal-hal yang pada akhirnya berdampak kelestarian lingkungan dan lebih mau berkorban demi menjada kelestarian lingkungan, kelestarian bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun