Mohon tunggu...
Arif Utama
Arif Utama Mohon Tunggu... Ilustrator - Penulis

Penggambar dan penulis. Suka mendengar.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Berkat BCA Mobile, Hilang Panik Hilang Kartu Debit

21 Oktober 2019   09:09 Diperbarui: 21 Oktober 2019   09:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Transaksi di ATM (Unsplash)

Dido terlihat panik pada Minggu malam itu. Aku dan dia jalan bersama teman-teman yang lain untuk makan malam mewah. Jika mengacu rencana awal, sesi nikmat ini disponsori oleh Dido. Alias, ditraktir.

Masalahnya, ketika tagihan datang, kartu debitnya hilang. Setiap saku dompet, celana, kemeja, dan jaket sudah dijamah tangannya. Hasilnya? Tidak ketemu. Sebagai informasi tambahan, aku sempat mengintip isi dompet Dido dan tak terlihat satu kertas uang pun di dalamnya.

"Tenang... coba ingat-ingat lagi. Mungkin tertinggal di kamar," kataku kepada Dido. Dalam situasi seperti ini, ya, sudah, terpaksa aku dan teman-teman yang lain patungan. Setelahnya, kami meninggalkan restoran, masuk ke dalam mobilku, dan Dido masih tetap tak bisa berpikir jernih.

"Gimana, nih, besok harus dinas ke luar kota lagi. Tiga hari pula di sana." Firasatku sudah tak enak mendengar ucapan Dido ini. Siap-siap. Satu. Dua. Tiga. "Andi, kamu, kan, temanku yang paling dekat. Sahabat, best friend. Pinjam duit, he he. 'Kan aku gak sempat kalau mau urus kehilangan ATM."

Benar saja. Aku menatapnya, dan mengangguk dengan wajah datar. Padahal hatiku menangis.

Yah.... mau bagaimana lagi? Inilah risiko jadi orang yang gak tegaan.

Aku tanya dia mau pinjam berapa, dan dia dengan mantap bilang 1,5 juta rupiah. Aku setuju, asal memang tak ada kartu debit Dido di kamarnya.

Aduh, duit lagi duit lagi. (Unsplash)
Aduh, duit lagi duit lagi. (Unsplash)
Setelah mengantar teman-teman, aku menuju kostan Dido. Aku sempat membantunya mencari dan tak menemukan kartu kecil itu di kamarnya. Pada akhirnya, aku dan dia menuju gerai ATM terdekat. Tak lama, uang sejumlah sekian sudah kuberikan kepadanya. Setelahnya aku mengantarnya pulang, mengomelinya sedikit, kemudian berpamitan.

Dalam perjalanan pulang, aku sempat kepikiran Dido. Tepatnya, soal kebiasaan Dido kehilangan barang-barang yang wujudnya kecil. Dulu, ketika kuliah, dompetnya sempat hilang. Bukan sekali, bukan dua kali, tetapi lima kali. Ajaibnya, dompetnya selalu kembali.

Tetapi, Dewi Fortuna tak bisa terus-terusan berada di pihakmu, kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun