Mohon tunggu...
Alda Gemellia Munawwaroh
Alda Gemellia Munawwaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - member of Islamic Association of University Students

Math Education 2018

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aktualisasi Pendidikan Karakter di Era Pandemi

2 April 2021   10:25 Diperbarui: 2 April 2021   10:29 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Pedagogie” dengan akar kata “pais” dan “again”, memiliki makna “anak” dan “membimbing.” Jadi, pedagogie yakni suatu bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “education” yang berasal dari bahasa Yunani “educare.” Memiliki arti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar dapat tumbuh dan berkembang.

Dari penjabaran pengertian tersebut, dapat digaris bawahi bahwasanya  pendidikan merupakan suatu kesatuan proses membimbing, mengasah, dan mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang hingga perwujudannya nampak sebagai bentuk nyata dalam kehidupannya. Oleh karenanya, setiap manusia tidak mungkin terlepas dari berbagai macam bentuk pendidikan. Bahkan dalam proses penciptaannya pun manusia telah melalui proses pendidikan langsung dari Tuhannya, yang kemudian disebut pendidikan primordial. Hasilnya, secara naluri atau berdasarkan fitrahnya, manusia dapat membedakan antara baik dan buruk suatu hal.

Selain berbekal fitrah dan juga akal, manusia juga dibekali wujud yang bertolak-belakang dari akal yakni nafsu. Dengan bekal-bekal inilah, manusia dibebankan tugas dan tanggungjawab sebagai khalifatul fil ardh atau khalifah di muka bumi. Tanggungjawab yang bukan sekedar memimpin, tetapi juga mengelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kemungkaran serta kefasikan di bumi. Namun, manusia juga dihadapkan pada sebuah tantangan besar yang hanya bisa dipecahkan oleh tiap individu. Yakni tantangan tentang bagaimana caranya menyeimbangkan antara akal dan nafsu. Karena saat nafsu mengalahkan akal, maka kefasikan itulah yang akan terjadi.

Maka dari itu sebuah pendidikan pun diperlukan sebagai gate (pagar) pembatas antara dominasi akal dan nafsu. Pendidikan yang dimaksudkan ialah penddikan karakter. Tujuan utama dari pendidikan karakter ialah agar seseorang benar-benar dapat mengenal dan memformulasikan kepribadian untuk kemudian direalisasikan dalam wujud nyata sebuah perilaku atau perbuatan. Dengan demikian, pendidikan karakter akan lebih efisien jika diajarkan dan diterapkan secara langsung kepada peserta didik. Lickona dalam buku yang ditulis oleh Elmubarok (2009:110) menyatakan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (componen of good charakter) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), moral action (perbuatan moral). Ketiga komponen ini akan maksimal jika diajarkan dengan sistem pertemuan langsung, yakni seorang guru benar-benar berinteraksi langsung dengan murid-muridnya.

Penerapan pendidikan karakter ini tentu menjumpai beberapa tantangan. Salah satunya yakni situasi dunia yang tengah menghadapi pandemi Covid-19 satu tahun belakangan ini. Kondisi penyebaran dan penularan wabah yang kian meningkat membuat segala aktivitas normal menjadi beku bahkan berubah karena menyesuaikan kondisi lingkungannya. Termasuk salah satunya dalam dunia pendidikan. Di saat suatu materi seharusnya dapat dicerna dengan mudah saat pendidik dan peserta didik bertatap muka secara langsung, kini harus beradaptasi dan rela menerima kesulitan selama proses transfer materi dari pendidik ke peserta didik. Hal ini juga berdampak kepada proses pendidikan karakter itu sendiri.

Hingga saat ini belum ada metode yang pas untuk digunakan dalam rangka menanamkan dan menguatkan pendidikan karakter pada diri siswa, karena keterbatasan media yang menyebabkan tidak terpenuhinya syarat belajar karakter yaitu pertemuan tatap muka. Namun masih ada yang dapat dilakukan untuk menunjang efisiensi pendidikan karakter di era pandemi ini, yakni dengan melakukan intensifikasi pembelajaran karakter dengan cara pemberdayaan tenaga pendidik. maksudnya, dalalam satu kelas peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan satu guru sebagai pendamping masing-masing kelompok. Sehingga proses transfer karakter dapat berlangsung lebih efisien meski diterapkan secara dalam jaringan (daring).

Akan tetapi hal seperti ini juga belum bisa dilakukan secara maksimal di setiap lembaga pendidikan. Karena tidak semua sekolah memiliki jumlah tenaga pendidik yang memadai. Oleh karena itu, di masa seperti ini yang sangat bisa diandalkan untuk membantu guru dalam melaksanakan perannya ialah keberadaan aktif orang tua dalam turut serta menanamkan dan menguatkan pendidikan karakter kepada anak-anaknya di rumah. Pemahaman kesadaran akan tugas dan tanggungjawabnya terhadap pendidikan anak inilah yang perlu digencarkan kepada setiap oragtua atau walimurid. Sehingga tugas pertama yang harus diselesaikan negara ialah menanamkan kesadaran kepada setiap orangtua terutama di daerah pelosok negeri, tentang pentingnya memberikan pendidikan karakter bagi setiap anak di rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun