Mohon tunggu...
Gema Octoyudha
Gema Octoyudha Mohon Tunggu... Jurnalis - biasa aja

pancasila

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sedikit Pengupas Politik Hari Ini

22 Mei 2019   17:51 Diperbarui: 22 Mei 2019   18:03 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Miris hati Indonesia melihat berita pagi ini.

Menangis, Sedih dan tidak karuan, itu yang dirasakan ketika memperhatikan Televisi Indonesia.

Bentrok masyarakat dan aparat pemerintahan terulang kembali. Kenapa bisa terjadi? Apa yang salah? Pemerintah? Atau masyarakat? atau apa?.

Mulai banyak pertanyaan yang berkeliling di otak ini.

Jika di Review  dari awal mulanya perkara, misalkan kita berangkat dari pemilihan Pilpres 2019. Sejak dimulainya pencalonan Presiden terciptalah 2 (dua) Kubu/ Kelompok yang sangat ingin memenangkan calon masing-masing, berbagai cara dilakukan oleh setiap kelompok agar pilihan mereka menjadi pimpinan negara untuk 5 (lima) tahun kedepan.

Kemudian, mulai bermunculan berita hoax terkait kedua pasangan calon, mulai bermunculan drama-drama yang menjelekan kedua pasangan calon. Tidak hanya sampai disana pemberitaan melalui media sosial, TV, Koran dll, mulai merembet kepada Polisi, TNI, BIN dan lembaga lain yang berhubungan dengan pemerintah. Selain itu, segala kejadian selalu dikaitkan dengan Pilpres yang terjadi. Bahkan sampai muncul panggilan "Kampret" dan "Cebong" untuk kedua pendukung pasangan calon Presiden.

Hari pemilihan presiden menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh pasangan calon pada saat itu. Seluruh masyarakat Indonesia euforia menyambut pesta demokrasi yang dilakukan. Indah pemandangan ketika masyarakat berpatisipasi dalam pemilihan kala itu meskipun ada sebagian orang yang belum bisa melaksanakan dan merasakan pesta tersebut.

Pengumuman pemenang berdasarkan Quick Qount oleh lembaga survey menjadi permasalahan terbesar setelah pelaksanaan perta demokrasi. Kondisi mulai memanas antar pendukung paslon, hingga berpuncak pada 22 Mei 2019 dimana hasil Real Count di umumkan dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara Pemilu 2019. Masyarakat tidak puas akan hasil yang diumumkan oleh KPU dan merasa adanya kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Sehingga masyarakat berkumpul di Jakarta untuk melaksanakan "Kedaulatan Demokrasi" dan menuntut KPU, Bawaslu dan Presiden atas ketidak puasan hasil Pemilu, pada akhirnya terjadilah bentrok antara Masyarakat dan Pihak aparat keamanan sehingga mengakibatkan kerusakan pada fasilitas yang dibangun untuk rakyat.

"Apakah ini yang disebut dari rakyat untuk dihancurkan rakyat? Sekarang siapa yang harus disalahkan?"

"Ini negara hukum apa?"

"Hukum rimba?"

Padahal Indonesia sudah memiliki hukum dalam setiap permasalahan yang terjadi di Negara ini.

"Adakah yang lebih penting dari pada kedamaian NKRI yang memiliki hidup rukun?"

"Apa?"

"Kemenangan politik?"

"atau apa?"

Perpecahan yang terjadi hingga mengakibatkan adanya korban jiwa dan keresahan terhadap sesama masyarakat Indonesia, apakah itu yang diinginkan oleh pendukung paslon saat ini?

"Bukan"

"Lantas apa?"

Seharusnya, jika pendukung paslon tidak puas dengan hasil Pemilu bisa diajukan melalui jalur "konstitusional" oleh lawan paslon. Pendukung paslon cukup memberikan pendapat.

Coba kembali ke awal lagi bahwasanya Indonesia sedang melakukan pesta Demokrasi, jika orang luar melihat pesta demokrasi Indonesia yang mudah untuk dipecah belah hanya karena berbeda pilihan, negara asing akan tertawa atas Indonesia, veteran perang yang dulu bersusah payah membuat Indonesia merdeka akan sedih melihat kondisi negara mereka pecah hanya karna segelintir masyarakat yang tidak ingin paslon nya kalah.

Bukankah lucu sekali negara +62 saat ini.

Sekarang apa yang terjadi? Pemberitaan bentrok antara masyarakat dan aparat keamanan sudah tersebar diseluruh Indonesia, banyak berita hoax melalui media sosial yang menciptakan provokasi terhadap masyarakat Indonesia yang tidak ada di lokasi kejadian. Masyarakat yang tidak ada dilokasi kejadian juga mulai ikut memviralkan atau menyebarkan berita hoax yang memecahkan negara Indonesia. Grup-grup Whatsaap penuh akan pemberitaan berita yang mereka sendiri tidak tau asal usul kebenaran informasi tersebut, Facebook, Twitter dan Instagram menjadi tempat penyebaran video maupun foto yang paling cepat diakses oleh masyarakat.

Sungguh lucu negeri ini, Negeri kaya, Negeri yang besar, bangsa yang kuat tetapi mudah sekali di Provokasi oleh kelompok yang tidak tau asal usulnya.

Akan tetapi, Bukan hanya sampai disana kebingungan masyarakat yang terus mengikuti permaslahan politik saat ini. Karena, sebenarnya sejak di umumkan hasil Pemilu pasangan calon 02 sudah menyampaikan melalui media bahwa akan menempuh jalur konstitusional guna mengusut kembali hasil pemilu yang di umumkan KPU serta akan membawa seluruh bukti kecurangan yang ditemukan.

"Lah, trus, kenapa masih ada yang tidak puas akan kebijakan Paslon 02?"

Berarti yang melakukan aksi kelompok pendukung mana? Kelompok yang ingin memecah belah NKRI?

Bukankah pendukung paslon harusnya mengikuti paslon yang dipilih?

Sedih melihat negeri ini, mudah di provokasi, padahal kedua pemimpin sudah akan menempuh jalur konstitusional.

Pesta demokrasi kita sedang diganggu kelompok tertentu, lantas masih kita ingin di provokasi? Lantas masih kita ingin di pecah belah? Lantas masih kita ingin di adu domba?

"Sebagai rakyat Indonesia saya bangsa yang satu, bangsa Indonesia, bahasa yang satu, bahasa Indonesia, negara yang satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia"

Tidak ada yang dapat memecah belah saya sebagai masyarakat Indonesia. Indonesia itu damai, Indonesia itu kuat, Indonesia itu bukan negara yang mudah di adu domba.

Mulai saat ini masyarakat Indonesia harusnya melihat fakta yang terjadi bukah sekedar berita di media sosial, bukah berita di televisi, ini negara hukum dengan UU yang sudah di ciptakan, bukan negara hukum rimba yang kuat yang menang.

#DAMAILAHINDONESIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun