Mohon tunggu...
gemogibran
gemogibran Mohon Tunggu... Penulis - Pendengar dan Penanya

Pecinta musik. Mencintai tulis-menulis. Mari bermain dengan imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masalah Itu Ada

10 Februari 2023   06:22 Diperbarui: 10 Februari 2023   06:43 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh bannerhealth.com

"Aku lelah menjadi diriku. Ataukah aku harus beruntung dengan hidup yang aku miliki sekarang?" 

Rasanya-rasanya setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Ada yang menyadari, ada pula yang tidak atau bahkan ada yang istilahnya "denial". Ada yang tetap bersyukur karena meski dihadapkan dengan masalah, mereka memiliki support system atau "circle" yang sehat. Ada pula yang mengeluh, terpuruk dan tersungkur karena mereka tidak bisa atau belum bisa menghadapinya. Bisa jadi orang-orang seperti ini belum tahu bagaimana menyelesaikan dan tidak (belum) memiliki support system yang bagus. 

Selalu menyakitkan ketika ada yang mengatakan, misalnya, "Kamu seharusnya beruntung bisa jadi seorang profesor, punya harta melimpah. Lah, aku cuma lulusan S1 dengan IPK 1 koma sekian". Orang yang berkata demikian mungkin tidak tahu bahwa si profesor ini (bisa jadi) memiliki beban mental dan trauma masa lalu begitu besar yang terbawa hingga saat ini. Mungkin, meskipun dia sudah menjadi profesor, ia tetap tak mendapatkan penghargaan yang seharusnya ia dapatkan dari orang tuanya alias dia tetap tak dihargai oleh orang tuanya. Bukankah itu sangat menyakitkan? Pula (mungkin) menjadi profesor sejatinya bukan apa yang ia impikan. Bisa jadi ia sebenarnya bermimpi menjadi seorang atlet bulu tangkis atau desainer  Demikianlah yang membuat si profesor ini tetap memiliki masalah atau beban mental atau trauma. Tiada yang tahu. 


Di atas hanya satu contoh dari sekian banyak kasus. Orang (orang) itu memiliki posisi yang mungkin kita inginkan. Namun dalam kenyataannya, mereka menyembunyikan sebegitu banyak beban dan masalah pribadi yang tak pernah kita tahu. Apa yang kita katakan beruntung, sebenarnya hal itu tidak mereka inginkan karena itu bukanlah mimpi mereka, demikian pula dengan masalah yang mereka hadapi. Tak semudah itu kata "Kamu harus bersyukur" dan "kamu beruntung" diucapkan kepada orang lain. 

Trauma bisa menjadikan siapa orang yang kita lihat sekarang. Tak pula kita bisa mengatakan bahwa mereka lemah karena kalah dari trauma. Tapi dengan memilih untuk tetap hidup hingga saat ini saja, sudah membuktikan bahwa mereka merupakan orang yang (sangat) kuat. Karena trauma, mereka tak bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Dan banyak pula yang karena trauma dan masalah, mereka justru bunuh diri. Mereka tidaklah lemah. Mereka hanya tak memiliki orang yang bisa membantunya. Atau mungkin kita tidak peka dengan orang-orang seperti itu.

Tentunya masalah tak hanya berasal dari trauma masa lalu, bisa juga datang dari sakit hati, pengkhianatan, kecelakaan dan lain sebagainya. Tak etis bila kita menghakimi mereka, misal dengan berkata, "Kamu seharusnya bersyukur. Kamu itu beruntung". Kita tak pernah tahu yang ada dalam hati mereka. Kita tak pernah tahu apa yang mereka sembunyikan. Kita tak pernah tahu yang sebenarnya mereka rasakan. Mereka (bisa jadi) menyembunyikan semua itu dalam senyum, tawa, canda, dan kata-kata halus nan memotivasi. Kita tak tahu.

Bantu mereka. Ini bukan soal mereka lebih sukses atau lebih beruntung dari kita atau kita pernah mengalami masalah yang (jauh) lebih berat, melainkan soal hati dan mental yang jauh lebih penting daripada semua itu. Coba untuk mendengar cerita mereka. Coba untuk mengerti. Terkadang mereka tak perlu nasihat atau saran dari kita. Mereka hanya perlu dan ingin didengarkan. 

Aku selalu ingin membantu orang-orang seperti itu.

***

Gemo Gibran

(Yogyakarta, 10 Februari 2023)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun