Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agamya Gamana dalam Lingkaran Dinasti Karangasem

18 Mei 2021   20:38 Diperbarui: 18 Mei 2021   20:40 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Agamya gamana dalam pengertianya yang paling sederhana adalah hubungan sexual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga yang kuat atau pasangan yang memiliki hubungan darah (incest), misalnya ayah dengan anak perempuanya, ibu dengan anak lelakinya atau antar saudara kandung


Tubuhnya terlihat segar dengan kulit yang masih basah. Taburan bunga pakis dan turi yang tertabur di tubuhnya mengelurkan aroma segar. Kilatan mentari siang menyambar rambutnya yang berbalur minyak. Sekujur badanya dibalut dengan kain berwarna putih.

Tatapanya tajam lurus ke depan. Ia duduk bersimpuh dengan bertumpu pada dua kakinya.

Ia tidak sendiri di ruangan itu, seorang laki laki memegang sebilah keris pusaka berdiri dihadapanya. Laki laki pemegang keris tidak banyak berucap. Ia hanya mematung menunggu perintah.

Seorang laki laki lainya, tergopoh gopoh menyampaikan perintah raja pada lelaki pemegang keris pusaka. Lelaki pemegang keris mengerti apa yang harus dilakukan. Dengan penuh keyakinan, ia tusukan kerisnya tepat pada ulu hati lelaki berkain putih.

Darah segar mengucur dan merembes membasahi kain. Aroma segar bunga turi dan pakis telah berganti menjadi bau amis darah.Tatapan lelaki berkain putih mulai melemah, tubuhnya dingin. Selang beberapa menit, matanya terpejam untuk selamanya.

Lelaki berkain putih itu bernama Anak Agung Made Karangasem, seorang anak dari raja Anak Agung Gde Ngurah Karangasem Mataram, sang raja Mataram ke IV.

Siang itu, pada suatu hari di bulan Juli tahun 1894, atas perintah ayahnya sendiri, ia harus merelakan nasibnya berakhir di tangan algojo. Ia dihukum mati atas tuduhan telah melakukan agamya gamana dengan keponakanya yang bernama Ayu Made Rai.

Anak Agung Made Karangasem tidak sendiri, jauh sebelum ia dihukum mati karena agamya gamana. Beberapa leluhurnya juga mengalami hal yang serupa. Meskipun tidak sampai dieksekusi mati seperti dirinya. Agamya gamana telah memberikan kehancuran bagi seseorang yang dituduh melakukanya.

I Gde Parimarta yang mengutip Eck dalam Lombok Abad XIX (2011:34) menyebutkan, pada 1827, seorang raja Karangasem Bali bernama Lanang Karangasem harus menyingkir ke Lombok karena dituduh telah melakukan agamya gamana. Akibat tuduhan itu, Lanang Karangasem harus merelakan tahtanya diduduki oleh sepupunya yang bernama I Gusti Bagus Karang.

Masih dalam tahun 1827, mengutip Prof.Dr.AA Gde Putra Agung dalam Peralihan Sistem Birokrasi dari Tradisional ke Kolonial (2009:60), menyebutkan, I Gusti Ayu Karang (Cokorda) seorang raja perempuan Karangasem Sasak, diisukan berbuat agamya gamana dengan saudaranya yang bernama Ratu Ngurah Made Karangasem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun