Ingat film Her yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix? Film yang berlatarkan dunia masa depan itu menceritakan tentang seorang pria introvert bernama Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) yang juga berprofesi sebagai penulis “surat cinta” baru saja mengalami kegagalan pernikahan. Ia kemudian memutuskan untuk membeli sebuah teknologi canggih OS bernama Samantha (Scarlett Johansson).
Samantha adalah AI super canggih yang bisa "belajar" dari informasi-informasi yang ia dapatkan. Saat Theo akan menginstal aplikasi OS tersebut di PC nya, ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya, suara pria atau wanita yang akan dipilih? bagaimana hubungan Theo dengan ibunya? Dari informasi-informasi itu Samantha bisa belajar tentang gambaran wanita ideal Theo. Dan, Samantha berhasil.
Bila kita coba berpikir ulang dan tidak membatasi diri kita dengan apa yang ada sekarang, kita telah siap untuk menyusun puzzle-puzzle ini. Menggabungkan Keping Puzzle pertama yakni DNA digital manusia yang terdiri dari data-data ekstraksi dari sosial media atau aktivitas online dan keping puzzle kedua kemajuan perkembangan AI kita bisa melihat sebuah gambaran besar: Manusia bisa saja berevolusi dengan cara yang berbeda.
DNA Digital kita dimasukan kedalam kecerdasan buatan yang bisa belajar. Secara teori, ini seperti memasukan ingatan-ingatan seseorang yang sudah meninggal ke otak orang lain yang akan jadi badan berikutnya. Inilah bentuk evolusi manusia yang berbeda, manusia yang abadi melampaui keterbatasan fisik kita, Homo immortalis.
Dengan AI sebagai otak, Homo immortalis bisa mereproduksi reaksi, pengambilan keputusan, bahkan hingga preferensi penggunaan diksi yang mirip dengan diri kalian sebelum meninggal. Mungkin saja bahkan dia bisa menyesuaikan informasi terkini dengan karakter kalian sehingga bisa memprediksi reaksi terhadap suatu fenomena apabila kalian masih hidup.
Misalnya, kalian sudah meninggal, anggap saja tahun 2017 dan 40 tahun setelahnya manusia bisa hidup di Mars. AI akan memprediksi kemungkinan-kemungkinan reaksi seperti tweet apa yang mungkin akan kalian buat, atau di kawah mana kalian akan mengupdate status path kalian, atau makanan apa yang akan kalian pesan di Mars nanti dan kalian kirimkan fotonya ke Instagram kalian.
Mungkin saja bila kalian masih hidup pada saat itu prediksi ini ternyata meleset, tapi intinya kalian punya opsi untuk tetap hidup sampai selama-lamanya. Jelas, kemampuan ini tidak hanya terbatas pada sosial media. Bayangkan sedang memainkan permainan video game The Sims, namun dengan karakterisasi yang jauh lebih dalam dari sebelumnya. Bahkan kemungkinan interaksi kalian tidak akan terbatas.
Apakah ini sains fiksi atau terobosan ilmiah? Bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H