Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

TV Off dan Tak Boleh Berkeliaran di Waktu Magrib

5 Oktober 2017   16:13 Diperbarui: 5 Oktober 2017   16:15 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah ada penundaan pada tanggal 25 September 2017, akhirnya pada hari Rabu (03/10/2017) kemaren Bupati dan Wakil Bupati terpilih (H. Muhamad Amru dan H. Said Sani) Gayo Lues resmi dilantik. Masyarakat menyambut dengan gegap gempita.

Walau pun tentu ada simpatisan Calon yang tidak terpilih merasa risih. Ya, wajarlah. Dan simpatisan yang dilantik pula tak perlu risih dengan kehadiran mereka yang lazim disebut "Penjilat", yang bejibun berdatangan. Itu pula sangat sah, karena Bupati terpilih adalah Pemimpin bersama. Maka sudah sewajarnya melupakan bekas sengolan-sengolan pada saat Kampanye dulu.

Rupanya Bupati terpilih tidak mau tenggelam terlalu lama dalam euforia---hal itu sebenarnya saya khawatirkan, karena anggapan saya Beliau terpilih dari sihiran kata-kata manis yang deras meluncur. Sehari setelah pelantikan (04/10/2017), ternyata sudah ingin membuktikan kalau beliau tidak hanya beretorika dan sudah berusaha mengamalkan Visinya: Gayo Lues yang Islami, Mandiri dan Sejahtera.

Seperti yang diwartakan Lintasgayo.co (05/10/2017), "Sambil menunggu Peraturan Bupati (Perbub) dalam waktu singkat, mulai hari ini saya intruksikan kepada seluruh masyarakat Gayo Lues, mulai saat Shalat Maghrib sampai dengan Shalat Isya tidak ada lagi lihat anak-anak berkeliaran diluar rumah dan tak ada yang menyalakan televisi," tegas beliau.

Dari situ kita bisa berasumsi, kalau Bupati Terpilih sadar betul bahwa yang 'membodohkan' masyarakat, (1) kita (orang tua) yang tidak peduli, ditambah (2) tontonan yang disiarkan televisi sangat membutakan. Hingga beliau berusaha meredam penyakit itu.

Nah, kalau magrib yang biasanya riuh akan benar-benar 'riuh' dalam hal belajar dan emak-emak harus rela tidak bisa menyaksikan Sinetron kesayangan yang tayang pada jam yang sama. Tidak perlu protes ya Mak, itu demi buah hati lo. hehe

(masih dari berita) dalam implementasinya akan diawasi oleh pihak kepolisian, TNI, dan Satpol PP, dan ditingkat Desa akan diawasi oleh Babinkantibmas dan Babinsa. Saran saya, nanti Bapak Bupati juga sesekali blusukan ke Kampung-kampung memantau keadaan.

Maka, untuk urusan Desa/Kampung, Kantibmas dan Babinsa (kalau mau benar) harus benar-benar ikhlas setiap magrib berada di Kampung binaan masing-masing, berpatroli dan mengawasi. Tak apa Pak, kalau selama ini ada warga tidak kenal sama bapak mulai nanti akan betul-betul dikenal. Hehe.

Sekali lagi saya yakin sekali, kalau Bupati Terpilih benar-benar ingin mewujudkan Visinya. Hal itu juga selaras dengan apa yang dicanangkan pemerintah pusat, orang tua harus berperan serta dalam pendidikan. Perbub itu memang sangat tepat sebagai langkah awal untuk mencapai visi yang mulia. Satu gamitan yang perlahan akan menelan tiga korban secara beriringan, begitu menurut saya. Alasannya:

Pertama, Gayo Lues yang Islami

Kita tidak perlu malu mengakui, walau pun tertempel di daerah Serambi Mekkah, pemahaman Islam masih cukup terbelakang. Para orang tua masih enggan menitip anaknya di Pesantren. Kalau pun ada saya kira tidak sampai 10% anak. Musababnya macam-macam, dari beban ekonomi bulanan, anak yang tidak mau hingga ironisnya kehidupan Pesantren yang baru-baru ini gempar---"Penganiayaan" yang dilakukan Sang Ustad.

Maka, 'Pesantrenisasi' di lingkungan keluarga merupakan langkah yang tepat. Selain karena mendidik anak untuk lebih Islami, jelas orang tua dulu yang harus jadi Islami. Tidak mungkin lah, seorang nahkoda yang akan membawa berlayar tidak paham tentang laut.

Kedua, Gayo Lues yang Mandiri.

Tentu saja dalam waktu satu jam lebih itu akan sangat banyak manfaat yang bisa diserap. Yang mana pada saat ini, khusus di Kampung saya, dalam waktu itu jarang sekali anak-anak menghabiskan waktu untuk belajar. Kalau tidak main-main diluar rumah, ya itu tadi, nonton Sinetron sama Emaknya.

Selain masalah pendidikan Agama, yang mungkin bisa membuat bosan jika terlalu lama, dan karena tidak boleh berkeliaran dan nonton Tv, bisa pula diarahkan ke pendidikan yang lain, misal pendidikan sekolah.

Dalam hal ini, Orang tua atau anggota keluarga memang harus rela menunda istirahat dari lelah nya seharian mengais reziki. Terus berproses dan selanjutnya akan tercipta sifat disiplin. Bukankah disiplin bagian dari Mandiri?

Menurut saya, untuk menjalankan Perbub ini sebaiknya adakan dulu pencerahan pada orang tua. Sebab, sedianya orang tua saat ini masih menyelam dalam 'kegelapan' ilmu, dan jika tidak nantinya akan ada kekagetan.

Ketiga, Gayo Lues yang Sejahtera

Walau pun ada juga orang yang divonis sejahtera, tidak kurang dari segala sesuatu apa pun, tidak melalui 'pendidikan' pada umumnya. Tapi nyatanya, kebanyakan orang sejahtera itu melalui pendidikan formal.

Dan lagi-lagi orang yang sejahtera tidak terlepas dari sifat disiplin, yang melahirkan kata mandiri tadi. Tidak bisa disangkal, kelak sebagai garansi orang yang mandiri adalah kehidupan yang sejahtera. Sebab ia akan disiplin mencari peluang dan bisa mandiri memecahkan segala gangguan menuju sejahtera, dan sudah akan terbiasa sejak dini menanggapi masukan dari orang lain.

Selanjutnya, adakah yang lebih nikmat dari sejahtera?

Tapi, tunggu dulu. Untuk pencapaiannya, sebenarnya saya sedikit pesimis. Sebab Gayo Lues itu luas dan menderita 'penyakit' yang parah.

Memang akan sulit.

Nah, apa akan berhasil?

Kita lihat saja nanti. Yang penting kitanya mau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun