Samudra Pasai tidak hanya penting secara ekonomi tetapi juga sebagai pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Banyak ulama dari Arab dan Persia yang singgah atau tinggal di Pasai, menjadikannya pusat keilmuan Islam.
5. Pengaruh Budaya
Sebagai pusat maritim, Pasai juga menjadi tempat pertemuan berbagai budaya. Akulturasi budaya lokal dengan Islam serta budaya dagang dari India dan Cina tercermin dalam seni, sastra, dan arsitektur Pasai.
6. Dukungan Angkatan Laut
Untuk menjaga stabilitas dan melindungi jalur perdagangannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat. Angkatan laut ini menjaga pelabuhan dan rute dagang dari ancaman bajak laut atau kerajaan lain.
Samudra Pasai, dengan kekuatannya di bidang perdagangan, agama, dan budaya, tidak hanya menjadi kekuatan maritim di Asia Tenggara tetapi juga menjadi batu loncatan bagi kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti Malaka dan Aceh yang kelak menggantikan perannya. Hal ini menegaskan posisinya sebagai poros penting dalam sejarah maritim Asia Tenggara.
DARI MEULRAH SILUE MENJADI SULTAN MALIKUSSALEH: METAMOFORSIS Â IDEOLOGI DAN IDENTITASÂ
Metamorfosis dari seorang tokoh bernama Merah Silu menjadi Sultan Malikussaleh merupakan proses yang kompleks dan menarik, terutama dalam konteks perubahan ideologis dan identitas yang terjadi pada masa itu. Perubahan ini mencerminkan dinamika sosial, politik, dan agama yang berlangsung di kawasan Nusantara, khususnya di wilayah Aceh pada abad ke-13.
1. Latar Belakang Merah Silu
Merah Silu adalah seorang pemimpin lokal yang dikenal sebelum ia memeluk Islam. Berdasarkan Hikayat Raja-Raja Pasai, ia adalah sosok yang dihormati di wilayah Samudera Pasai. Merah Silu disebut-sebut sebagai figur yang memiliki karisma, kekuatan, dan kemampuan kepemimpinan yang kuat.