Mohon tunggu...
Gaudensia Gordina
Gaudensia Gordina Mohon Tunggu... Guru

Hobi Berliterasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lebih Sekadar STNK: Memahami Tujuan Di Balik Subsidi Tepat Pertamina

25 September 2025   14:34 Diperbarui: 25 September 2025   14:34 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Suasana pagi masih diselimuti kabut tipis perkotaan. Di kompleks perumahan yang sama, Kenzo dan Dodi sudah bersiap meluncur menuju SPBU. Mereka bekerja di kantor yang sama dan harus mengisi BBM kendaraan masing-masing sebelum memulai hari.

Sudah beberapa waktu ini, Pertamina menerapkan peraturan ketat: setiap pembeli BBM wajib menunjukkan STNK kendaraan. Petugas tidak memberikan toleransi jika STNK tertinggal dengan alasan apa pun. Kenzo dan Dodi harus mengatur waktu agar cukup cepat mengantre BBM, tetapi tidak terlambat tiba di kantor.

Kenzo, setelah menstarter motornya, kembali mengecek dompet. Ia memastikan STNKnya benar-benar ada di sana. Dodi menunggu santai. "Dodi, cek lagi. Jangan sampai STNK-mu tertinggal," Kenzo mengingatkan. "Tenang saja, Kenzo. Aku sudah siap. Makanya aku menunggumu di sini," balas Dodi santai.

Mereka pun beriringan menuju SPBU. Walaupun masih pagi, antrean BBM sudah padat. Mereka segera bergabung dalam barisan yang cukup panjang. Kenzo merasa cemas. Ia takut terlambat, selain itu ia terus memeriksa STNK-nya.

Satu jam berlalu. Giliran Kenzo tiba, dan ia lega bisa mengisi kendaraan tepat waktu. Waktu menunjukkan masih ada tiga puluh menit, cukup untuk sampai di kantor.

Namun, ketenangan itu segera berubah saat giliran Dodi. Dompet Dodi tertinggal. Pikirannya kalut. Ia menarik motornya ke luar antrean, duduk, dan frustasi.

"Lain kali, cek dulu. Sekarang kita berangkat. Nanti saat pulang, kamu ikut bersamaku, daripada kamu tidak bekerja hari ini," kata Kenzo. Dodi mengangguk lesu, tubuhnya lemas. Ia meraih kunci dan menghidupkan motornya menuju kantor.

Ketika waktu pulang tiba, Kenzo membuka jok motornya, mengambil selang kecil, dan mulai membagi BBM dari tangki motornya ke motor Dodi. Ia memastikan mereka berdua bisa sampai rumah dengan selamat.

Sebuah Peraturan Melahirkan Disiplin dan Keadilan

Pengalaman hari itu menjadi pelajaran berharga bagi Kenzo dan Dodi. Setiap pagi, mereka selalu mengecek kembali STNK saat berada di depan motor. Kenzo tidak ingin hal yang sama menimpanya; ia memastikan "benda keramat" itu aman di dalam tasnya.

Sebulan berlalu, Kenzo mulai terbiasa. Ia menjadi lebih tenang saat antre BBM. Waktu yang diatur kini membentuk kebiasaan yang baik, membuatnya tiba lebih pagi di kantor. Ia sadar, suatu kebaikan memerlukan proses dan menghasilkan kebiasaan positif: Disiplin dan Keadilan.

Kebijakan pemerintah tentang penertiban pembelian BBM ini telah mengajarkan lebih dari sekadar administratif. Kenzo menyadari bahwa peraturan ini tidak hanya menumbuhkan disiplin pada dirinya, tetapi juga menegakkan keadilan. BBM bersubsidi yang biasanya dinikmati oleh pemilik kendaraan mewah, kini bisa sampai pada orang yang tepat sasaran, yaitu mereka yang kurang mampu.

Keadilan sosial tercipta, meskipun awalnya penuh kesulitan. Dari pengalaman ini, Kenzo memahami bahwa kebijakan pemerintah yang mewajibkan STNK memiliki pelajaran penting: kebijakan subsidi BBM mengarahkan masyarakat pada perubahan perilaku dan pemerataan manfaat.

Tujuan di Balik Aturan: Distribusi Subsidi yang Tepat Sasaran

Kebijakan Subsidi Tepat Pertamina yang mewajibkan identifikasi kendaraan, baik melalui STNK maupun pendaftaran, memiliki beberapa tujuan mendasar yang menyentuh ranah ekonomi, sosial, dan administratif:

  1. Mengoptimalkan Distribusi Subsidi

Pemerintah mewajibkan pembeli BBM menunjukkan STNK atau mendaftarkan kendaraan agar mengetahui jenis kendaraan yang layak menerima layanan BBM bersubsidi. Ini memastikan subsidi sampai pada kelompok masyarakat yang kurang mampu dan yang benar-benar membutuhkan, bukan dinikmati oleh pemilik kendaraan mewah yang seharusnya membeli BBM non-subsidi.

  1. Meningkatkan Efektivitas Pengawasan dengan Digitalisasi

Pendaftaran kendaraan untuk mendapatkan QR Code MyPertamina memperketat pengawasan. Proses digital ini mengurangi peluang kecurangan dan manipulasi, serta mempermudah pemerintah memantau pola konsumsi BBM di seluruh Indonesia.

  1. Menghemat Anggaran Negara

Dengan mencegah kebocoran subsidi dan salah sasaran, pemerintah dapat menghemat anggaran yang signifikan. Dana penghematan ini kemudian dapat dialokasikan untuk program pembangunan lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

  1. Mendorong Perubahan Perilaku Konsumen

Kebijakan ini menjadi pelajaran tentang tanggung jawab sosial. Masyarakat yang mampu didorong untuk beralih menggunakan BBM non-subsidi. Secara tidak langsung, peraturan ini mendorong perubahan perilaku konsumsi, menggeser pembelian dari subsidi yang tidak adil menjadi pembelian berdasarkan kemampuan ekonomi.

Penutup

Kisah Kenzo dan Dodi menunjukkan bahwa kebijakan yang pada awalnya terasa merepotkan justru menciptakan disiplin dan menegakkan keadilan sosial. Kebijakan Subsidi Tepat tidak hanya mengubah cara kita membeli BBM, tetapi juga membentuk karakter dan mendorong kesadaran kolektif tentang pentingnya subsidi yang tepat sasaran demi keadilan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun