Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Demokrat Posisikan Jokowi seperti Bima dalam Lakon "Dewa Ruci"

14 Maret 2021   13:40 Diperbarui: 14 Maret 2021   13:47 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam lakon Dewa Ruci (Sumber: sejarahbudaya.com)

"Tetapi kalau saya melihat kesan presiden, ya happy-happy saja tuh. Artinya dia kaget betul ketika tahu bahwa Pak Moeldoko ikut. Tetapi beliau tidak merasa bahwa 'ini merusak anu dan bla bla', (presiden) diam saja tuh," ungkap Menko Polhukam Mahfud MD dalam "Mata Najwa" yang ditayangkan pada 10 Maret 2021.

Pernyataan Menko Polhukam itu seolah umpan lambung cantik yang berbuah gol ke gawang Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Sontak Jokowi jadi bahan bahan olok-olok. Lewat kanal YouTube-nya, "Rocky Gerung Official", Rocky Gerung menertawai sikap Jokowi yang diungkap Mahfud MD tersebut.

"Kan kalau happy-happy artinya tidak ada ketegangan bagus juga kalau beliau happy-happy, artinya beliau nggak paham tentang arus bawah, itu sangat bagus, walaupun udah hanyut dia nggak tahu bahwa dia udah hanyut, kan," celoteh Rocky.

Posisi Jokowi dalam kemelut Partai Demokrat memang serba salah. Gegara KSP Moeldoko didapuk secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Jokowi kena getahnya. Seperti kata pepatah lama "anak polah bapa kepradah"

Bahkan, Ade Armando yang selama ini dikenal sebagai loyalis militan Istana pun bereaksi keras. Lewat akun Twitter-nya, Ia mendesak Jokowi mencopot Moeldoko dari jabatannya. 

Keserbasalahan Jokowi dalam menyikapi kemelut Partai Demokrat ini hampir-hampir mirip ketika menghadapi pencalonan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kapolri pada awal 2015 lalu. Ketika itu Jokowi yang sudah mengajukan Budi ke DPR terpaksa harus berpikir ulang lantaran KPK menetapkan sosok pilihan Jokowi itu sebagai tersangka. 

Ketika itu, setelah terjadi gonjang-ganjing, keputusan pun diambil kemudian, pencalonan Budi sebagai Kapolri dibatalkan. Selanjutnya, sebagai win-win solution, Budi Gunawan dipilih sebagai Kepala Badan Intelijen Negara.

Posisi Jokowi dalam menyikapi posisi Moeldoko pun demikian. Selaku orang nomor satu di pemerintahan, Jokowi memiliki legitimasi untuk mencopot  Moeldoko dari jabatannya selaku KSP. Tetapi, dari kacamata politik pencopotan Moeldoko pasti memiliki konsekuensinya sendiri.

Namun, Jokowi bisa saja melepaskan dirinya dari pusaran kemelut bila mantan Walikota Surakarta itu tidak memilih seperti Bima dalam lakon "Dewa Ruci".

Lakon "Dewa Ruci" menuturkan tentang perjalanan Bima dalam mencari air kehidupan atau Tirta Prawitra. Bima dikenal sebagai ksatria yang jujur, lugu, dan kuat kemauannya. Ia tidak bisa dibeli. Di samping itu Bima pun sangat patuh pada gurunya, Resi Dorna. Kepatuhan Bima pada gurunya inilah yang kemudian dijadikan pintu masuk bagi Kurawa untuk membinasakan Bima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun