Pernyataan Apindo yang disampaikan pada 2017 tersebut cocok dengan "Statistik E-Commerce 2019" yang dirilis BPS pada 2019 yang menyebutkan 80,81 persen usaha online adalah penjual/seller. Sementara total nilai transaksi pada 2019 tercatat sebesar Rp 17,21 triliun.
Impor, seperti yang diteorikan, merupakan salah satu faktor pelemah nilai tukar rupiah. Sebab, untuk membeli barang dari luar negeri, importir masih menggunakan mata uang asing. Akibatnya, dapat menekan nilai tukar rupiah. Karena semakin tinggi nilai impor semakin tinggi pula permintaan akan mata uang asing.
Karenanya, dengan "jaga jarak" dari toko online, tidak perlu sampai "me-lockdown-nya" , sejatinya masyarakat telah berpartisipasi menjaga stabilitas sistem keuangan. Â
Tetapi, perlu digarisbawahi, langkah tersebut bukan untuk mematikan apalagi sampai membangkrutkan bisnis e-commerce, melainkan mendorong pebisnis online untuk memasarkan produk-produk dalam negeri, khususnya produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Terlebih, menurut Head of Government Relationship Shopee Indonesia Radityo Triatmojo, 70 persen produk yang dijual toko online adalah fashion yang sejatinya bisa diproduksi oleh UMKM.Â
Dengan demikian, jika produk-produk dalam negeri sudah mendominasi e-commerce, maka UMKM pun dapat berkembang. pebisnis online  tetapbertumbuh, dan SSK pun terjaga. Selain itu, perkembangan UMKM ini juga dapat mengurangi angka pengangguran, termasuk korban PHK akibat pandemi Covid-19. Jadi, dengan hanya "jaga jarak" dari toko online, kita sudah "sekali dayung tiga pulau terlampaui".
Terlebih, seperti yang diinformasikan Departemen Koperasi lewat situsnya, pada 2017 jumlah UMKM di Indonesia mencapai 62.922.617 sedangkan usaha besar (UB) hanya berjumlah sebesar 5.460 unit usaha. Kasarnya, 99,9 persen unit usaha di Indonesia adalah UMKM. Karenanya, membeli produk-produk UMKM sama saja dengan menggerakkan perekonomian Indonesia.Â
Dengan membeli barang-barang produksi UMKM sama artinya dengan mengurangi impor. Akibatnya, dapat menekan permintaan akan mata uang asing yang ujung-ujungnya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Itulah yang membedakan cara masyarakat dalam menjaga SSK yang mainstream dengan yang anti-mainstream. Dan, langkah anti-mainstream tersebut berakar dari dua informasi, Pertama, 95 persen barang yang dijual dalam e-commerce adalah produk impor. Kedua, 99 persen unit usaha di Indonesia adalah UMKM.
Dan, meskipun pandemi Covid-19 sudah berakhir, langkah anti-mainstream ini harus tetap berlangsung. Sebab, tujuan utamanya adalah meningkatkan perekonomian nasional.