Mohon tunggu...
Merah Putih
Merah Putih Mohon Tunggu... -

Life is Beautiful. enjoy working, enjoy playing, enjoy writing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ademnya "Live in" di Kebun Teh Puncak

8 Desember 2009   14:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa gak ngiler tinggal menginap di rumah penduduk di kawasan perkebunan teh? Amboi ...serasa di surga. Di kanan kiri yang ada cuma pemandangan bukit-bukit berhiaskan dedaunan teh nan hijau. Kabut dingin menyelimuti ditingkahi kicauan burung merdu bersahutan. Angin bertiup sepoi-sepoi basah.

Dari Jogja berombongan satu mobil, kami tiba di Bogor. Untuk masuk ke kawasan tersebut kami harus menyebutkan nama calon tuan rumah di pos penjagaan. Setelah satpam mencatat identitas kami (maklum agak ketat karena sudah menjelang malam), kami bisa masuk ke rumah tujuan. Kebetulan saja waktu itu saya bisa menginap di tempat saudara seorang teman. Tuan rumah kami adalah seorang pegawai perkebunan lebih tepatnya pengawas pabrik pemrosesan teh. Beliau seorang yang baik dan ramah. Ckck... sampai saya heran ini orang kok selalu murah senyum ya? Apa karena tinggalnya di kawasan surgawi semacam di kawasan kebuh teh puncak ini. Saya semakin bertanya-tanya.

Kami beserta rombongan dan tentu saja teman saya tiba pada sore hari. Suasana sudah dingin-dinginnya. Bersama-sama ngobrol sana-sini di serambi. Setelah agak gelap kami bermain kartu sambil bercanda. Diiringi sebuah gitar yang kami bawa serta untuk sekedar mendendangkan lagu-lagu pop. Saat beginian enaknya ditemani yang serba hangat. Kami pun minum dan makan aneka hidangan ala warung pinggir jalan (tapi di  sini kami membuat semuanya sendiri). Kopi, Teh, Ubi Cileumbu bakar dan gorengan semuanya terasa nikmat di lidah. Malam semakin larut. Karena malas memasak makanan yang aneh-aneh, beberapa yang masih lapar memasak mie instan. Ini saja sudah sangat uenak rasanya. Suasananya cocok banget sich... Adem-adem gini. Sluurp...Setelah kenyang ada yang ketiduran yang lain lebih betah melek dan terus bermain kartu sampai tidur jug

Saat fajar mulai menyingsing, kami jalan-jalan pagi. Kemana lagi kalau bukan ke kebun teh di sekitar kami. Memang sejauh mata memandang hanya ada hijaunya teh dan teh. Kami bergerak ke bukit teh yang agak tinggi dibanding rumah yang kami tempati. Udaranya? Jangan tanya...Bila dibandingkan dengan menginap di vila jelas beda. (Apalagi dibandingkan Jakarta...hehe) Di sini jelas lebih bersih...sueger bangeet. Hmm...hirup nafas...keluar nafas benar-benar saya bisa menikmatinya. Inilah anugerah Tuhan nan tak terkira : Udara Segar. Saya benar-benar bisa merasakan Yang Ilahi. Kami serombongan pun sejenak terbengong-bengong karena saking terpukaunya dengan keindahan alam. Salah satu teman yang berkamera pun segera mengomando untuk mengabadikan kebengongan kami. Semuanya diatur berjajar menatap keelokan pucuk-pucuk daun teh.

Setelah mandi pagi dengan air yang ademnya minta ampun (menurut saya lebih adem dari air kulkas, entah berapa celcius) kami segera sarapan dan bersiap ke pabrik. Yah...ini saat yang ditunggu-tunggu. Sebenarnya saya juga penasaran : Teh-teh ini lalu diapain sih setelah dipetik sama ibu-ibu pemetik teh yang tangannya cekatan memetik teh itu? Kami pun ke pabrik. Bangunannya belanda banget...gedhe tinggi dan kokoh. Memang dulunya didirikan oleh meneer dan mevrouw dari negeri kincir angin itu. Wah ternyata pemrosesannya juga tidak semudah dibayangkan. Bahkan ada QC-nya segala. (QC=Quality control). Ada juga pencicip teh (taster). Beruntung si tuan rumah adalah orang yang punya posisi di pabrik ini sehingga beliau memerintahkan seorang stafnya (perempuan) untuk menemani kami berkeliling pabrik bahkan sampai ke dalam-dalamnya. Si mbak pun jadi guide bagi kami. Puas deh bisa tanya sana-sini.

Kunjungan pabrik selesai, kami pun kembali ke rumah yang kami inapi. Terlihat istrinya tuan rumah sedang menanam bunga-bungaan di pot. Memang tanaman ini paling doyan juga tumbuh di habitat macam ini. Sekeliling rumah pun penuh dengan bunga beraneka warna dan jenis. Saat siang hari terlihat semarak sekali diterpa mentari. Setelah puas menikmati "Live in" akhirnya kami berkemas dan berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya. Sayonara...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun