Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tantangan di Sektor Informal yang Berat dan Kadang Menyakitkan

14 September 2020   13:21 Diperbarui: 14 September 2020   15:42 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah seorang pedagang kopi keliling (Dok. Mantab via kompas.com)

Lain hari saya melewati gang itu lagi. Kali ini saya mencoba masuk ke warung tersebut untuk memastikan. Ternyata benar, penjual warung itu adalah pemilik warung langganan saya yang lama tutup. Kini warungnya jauh lebih kecil dan ia sendiri yang melayani pembeli. Warungnya menempati sepetak area sebuah rumah tinggal.  

Ia menceritakan perihal kepindahannya. Kios yang ia tempati tiba-tiba mematok harga sewa yang tinggi. Tentu saja ia tidak mampu menyewa dengan harga setinggi itu, sehingga dengan terpaksa ia harus pindah. Sayangnya ia pindah ke lokasi yang cukup jauh dari lokasi warungnya. Lokasi warung yang baru juga juga jauh dari rute saya sehari-hari.

Saya tidak tahu bagaimana kondisi warung makan ini karena saya tidak pernah mengunjunginya lagi. Mudah-mudahan bisa sukses kembali.

Kisah serupa juga terjadi pada gerobak makan kaki lima yang dijalankan oleh sepasang pasutri. Mereka menyewa sebuah lapak di sebuah rumah makan sederhana di lokasi yang sangat strategis. Gerobak kaki lima itu hanya beroperasi di pagi hari, jadi tidak mengganggu usaha rumah makan itu.

Lapak makanan mereka laris manis karena menunya enak, murah dan porsinya banyak. Hehe. Lapak itu sangat strategis karena lokasinya persis di tepi jalan yang dilalui arus kendaraan menuju tengah kota. Jadi pembelinya kebanyakan kaum urban yang sedang berangkat kerja dan mampir untuk membeli makan baik untuk sarapan atau makan siang.

Waktu pun berjalan, suatu hari lapak makanan itu berganti menjadi warung makan kecil dengan menu makanan yang sama dengan gerobak makan pasutri tersebut. Ternyata gerobak makanan langganan saya itu pindah di seberang jalan. Saya baru menyadarinya setelah beberapa hari.

Lokasi baru gerobak makanan kini berada di sisi jalan yang arusnya menuju ke luar kota. Karena gerobak makanan itu hanya berjualan di pagi hari, praktis jualannya lebih sepi dari pada sebelumnya. Sisi jalan itu lebih ramai di sore atau petang hari ketika jam pulang kantor.

Tentu saja kepindahannya mengundang rasa penasaran yang mendalam. Ternyata mereka "terusir" dari lokasi sebelumnya lantaran keluarga sang pemilik rumah makan ingin berjualan di lapak tersebut. Mungkin sang pemilik rumah makan mengamati betapa larisnya gerobak makan itu, lalu berpikir untuk berjualan di tempat itu juga dengan menu yang sama.

Ternyata malah sebaliknya, usaha warung makan kecil itu lebih sepi dari pada gerobak makanan itu. Warung makan itu pun tidak mampu bertahan dan gulung tikar. Lapak itu tetap dipakai berjualan makanan oleh sang pemilik rumah makan tetapi sudah kesekian kalinya gonta-ganti menu makanan. Sedangkan gerobak makanan yang "terusir" itu mampu bertahan dan tetap eksis hingga sekarang.

Saya pernah mendegar nasehat yang kurang lebih artinya begini, orang lain bisa meniru usaha tetapi rejeki tidak akan tertukar. Kemudian, doa orang yang teraniaya itu lebih mudah terkabul.

Silent competitor di bisnis kue rumahan
Cerita lainnya datang dari pasutri pengusaha kue rumahan. Mereka memproduksi kue sendiri lalu ditawarkan lewat media sosial dan marketplace. Awalnya pembelinya satu dua, tetapi seiring waktu produknya pun dikenal banyak orang. Cita rasa kuenya orisinil, enak, ukuran kue besar dan murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun