Mohon tunggu...
Garth Irawan
Garth Irawan Mohon Tunggu... -

Menjadi mempesona, karena memahami bahwasanya; hidup adalah take and give, keep rolling, keep flowing, and swing it on!! :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tolong...Raksasa itu Masih Mendengkur?

10 Mei 2010   17:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:17 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anda punya bakat? Maka Anda bisa survive, bakat Anda akan menjadi sesuatu yang akan menjadi nilai jual Anda kelak. Bakat hanyalah benih yang memiliki suatu potensi, benih ini perlu terus diusahakan untuk bertumbuh dan menjadi matang. Selain bakat dalam hal-hal yang sifatnya kreasi, bakat juga bisa terlihat dari karakter. Kecepatan untuk belajar mengenai suatu hal dan percepatan untuk terus bertumbuh di dalamnya adalah suatu hal yang disebut dengan bakat. Menurut Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni; kecerdasan, kreativitas, dan tanggung jawab.

Lalu, bagaimana mengenali bakat itu? Coba cermati apa yang membuat orang tertarik pada Anda, mengenali Anda atau terfokus pada Anda? Apakah Anda menjadi tempat curahan hati teman-teman? Atau mereka selalu meminta pendapat Anda soal pakaian? Nah, di sanalah bakat Anda tersimpan. Anda hanya perlu mencari kesempatan untuk mengembangkannya.

Manfaat mengenali bakat:

•Untuk mengetahui potensi diri. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita jadi tahu potensi kita dan bisa dikembangkan.

•Untuk merencanakan masa depan. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa merencanakan mengembangkannya dengan demikian juga turut merencanakan masa depan.

•Untuk menentukan tugas atau kegiatan. Dengan mengetahui bakat yang dimiliki, kita bisa memilih kegiatan apa yang akan kita lakukan sesuai dengan bakat yang kita miliki.

Bakat saja tidak cukup, perlu ada racikan tambahan yakni komitmen dan konsistensi. Jika sudah berhasil menuju puncak, maka pertanyaan selanjutnya adalah berapa lama Anda mampu bertahan disana?

Selain bakat, Anda juga perlu yang namanya keberuntungan, keberuntungan bisa di'istilahkan dengan bertemunya persiapan dan kesempatan baik, menurut Taryn Rose yang sekarang menjadi CEO dari Taryn Rose International yang bernilai U$ 28 juta; "Keberuntungan adalah kesiapan untuk menerima semua kesempatan yang datang mengetuk. Untuk itu harus dimiliki keterbukaan pikiran, ketrampilan yang sesuai dan kemampuan menggunakan seluruh indera untuk melihat kesempatan apa yang ditawarkan. Keberuntungan membuka pintu, tapi orang tetap harus melangkah masuk ke dalamnya!". Cara paling baik untuk mengembangkan keberuntungan adalah dengan mengembangkan jaringan sosial yang efektif. Mengembangkan jaringan sosial yang efektif artinya memiliki jaringan sosial yang mampu membuat Anda menjadi orang yang bisa memberi dan menerima secara positif.

Mengeksplorasi bakat dan mengusahakan keberuntungan adalah hal yang perlu terus diasah. Mampu memiliki bakat dan mampu menjual bakat tersebut adalah suatu sukacita tersendiri. Misalnya saja di Indonesia banyak pemain-pemain sepakbola yang handal, namun karena apresiasi pemerintah terhadap sepakbola sebagai suatu industri dan bisnis belum begitu dominan, maka sepakbola belum menjadi suatu areal yang menjanjikan bagi para pelakunya.

Hal sepakbola tadi menjadi salah satu contoh belum ada komunikasi dua arah yang cukup signifikan secara efektif antara para penguasa dan rakyatnya. Bandingkan kondisi kehidupan petani di Indonesia dengan di negara-negara barat. Apa yang membuat perbedaan tersebut? Lagi-lagi kembali kepada masalah pendidikan dan budaya.

Salah satu definisi konsep budaya adalah yang dikemukakan Koentjaraningrat (2002) yang mendefinisikannya sebagai seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar. Definisi tersebut mendominasi pemikiran dalam kajian-kajian budaya di Indonesia sejak tahun 70an, sejak buku ‘Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan’ diterbitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun