Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tangerang Selatan Punya Batik Etnik Sendiri

13 Oktober 2016   23:41 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelty Fariaz Kusmilianti (kiri) selaku pengrajin batik etnik Tangsel sedang menjelaskan aneka motif yang ada pada busana batik Sekar Jagat hasil produksinya. (Foto: Gapey Sandy)

Ketika dalam banyak kesempatan saya menyebut Batik Etnik Kota Tangerang Selatan (Tangsel), hampir semua yang mendengarnya rada terkejut. Mereka justru bertanya: “Memangnya ada Batik Tangsel?”

Pertanyaan seperti ini tidak aneh. Maklum, siapa mengira, Tangsel yang pada 26 November ini genap berusia delapan tahun, punya motif batik etniknya sendiri. Okelah, batik dan motifnya bisa dikreasikan, tapi pertanyaannya kemudian, Tangsel yang secara geografis berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta dan Kota Tangerang, punya motif khusus apa?

Nelty Fariaz Kusmilianti, salah seorang pengrajin batik etnik Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Nelty Fariaz Kusmilianti, salah seorang pengrajin batik etnik Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Nelty Fariaz Kusmilianti (tengah, membawa bunga) bersama seluruh model yang memperagakan busana batik etnik Tangsel yang diproduksinya. (Foto: Gapey Sandy)
Nelty Fariaz Kusmilianti (tengah, membawa bunga) bersama seluruh model yang memperagakan busana batik etnik Tangsel yang diproduksinya. (Foto: Gapey Sandy)
Rupanya, justru di sinilah tantangannya. Sejumlah pengrajin batik di Tangsel perlahan tapi pasti, terus melahirkan kearifan lokal untuk didapuk sebagai motif batik etnik kota yang dinakhodai Walikota Airin Rachmi Diany.

Salah seorang pengrajin batik etnik Tangsel adalah Nelty Fariza Kusmilianti, empunya usaha batik etnik dengan brand “Sekar Purnama” di Villa Bintaro Regency, Pondok Aren, Tangsel. “Motif batik etnik yang saya ciptakan jumlahnya sudah lebih dari seratus macam. Sebut saja misalnya motif Pesona Krakatau, Debus Jawara Banten, Kekayaan Flora, Mahkota Kerajaan Banten dan masih banyak lagi,” ujar Nelty kepada penulis di sela acara Batik Fashion Lunch bertajuk Batik Tangsel The Everlasting Heritage yang diselenggarakan Kamis, 13 Oktober kemarin, di Hotel Santika Premiere Bintaro, Tangsel.

Motif kipas pada busana batik Sekar Jagat mencerminkan salah satu benda peninggalan Kesultanan Banten. (Foto: Gapey Sandy)
Motif kipas pada busana batik Sekar Jagat mencerminkan salah satu benda peninggalan Kesultanan Banten. (Foto: Gapey Sandy)
Yang berwarna kuning inilah motif Kacang Kulit Sangrai dan terinspirasi dari pengrajin kacang sangrai di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Yang berwarna kuning inilah motif Kacang Kulit Sangrai dan terinspirasi dari pengrajin kacang sangrai di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Motif yang seperti air bergelombang itu mencerminkan Situ Gintung di Ciputat, Tangel. Yakni, bendungan yang pernah jebol pada 2009 dan banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda. (Foto: Gapey Sandy)
Motif yang seperti air bergelombang itu mencerminkan Situ Gintung di Ciputat, Tangel. Yakni, bendungan yang pernah jebol pada 2009 dan banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda. (Foto: Gapey Sandy)
Semua motif batik etnik Tangsel yang disebutkan Nelty, termasuk yang dikenakan dan ditampilkan oleh para model pria dan wanita yang sebagiannya merupakan karyawan hotel. 

“Bersama Hotel Santika ini, saya dan teman-teman pengrajin busana batik etnik Tangsel, beserta pengrajin produk tas dan handycraft yang tentu saja menggunakan batik etnik Tangsel sebagai salah satu pilihan bahan bakunya, menyelenggarakan Batik Fashion Lunch ini untuk merayakan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober kemarin. Saya gemas, karena peringatan Hari Batik Nasional khususnya di Tangsel kurang semarak,” tutur Nelty.

Menurut Nelty, motif batik etnik Tangsel tidak memiliki motif secara khusus. Hanya saja memang, selalu diusahakan untuk mengangkat kearifan budaya lokal diantaranya dengan memilih ikon flora dan fauna. “Karena di Tangsel terkenal dengan budidaya Anggrek Ungu jenis Van Douglas yang harus sama-sama kita lestarikan,” ujar perempuan kelahiran Cianjur, 8 September 1962 ini.

Salah satu batik etnik Tangsel dengan motif Debus Jawa Banten, diantaranya terdapat motif yang mencerminkan golok jawara. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu batik etnik Tangsel dengan motif Debus Jawa Banten, diantaranya terdapat motif yang mencerminkan golok jawara. (Foto: Gapey Sandy)
Secara formal, motif batik etnik Tangsel belum ditetapkan melalui Peraturan Derah (Perda). Pun begitu, Nelty bersama pengrajin batik etnik Tangsel lainnya tak mau berpangku-tangan dan menunggu. 

“Kami coba untuk mengangat potensi dan kearifan budaya lokal seperti misalnya Stasiun Sudimara di Jombang - Tangsel yang ternyata apabila dituangkan menjadi motif batik memiliki karisma yang luar biasa. Bahkan, ada juga motif Kacang Kulit Sangrai Keranggan. Seperti kita tahu, wilayah Keranggan, Kecamatan Setu, Tangsel, menjadi sentra produksi kacang kulit sangrai yang sangat masyhur,” tutur Nelty yang mengawali usaha kerajinan membatik sejak awal 2004.

Salah satu batik etnik Tangsel yang dipamerkan dengan motif Pesona Krakatau. (Foto: Gapey Sandy)
Salah satu batik etnik Tangsel yang dipamerkan dengan motif Pesona Krakatau. (Foto: Gapey Sandy)
Motif batik kacang kulit sangrai yang terinspirasi dari para pengrajin kacang sangrai di Kelurahan Keranggan, Kecamatan Setu, termasuk yang ditampilkan dalam kain batik Sekar Jagat

“Namanya juga Sekar Jagat, maka seluruh ikon budaya yang mengangkat kearifan budaya lokal termuat juga didalamnya. Seperti misalnya, motif yang gambaran tanah-tanah subur di Tangsel, motif budidaya Anggrek, dan motif geometris Al Bantani yang terinspirasi dari tokoh Banten, Al Bantani. Selain itu, ada lagi motif khas peninggalan Kesultanan Banten, motif yang mencerminkan Bendungan Situ Gintung, dan kipas yang merupakan motif peninggalan Kesultanan Banten,” urai Nelty. “Semua motif batik etnik Tangsel ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah melekat di telinga juga mata para pemakai dan pecinta batik.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun