Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Salurkan Vaksin HPV dan Hepatitis B bagi Karyawan, PT GNI Dukung Akselerasi Capaian SDGs 2030

12 Februari 2025   15:44 Diperbarui: 12 Februari 2025   15:44 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Kanker Serviks. (Sumber: freepik.com)

Kanker menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Posisinya di bawah stroke dan jantung. Data Pusat Observasi Kanker Global atau Globocan tahun 2022 menunjukkan, terdapat 408.661 kasus baru kanker dan menyebabkan 242.988 kematian.

Angka tersebut sekaligus mengakumulasikan, sejak 2017-2022, jumlah prevalensi kanker di Indonesia sebanyak 1.018.110 kasus.

Jumlah kasus baru kanker dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia 2022.(Sumber: International Agency for Research on Cancer, WHO)
Jumlah kasus baru kanker dan jumlah kematian akibat kanker di Indonesia 2022.(Sumber: International Agency for Research on Cancer, WHO)
Lantas, jenis kanker apa saja yang tercatat di Indonesia? Sebelum menjawabnya, mari kita prosentase kan dulu peningkatan jumlah kasusnya. Globocan, sebagai basis data daring yang disediakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan bahwa sejak 2008-2022, jumlah kasus kanker di Indonesia melonjak hingga mendekati 40 persen. Jenis kanker yang diderita antara kalangan pria dan perempuan berbeda.

Pada pria, tiga besar jenis kanker itu adalah paru, kolorektal (kanker usus besar), dan hati. Sedangkan untuk kalangan perempuan yakni kanker payudara, leher rahim (serviks), dan ovarium (indung telur).

Lonjakan kasus kanker di Indonesia 2008-2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes)
Lonjakan kasus kanker di Indonesia 2008-2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes)
Didorong oleh peningkatan jumlah kasus kanker di tanah air, Kementerian Kesehatan Oktober lalu meluncurkan "Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034". Antara lain menampilkan data kasus baru kanker pada kalangan laki-laki dan perempuan di Indonesia per 100.000 penduduk pada 2022.

Data ini menampakkan, kanker payudara menjadi yang tertinggi jumlah kasus barunya, disusul leher rahim, paru, kolorektal, dan hati. Selain itu, data tersebut juga menunjukkan, kanker payudara menjadi penyebab kematian terbanyak, disusul leher rahim, hati, kolorektal, dan ovarium.

Angka kejadian kasus baru kanker di Indonesia, 2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes)
Angka kejadian kasus baru kanker di Indonesia, 2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes)

Sebut saja kanker leher rahim (serviks). Data Globocan 2021 menunjukkan, terdapat 36.633 kasus kanker serviks di Indonesia. Setahun kemudian, ada peningkatan 331 kasus sehingga jumlahnya menjadi 36.964 kasus.

Penyebab kanker serviks di Indonesia beragam. Tapi 95 persen disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV). Untuk itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun menyerukan pentingnya vaksinasi HPV.

Menurutnya, kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain melakukan imunisasi menggunakan vaksin HPV dan deteksi dini kanker serviks.

Menkes menargetkan skrining dan deteksi dini mencapai 70 persen dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk wanita usia 30-50 tahun melalui mekanisme HPV DNA.

Situs halodoc menyebutkan, vaksin HPV atau imunisasi HPV merupakan jenis vaksin yang melindungi tubuh manusia dari infeksi HPV.

HPV adalah sekelompok lebih dari 200 virus, yang menyebar melalui kontak seksual langsung. Di antara ratusan jenis virus HPV itu ada yang menyebabkan kutil kelamin. Selain itu, ada banyak dari jenis HPV yang juga dapat menyebabkan kanker serviks, anal, orofaringeal, penis, vulva, dan vagina.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun merekomendasikan untuk memasukkan vaksinasi HPV dalam program imunisasi dasar. Lantaran vaksin ini membantu mencegah dan menurunkan kanker genital, khususnya kanker serviks.

Fakta ini sekaligus menegaskan komitmen pemerintah guna mencegah morbiditas, mortalitas, dan kecacatan yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dalam rangka mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.

Kegiatan vaksinasi HPV dan hepatitis B di PT GNI. (Foto: Dok. PT GNI)
Kegiatan vaksinasi HPV dan hepatitis B di PT GNI. (Foto: Dok. PT GNI)

Kiprah PT GNI

Menindaklanjuti seruan Menkes bahwa pencegahan kanker serviks dapat dilakukan melalui imunisasi menggunakan vaksin HPV dan deteksi dini kanker serviks, PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) menggelar kegiatan vaksin HPV dan vaksin Hepatitis B untuk para karyawannya.

Ini merupakan bagian tak terpisahkan dari komitmen perusahaan dalam mendukung kesehatan para karyawannya, khususnya dalam pencegahan penyakit menular. Program vaksinasi ini juga merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kesehatan jangka panjang.

Selain itu, untuk mendukung produktivitas karyawan, PT GNI juga melakukan program vaksin influenza yang berlangsung dalam tiga gelombang.

Head of Corporate Communication PT GNI Mellysa Tanoyo menyampaikan, program vaksinasi merupakan langkah perusahaan untuk mendukung kesehatan karyawan. Vaksin merupakan langkah pencegahan penyakit. Dengan tubuh sehat, produktivitas karyawan pun terbantu.

"Hal ini sejalan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja sehat dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan kontribusi ekonomi yang lebih baik," ujar Mellysa.

Ilustrasi. Kanker Serviks. (Sumber: freepik.com)
Ilustrasi. Kanker Serviks. (Sumber: freepik.com)

Pentingnya Vaksin Hepatitis B

Pemberian vaksinasi karyawan di PT GNI tak lepas kaitannya dengan upaya mencegah berkembangnya penyakit menular.

Laman geriatri.id menyebut, virus hepatitis B (Hep B) adalah virus menular yang menginfeksi hati. Hep B akut, yang biasanya berlangsung beberapa pekan, seringkali gejalanya mirip dengan flu, seperti demam dan mual.

Hep B kronis bersifat jangka panjang dan seringkali tidak memiliki gejala sama sekali, merusak organ hati dan mengakibatkan kematian.

Risiko tertular hepatitis B juga meningkat jika seseorang menderita hemofilia, penyakit ginjal tahap akhir (ESRD), diabetes, atau kondisi lain yang menurunkan resistensi terhadap infeksi.

Hepatitis B di Indonesia merupakan penyakit yang angka kasusnya cukup tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, 7,1 persen atau 18 juta penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis B. Sepuluh tahun kemudian, jumlah penderita hepatitis B berhasil dikurangi menjadi 2,4 persen atau 6,7 juta penduduk.

Dari jumlah itu, penderita hepatitis B usia balita diperkirakan ada sebanyak 22 ribu kasus infeksi. Sedangkan mortalitasnya mencapai 60.218 kematian per tahun.

Catatan khusus di tahun 2022, terdapat 50.744 ibu hamil positif hepatitis B, dan 35.757 bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis B. Endemisitas hepatitis B di Indonesia masuk kategori "sedang hingga tinggi" atau antara 2,5 hingga 10 persen. Indonesia pun menghuni peringkat pertama jumlah kasus hepatitis B terbanyak di Asia Tenggara.

Ilustrasi. Hepatitis (Sumber: shutterstock/kateryna kon)
Ilustrasi. Hepatitis (Sumber: shutterstock/kateryna kon)

Akselerasi SDGs 2030

Program vaksinasi yang  dilakukan oleh PT GNI  ini dilakukan demi mengakselerasi capaian SDGs poin 3 yaitu Good Health and Well-being (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan). Rinciannya adalah memprioritaskan kesehatan umum dan kesejahteraan masyarakat. SDG ini mencakup upaya untuk mengurangi angka kematian, mengendalikan penyebaran penyakit menular, serta meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang terjangkau.

Dan mengakselerasi SDGs poin 10 atau Reduced Inequalities (Mengurangi Kesenjangan). Dalam hal ini, mencita-citakan pengurangan kesenjangan dalam dan antara negara, serta mempromosikan inklusivitas. Fokus pada pemberdayaan kelompok-kelompok yang rentan dan pengurangan ketidaksetaraan dalam pendapatan.

Mengapa poin Kesejahteraan dan Kesenjangan menjadi penekanannya? Karena, beban penyakit kanker di Indonesia terus meningkat, dari posisi kesembilan pada 1990 menjadi posisi kedua pada 2019.

Berdasarkan "Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034" juga terungkap, dampak penyakit kanker selain kematian prematur dan morbiditas, juga menyebabkan hilangnya waktu produktif akibat ketidakmampuan atau disabilitas. Ini biasa diukur menggunakan Disability Adjusted Life Years atau DALYs. Di tahun 2021 beban kanker Indonesia diperkirakan mencapai 7,38% total DALYS dibandingkan penyakit lainnya

Kanker juga terbukti menjadi penyakit katastropik dengan perawatan yang memakan waktu dan biaya, sehingga diperlukan optimalisasi pelayanan di fasilitas kesehatan.

Diketahui, jumlah pengeluaran untuk kanker oleh BPJS Kesehatan terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, total pembiayaannya saat ini menempati posisi kedua terbesar sesudah penyakit jantung.

Hasil analisa biaya kanker menurut jenis kanker per pasien menggunakan data pembayaran BPJS Kesehatan menunjukkan standar deviasi yang cukup tinggi. Standar deviasi untuk pembiayaan kanker leher rahim atau serviks juga tidak sedikit.

Biaya kanker per pasien menurut jenis kanker pada 2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes/BPJS 2022)
Biaya kanker per pasien menurut jenis kanker pada 2022.(Sumber: Rencana Pencegahan dan Pengendalian Kanker Nasional 2024-2034, Kemenkes/BPJS 2022)
Berpijak pada data pembayaran pasien khususnya dari penderita kanker leher rahim (serviks) ini, nyata sekali urgensi bantuan berbagai kalangan, termasuk PT GNI dan PT SEI, dalam mendukung peningkatan jumlah capaian imunisasi menggunakan vaksin HPV.

ooOoo


Referensi:

https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf

https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/cEdQdm1WVXZuRXhad3FtVXduOW1WUT09/2024/10/NCCP_ISI_240927_Rencana%20Kanker%20Nasional%202024-2034.pdf

https://www.halodoc.com/kesehatan/vaksin-hpv

https://health.clevelandclinic.org/hpv-vaccine-age

https://www.geriatri.id/artikel/44/4-vaksin-penting-bagi-lansia-apa-sajakah?page=3

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun