Standar Euro bukan berarti standar untuk meningkatkan performa mesin semata, tapi lebih kepada apa dampak negatif emisi kendaraan terhadap lingkungan. Dengan begitu, penggunaan bahan bakar diharapkan mampu memperkecil kadar bahan pencemar emisi kendaraan.
Standar emisi yang diterapkan negara-negara Uni Eropa sejak 1988 adalah Euro0. Berlanjut kemudian, dengan mewajibkan Euro1 pada 1992. Lalu secara bertahap, Uni Eropa memperketat peraturan sekaligus menaikkannya menjadi Euro2 (1996), Euro3 (2000), Euro4 (2005), Euro5 (2009) dan Euro6 (2014).
Penerapan standar emisi tersebut diikuti dengan peningkatan kualitas BBM. Contohnya Euro1 mengharuskan mesin diproduksi dengan teknologi yang hanya menggunakan bensin tanpa timbal. Euro2 untuk mobil diesel harus menggunaan solar dengan kadar sulfur di bawah 500 ppm. Pengurangan lebih banyak kadar sulfur di mesin bensin dan solar diatur dalam Euro3, Euro4; dan untuk truk diesel diatur dalam Euro 5.
Ada juga standar lain, yaitu Environmental Protecton Agency (EPA) yang diterapkan oleh industri otomotif Amerika Serikat. Tapi pada praktiknya, produsen kendaraan bermotor banyak yang berkiblat pada standar Euro.
Karbon Dioksida (CO2)
Karbon Monoksida (CO)
Nitrogen Oksida (NOx) yang dapat menjadi sumber karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker.
Karbon Monoksida (CO)
Hidro Karbon (HC)
Volatile Hydro Carbon (VHC)