Makan tempe, bukan cuma digoreng sreeeeenggg … saja. Banyak produk olahan berbahan dasar tempe. Mulai dari keripik tempe, sate tempe, perkedel tempe, tempe bacem, tempe sereal, bubur tempe dan banyak lagi. Eh, ada juga yang rada-rada ‘menu café’ gitu deeeehhh, semisal cake tempe, bakpia tempe, donat tempe, pizza tempe, brownies tempe dan … eng, ing, eeeeeng … es krim tempe!
Es krim tempe? Whewwww … mungkin bukan sesuatu yang asing lagi. Inventor-nya ada tiga orang. Semuanya perempuan. Inventor berarti orang yang melakukan pekerjaan untuk mengkreasikan suatu hal yang baru untuk pertama kali. Nah, ketiga srikandi inventor Es Krim Tempe ini adalah para peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka, Agustine Susilowati, Siti Isnijah dan Teni Ernawati.
Sebagai inventor Es Krim Tempe, ketiganya sudah mengantongi hak paten untuk produk yang diteliti sejak 1999-2000. Mereka mendaftarkan hak patennya pada 2001, dan empat tahun kemudian, hak paten tersebut resmi dimiliki.
Tidak cuma itu, Es Krim Tempe berhasil dikembangkan hingga memiliki aneka rasa. Mulai dari coklat, mocca juga vanilla. Bahkan sampai ke rasa buah-buahan, kiwi, melon, strawberry, leci, pandan dan pisang ambon. Beeeuuuuhhhh … hebat ya! Tapi, entahlah bagaimana prospek usaha produk ini. Karena, taruh kata, kita berminat jadi pewaralaba Es Krim Tempe, kalau search di Google misalnya, penawaran franchise Es Krim Tempe masih minim. Paling banter ya cuma resep bagaimana membuat Es Krim Tempe. Itu pun kalau mau praktik di rumah, sudah pasti trial and error dulu.
Produk olahan tempe lainnya, pernah saya tulis di Kompasiana edisi 16 Oktober 2015, pas di Hari Pangan Sedunia XXXV. Judul tulisannya: Rayakan Hari Pangan Sedunia dengan Tempe. Didalamnya ada masakan yang dibuat ibu-ibu di PAUD Pelangi Dewi Kunti, Pamulang, Tangsel. Berbahan dasar tempe, seperti Sate Tempe, Tempe Bacem, Perkedel Tempe, dan Sarang Tempe. Kreativitas ini sengaja ditonjolkan sebagai bentuk dukungan masyarakat agar tempe diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity. Atau, warisan budaya tak benda asal Indonesia.
Bagaimana dengan Brownies Tempe? Mungkin, sudah banyak Kompasianer yang menjajal rasanya. Salah satu yang memproduksi brownies tempe ada di Malang, Jawa Timur. Merek jualannya ‘Bu Noer’. Brand ini sudah kondang kemana-mana. Produk jualannya enggak cuma brownies tempe, ada juga keripik tempe dengan aneka rasa, keripik buah, roti bekatul dan roti juwawut. Pelancong yang datang ke Malang, pasti sering menemukan produk ‘Bu Noer’ di sentra oleh-oleh.
Kemarin pagi saya sempat interlokal ke toko ‘Bu Noer’ di Jalan Cliwung II/2, Malang. Teleponnya, 0341-4701**. Yang jawab telepon, namanya Ulfah. Logat bicaranya Jawa Timur banget. Ia ngaku baru 7 bulan kerja di ‘Bu Noer’.
Menurut Ulfah, brownies tempe termasuk produk unggulan. Ada saja pembeli yang memesan. “Pokoknya, kami setiap hari selalu membuat brownies tempe. Rasanya ada macam-macam. Untuk yang coklat dan keju, harganya Rp 23 ribu. Rasa mocca, Rp 22 ribu. Brownies tempe rasa coklat misalnya, meskipun manis dan memang berwarna coklat, tapi tetap ada seperti taburan tempe crispy didalamnya,” jelas Ulfah yang sangat sabar menjawab pertanyaan saya.
Daya tahan brownies tempe cukup lama. “Bisa tahan selama 1 minggu lebih,” tukasnya. Mungkin, bisa tambah awet kalau disimpan dalam kulkas. Duuuhhhh, jadi pingin brownies tempe yang coklat yak!
Brownies tempe sebenarnya sama saja dengan jenis lain dari kue bolu. Cuma, tepung yang dipakai bukan tepung terigu, tapi tepung tempe. Jreng! “Setiap hari kami memproduksi lebih dari 20 brownies tempe. Diantara pembeli, bahkan sudah ada yang ketagihan. Selain karena memang tempe itu sehat dan menyehatkan,” kata Ulfah medok.