Mohon tunggu...
Galih Adithia
Galih Adithia Mohon Tunggu... Freelancer - Sang Petualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Leave your comment bellow !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa PDIP Tetap Kuat Walaupun Banyak yang Tidak Suka?

7 Juni 2023   15:52 Diperbarui: 10 Juni 2023   12:37 2182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dpcpdiperjuanganlamsel.id

Setiap partai memiliki ceruk masanya masing-masing. Ceruk yang paling banyak adalah ceruk masa Islam tentunya, sebagai agama mayoritas di Indonesia. Akan tetapi, ceruk masa Islam sendiri terbagi menjadi beberapa segmentasi, mulai dari yang paling kanan sampai yang paling kiri sekalipun. Biasanya, partai Islam menargetkan ceruk masa Islam yang sangat kanan, jarang ada partai yang mau mengayomi semua ceruk masa Islam ini. 

Disinilah strategi PDI-P berjalan. Sederhananya, dari zaman orba, hampir semua ceruk sudah dikuasai partai Golkar dan PPP. PDI-P hanya kebagian massa yang tidak diakomodasi oleh partai Golkar (Nasionalis dan Islam moderat, pengusaha, cendekiawan, serta TNI/ABRI dan loyalisnya) dan PPP (Islam konservatif). Kaum-kaum yang tidak terakomodasi ini, yang bisa kita sebut kaum marjinal, diakomodasi oleh PDI-P. 

Pada saat tokoh-tokoh partai Golkar terpecah menjadi pendiri beberapa partai, mulai dari Hanura, Gerindra, Nasdem, dsb., otomatis ceruk masa yang tadinya besar menjadi tersegmentasi kembali mengikuti tokoh yang mendirikan partai-partai lainnya. Begitu juga dengan PPP yang terpecah menjadi beberapa partai seperti PKS, PAN, PKB-NU (yang menjadi PKB saja akibat satu dan lain hal), dsb.

Namn PDI-P tetapbersatu kokoh, meskipun pada awalnya tidak memiliki masa yang besar dibandingkan dengan partai lainnya (Golkar dan PPP), secara rasio menjadi partai yang memiliki pendukung yang paling banyak dibandingkan dengan partai lain yang sudah terpecah-belah.

Selain daripada itu, PDI-P memiliki mesin partai yang sangat kaya akan pengalaman dan matang. Ketum PDI-P itu, tandingannya bukan SBY yang presiden dua periode, bukan Prabowo yang mantan Danjenkopassus, bukan Amien Ra'is yang mantan Ketua MPR, tapi Soeharto yang sudah memimpin Indonesia selama 3 dekade. Meskipun Megawati tidak mengalahkan Pak Harto, tapi dia bisa survive di bawah gempuran Orde Baru tanpa 'logistik' yang memadai. Sekarang, dengan kayanya pengalaman, melimpahnya logistik, matangnya mesin perang partai, siapa yang mampu mengalahkan beliau?

**Jangan lupa tinggalkan tanggapan kalian di kolom komentar ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun