Saya pagi ini bersama keluarga pergi ke pusat pemesanan dan layanan pelanggan tiket kereta api di stasiun Tugu Yogyakarta. Rencana kami mau mudik ke tempat Mbah di Purwodadi Grobogan besok pagi (3/2). Namun demikian sudah kami siapkan hari ini agar besok tidak terburu-buru.
Mudik kali ini adalah pertama kali dari Yogyakarta. Dan pertama kali juga menggunakan layanan kereta api. Padahal biasanya kalau hari biasa, kami memakai jasa layanan bus untuk ke tempat Mbah di kampung. Dari Terminal Giwangan menuju terminal Tirtonadi dilanjut bus Rela tujuan Danyang-Purwodadi. Tetapi karena anak-anak ingin coba pakai kereta, mudik kali ini saya coba menggunakan kereta api.
Melihat beberapa gedung bertingkat, hotel, lalu lalang kendaraan, dan jejeran becak terparkir rapi di pelataran Stasiun Tugu Yogyakarta. Stasiun ini cukup strategis karena berada di tengah-tengah dan dekat dengan pusat keramaian seperti jalan Malioboro dan tugu Yogyakarta. Oleh karena itu, stasiun ini tidak pernah sepi dengan calon para penumpang.
Naik bus tarif biasanya 15.000, mungkin kalau musim lebaran harganya bisa naik. Tuslah lebaran bisa mencapai kisaran 5000 an.
Belum lagi keamanan dan kenyamanan di kereta jauh lebih nyaman dibandingkan memakai bus. Perjalanan Yogyakarta ke solo biasanya banyak pengamen dan penjual asongan yang menawarkan berbagai macam dagangan. Belum lagi kemacetan dan kadang-kadang bus memiliki kebiasaan ngetem untuk menunggu beberapa penumpang. Sehingga perjalan Yogyakarta ke solo kadang bisa molor hingga 2 jam.Â
Berbeda jika dibandingkan dengan kereta, naik kereta ke solo hanya menempuh waktu kurang lebih 1 jam. Oleh sebab itu, naik kereta hemat saya jauh lebih murah dan efektif.Â
Saya berharap besok perjalanan mudik bisa berjalan lancar dan selamat sampai dengan tujuan. Anak-anak tidak mengalami mabuk perjalanan. Mereka riang melihat pemandangan di balik kaca kereta Prameks. Suasananya tidak terlalu panas menyengat sehingga puasanya tetap bugar dan vit.
Kami masih berusaha menjaga puasa kami walaupun dalam kondisi perjalanan ditambah dalam keadaan berpuasa. Tentu dengan segala resiko yang harus kami hadapi nanti. Biasanya kalau dalam perjalanan dalam kereta banyak orang yang tidak berpuasa karena alasan menjadi seorang musafir. Menurut Imam Syafi'i, jarak minimal musafir boleh tidak berpuasa adalah 83 kilometer. Kalau ukurannya jarak, sebenarnya jarak Tegalrejo Yogyakarta sampai desa kami di Purwodadi sudah memenuhi syarat untuk mendapat  keringanan untuk  tidak berpuasa, karena standar minimal sudah tercapai.
Saya mencoba mengecek di google map jarak Yogyakarta sampai kampung halaman sekitar 123 km. Jika ditempuh dengan motor bisa memakan waktu 3 jam 26 menit. Tetapi kalau ditempuh dengan jalan kaki bisa 1 hari lebih satu jam.Â