Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tradisi Tiga Raja di Jerman pada 6 Januari

8 Januari 2017   15:44 Diperbarui: 9 Januari 2017   03:15 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan Sternsinger (dok.Gana)

Anak ragil kami yang bersekolah di SD Katholik setempat memang rajin ikut ekstra koor. Meski kalau saya intip, nyanyi dengan group suka klemak-klemek pelan banget, di rumah nyanyinya kencaaaang. Idih. Beraninya di rumah.

Nah, sebelum liburan natal sudah dikasih edaran sekolah, apakah mau ikut Sternsinger atau tidak. Anaknya mau, ya formulir ditandatangani dan dikumpulkan. Eeee ... waktu mau Anprobe, mencoba kostum yang harus dipakai Sternsinger di balai gereja setempat sebelah gereja, lupa!

Usai pulang liburan ski, kami menelpon Herr Martin. Beliau yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tradisi yang sudah turun temurun ada di kampung kami yang indah ini. Indah? Iya, dikelilingi hutan dan gunung, hewan-hewan dan tentu ... masyarakat yang masih sosialis.

Dalam sambungan telepon, istri beliau mengatakan, si bapak sedang pergi tapi kalau anak mau datang pada  hari H,  tetap boleh, asal lebih awal untuk coba kostum.

Pilih-pilih kostum tiga raja (dok.Gana)
Pilih-pilih kostum tiga raja (dok.Gana)

Mantel Sternsinger (dok.Gana)
Mantel Sternsinger (dok.Gana)
Tiga Raja Keliling Kampung


Hari tiga raja memang 6 Januari tetapi tradisi keliling tiga raja dimulai dari 3 Januari, ditutup ibadah masyarakat di gereja pada 6 Januari). Tepat pada tanggal 3 Januari, saya antar anak untuk ke sana. Didandani sama seorang nenek-nenek. Tadinya ia agak takut, jadinya saya tunggui. Nah, syukurlah lama-lama mencair, apalagi ada tetangga dan teman-teman yang ia kenal.

Mula-mula pakaian lengkap (baju dalam untuk main ski, hem, pullover dan jaket) yang dikenakan anak, ditutupi dengan kain putih, lalu dipasangi mantel indah berwarna keemasan (belakangnya diberi bintang berwarna scotch lite demi keamanan dalam perjalanan), berbordir bunga dan hewan. Topi kuncung dari wol yang dipakai, ditutupi kain panjang warna ungu, kemudian dipasangi topi warna hitam. Oiiii. Mirip orang Arab!

Tangannya yang dipasangi sarung tangan tebal, memegang buku kecil berisi teks lagu. Kali saja lupa, bisa mengintip.

Dengan sepatu musim dingin yang tahan salju, 3 kaos kaki dan 1 stocking tebal, kaki anak saya empat jam selama dua hari (tanggal 3 dan 4) keliling kampung. Kaki-kaki kecilnya yang suka rewel diajak hiking atau tour kota-kota itu, mendadak jadi kuat dan ringan!

“Aku mau berbuat baik, mengumpulkan uang untuk anak-anak di Kenya!“ Pesannya pada sang kakak yang waktu itu sedang pilek berat. Barangkali itu yang membuat kemalasan berjalannya sirna. Semangat kebersamaan dan berbagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun