Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serunya 17-an Bersama Anak-Anak Jerman di Lkr. Tuttlingen

13 Agustus 2011   11:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:50 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_128801" align="aligncenter" width="638" caption="Tujuhbelasan di Tuttlingen, Jerman"][/caption]

Dalam rangka memperingati Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik lndonesia, KJRI Frankfurt mengundang seluruh masyarakat lndonesia dan di Frankfurt a.M. dan sekitarnya untuk hadir dalam rangkaian upacara bendera dan perayaan HUT Rl ke-66 yang diselenggarakan pada tanggal dan tempat sebagai berikut:

Tempat            : KJRI Frankfurt, Zeppelinalle 23, Frankfurt am Main Hari, tanggal : Rabu, 17 Agustus 2011 Waktu              : Pukul 09.45 - 11.00 (pengibaran) Pukul 12.00 - 15.30 (ramah tamah/makan siang, hiburan) Pukul 16.00 - 17.00 (penurunan)

***

Itulah undangan yang saya baca dari Website resmi Konsulat Jendral Republik Indonesia di Frankfurt, Jerman. Hiks. Sedih rasanya, karena untuk kesana harus menyetir setidaknya 3 jam dan saya paling takut dengan lalu lintas di kota besar itu, apalagi untuk urusan parkir hiyyyy. Please, deh. Ah, semoga ada kesempatan icip-icip pitulasan (red: merasakan indahnya kemegahan HUT RI).

Seperti biasa, saya ingin meramaikan dan mengenalkan budaya Indonesia juga di kampung. Kali ini saya undang 30 anak-anak usia 3-6 tahun teman-teman buah hati kami. Acara tujuhbelasan ini bukan pertama kalinya saya adakan. Setiap tahun, entah dengan keluarga atau dengan tetangga atau siapa saja, saya selenggarakan lomba tujuhbelasan atau sekedar tumpengan yang ngangeni itu (red: selalu dinanti-nantikan).

Setelah undangan tersebar, 2 orang ibu menelepon bahwa anaknya tak bisa ikut karena ada acara keluarga, 15 orang ibu-ibu menyatakan secara langsung bahwa mereka akan mengirim anaknya dengan senang hati. Sementara yang lainnya, alpa. Harapan saya bahwa semua orang tua Jerman itu akan mengkonfirmasikan kedatangan anaknya itu, salah besar. Yo wis, ra pa-pa (red: ya sudah, tidak masalah).

Pada hari H, datang 22 anak! Semua telah saya persiapkan dengan matang bersama beberapa orang yang bersedia membantu, termasuk suami. Lomba tarik tambang, lomba makan krupuk, lomba gendong-gendongan, lomba menulis, lomba foto, lomba mengisi air dalam botol, lomba becak-becakan dan lomba kelereng menjadi agenda hari itu. Suami menyiapkan medali emas, perak dan perunggu yang ia buat di pabrik bersama teman-temannya. Sementara saya berhasil berburu tiga piala bekas setinggi 30-50 cm dari Flohmarkt (red: pasar bursa barang bekas). Yuhuuu …

Semua anak nggemeske (red: menggemaskan) yang datang bersama salah satu orang tua, papa atau mamanya itu ditinggal dengan senang hati di kebun batu kami. Tepat pukul 14.00, acara dimulai dengan Kaffee trinken (red: minum teh dan makan kue). Setengah jam kemudian, lomba tujuhbelasan dimulai. Sorak-sorai anak-anak yang kebanyakan ber-dress code kaos merah atau putih dan bercelana jeans itu semakin menyemarakkan peringatan HUT RI ke 66.

[caption id="attachment_128802" align="alignleft" width="300" caption="Mengisi air dalam botolLomba gendong-gendongan"][/caption]

Anak-anak rambut jagung itu nampak merah terbakar matahari tapi senyum dan tawa tetap milik mereka. So, don’t worry. Teater yang mengambil judul legenda Malin Kundang berhasil menghibur bocah-bocah yang duduk di tikar Palembang pemberian biyung (red: ibu) tempo hari sewaktu mudik. Pertunjukan yang didukung artis cap lombok; anak tetangga, anak kos, suami dan tentu saja saya, berhasil kami kemas dengan humoris dan mengocok perut mereka. Oh si Malin kondang … (red: terkenal). Walhasil perut kawanan itu kembali kosong, suami sigap membakar sosis-sosis ukuran besar dan kecil. Tak lupa ia menjadi koki yang menyiapkan Pommes (red: kentang goreng). Bangganya punya suami yang senang dan bisa masak. Kalau ada ibu rumah tangga, di Jerman juga ada bapak rumah tangga lho, jadi harus bisa masak. Xixixi … emansipasi.

[caption id="attachment_128804" align="alignleft" width="300" caption="Lomba makan krupuk beras"][/caption]

Sosis disikat habis. Anak kos mengalungkan medali ke leher anak-anak.

Dari keduapuluh dua anak, ternyata 5 anak mendapat masing-masing lima medali. Kemudian, kami undi dengan satu lomba untuk menentukan juara I-III demi memboyong piala.

Tepat jam 18.00, para orang tua telah berbondong-bondong menuju kebun belakang. Beberapa detik, mereka berjajar menyaksikan penyerahan piala. Anak-anak TK itu pulang sembari menenteng sebuah tas plastik berisi Regenbogen Fisch (red: ikan pelangi dari keramik kesenangan gadis kecil kami) sebagai souvenir dan permen burger.

Lega rasanya, acara berlangsung lancar dan sukses. Satu jam kemudian, kami selesai merapikan segala sesuatunya. Tip top! Ah … haru rasanya, suasana kampung dalam merayakan 17 Agustus tetap bisa kami cicipi meski dengan anak-anak Jerman di kampung. Sedangkan orang yang banyak hilir mudik disekitar rumah untuk sekedar wandern (red: jalan-jalan) jadi tahu karena bertanya-tanya ada apa gerangan.

Selamat menyongsong, memperingati dan merayakan hari kemerdekaan RI dimanapun Anda berada dan … selamat berpuasa bagi yang menjalankan.

[caption id="attachment_128806" align="alignright" width="300" caption="Lomba tarik tambang"][/caption]

P.S: Untuk ayahanda Setyadji Pantjawidjaja, sugeng tanggap warsa ingkang kaping pitungdasa kalih alias sangang windu (red: selamat ultah yang ke 72), 12 Agustus 2011. Mugi Gusti tansah paring kanugrahan (red: semoga Allah memberi rahmat).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun