Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Klakson Mobil Bukan Untuk Ngagetin Orang

7 Juni 2015   02:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14326304741478246697

Saatnya liburan. Dua minggu liburan sekolah, Pfingst Ferien ....

“Tin-tin-tin-tin-tiiiiinnnnn .... Tin-tin-tin-tin-tiiiiinnnnn ....“ Suara klakson mobil mengagetkan kami yang sedang menikmati matahari di teras rumah di kebun belakang. Teras ini memang agak tinggi dibanding tetangga-tetangga dan sangat istimewa dengan pemandangan gunung dan hutan. Begitu pula dengan memandang rumah atau kebun tetangga, terjun bebas. Makanya begitu mudah kami melihat seorang anak lelaki umur 7 tahun, ada di dalam mobil mamanya, memainkan klakson. Berisik, nang.

Rupanya, si anak lanang memang diperbolehkan orang tuanya untuk masuk ke dalam mobil dan memainkan klakson, saat mamanya membersihkan mobil.

Saya pahami dari mereka, fungsi klakson mobil itu untuk mainan. Sepertinya bukan hal lazim di sini. Dan sungguh kami tak pernah mengajarkan ketiga anak kami demikian. Jadi ketika ada tetangga yang begitu, prihatin. Piye, tho yaaaaa .... Anake sopo kuwi.

Kami pun hanya geleng kepala sembari meneruskan makan kuweh buatan sendiri dan minum teh, susu coklatdan kopi.

Hmmm .... pikiran saya melayang ke tanah air, meraba-raba guna klakson motor atau mobil itu untuk mengatakan kepada sesama pengguna jalan (lantaran gak bisa ngomong di antara keramaian dan jarak yang kurang dekat):

“Awas, minggir aku mau lewat. Kalau nggak minggir kamu tak tabrak“ atau

“Ayo, cepat-cepat nyetirnya ... aku mau buruaaaaan. Takut telat“ atau

“Jangan ngantuk nyetirnya ...“ atau

“Maju ... majuuu ....“

dan masih banyak lagi.

Intinya, klakson jadi sebuah kebiasaan ... kalau ada klakson sudah sering terdengar, bikin jantungan pula!

[caption id="attachment_420421" align="aligncenter" width="512" caption="Bunyikan klakson pada porsinya."][/caption]

Sedangkan di Jerman, saya amat jarang mendengar klakson. Sekalipun terdengar bisa dihitung jari, itu karena:

1.Ada yang ngawur salah ambil posisi jalan.

2.Lupa maju ketika lampu sudah hijau di lampu merah.

3.Menyapa “Hallo, aku temanmu“ jika tahu yang berpapasan adalah mobil dengan plat nomor teman atau orang yang dikenal tapi gak bawa megaphone.

4.Mengucapkan “Selamat tinggal, kami pergi“, biasanya tamu pada pemilik rumah, saat meninggalkan halaman rumah atau jalan.

5.Luapan kegembiraan saat piala dunia, liga Eropa atau liga nasional “Horeee ... timnas Jerman (grup fave) menang.“ Jadinya pawai mobil dengan bendera Jerman, jendela terbuka dan bunyi klakson sudah biasa.

6.Pesta pernikahan yang diakhiri dengan pawai mobil keliling dari gereja atau Standesamt keliling kota “Ada yang baru nikah, happy wedding, what a happy day!“ begitu barangkali infonya.

Oh, ya, saya juga tak sempurna. Pernah ada pengalaman, saya dua kali diklakson orang di jalanan Jerman. Pertama karena salah ambil posisi, biasa nyetir di jalur sebelah kanan ala Jerman, sekembali sebulan dari Indonesia jadi ambil jalur sebelah kiri. Nyamari, berbahaya bukan. Makanya ketika ada yang mengingatkan dengan bunyi klakson, merasa diingatkan, slaman-slumun-slamet.

Kedua, ketika di lampu merah ada jalur ke kiri dan jalur lurus (keduanya merah). Karena salah arah harus lurus tapi berhenti di jalur ke kiri dan di depan ada mobil, saya kasih riting lampu senai akan pindah ke jalur lurus saat hijau tapi jalur kiri masih merah. Pelajaran yang berharga.

Dari pengalaman itu, saya semakin berhati-hati. Ingat harga SIM yang saya dapat seharga 2000€ waktu itu, bukan dari beli. Eman-eman.

***

Lantas, bagaimana? Berharap saya tak perlu kaget lagi mendengar bunyi klakson di jalanan kampung halaman yang ramai, padat dan panas nanti. Kompasianer juga jangan termangu-mangu kalau ke Jerman, jarang dengar klakson berbunyi. Kangen yaaa ....

Salam anti polusi suara di jalan raya. Gunakan klakson pada porsinya. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun