Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Daftar Sekolah Lanjutan Jerman? Mudah dan Cepat!

17 Maret 2016   15:08 Diperbarui: 17 Maret 2016   15:47 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Buk, nggak kerasa, anak-anak sudah besar, ya? Rasanya baru kemarin ada yang teriak-teriak bilang "Nenen, Nenen..." sambil jalannya mau jatuh karena kakinya nggak kuwat jalan ... ehhh sekarang udah mau masuk sekolah lanjutan. Waktu cepet sekali.“ Sembari menyetir, suami saya rasan-rasan, berbagi rasa.

“Haha ... iya, pak. Anaknya udah gede. Sekolahnya nanti naik bus sendirian.“ Lirikan mata saya menuju tempat duduk di belakang, di mana bocah umur 10 tahun itu baru saja kami bawa mendaftar ke sekolah lanjutan.

OW. Saya bilang, pendaftaran sekolah lanjutan pertama di Jerman, tidak seseram yang dibayangkan. Ini bukan pertama kalinya karena kami sudah melakukannya ... dua kali, saudara-saudara. Kami pernah mendaftarkan yang nomor satu ke Gymnasium, kali ini ... adiknya di Realschule, satu level lebih rendah. Bagaimana mekanismenya?

[caption caption="Dari SD kelas IV ke Sekolah Lanjutan"][/caption]

Saran dari sekolah

Jerman memiliki pilihan bagi warganya. Kalau mau yang umum, memilih SD sampai kelas 4 saja. Kalau sudah lulus kemudian, terserah milih Hauptschule, Realschule atau Gymnasium. Hauptschule hanya sampai kelas 9 (kalau mau, sampai kelas 10). Realschule sampai kelas 10 (jika mau dan nilai bagus ya meneruskan lagi, bisa ke Gymnasium sampai kelas 12). Gymnsium, sampai kelas 12 atau 13 (tergantung tinggal di negara bagian mana di Jerman; G8 atau G9) dan bisa meneruskan kuliah.


Banyak orang tua yang khawatir dengan ketidaksiapan anak untuk pindah ke sekolah lanjutan pertama, menyekolahkan anaknya di Gesamtschule dari SD kelas 1-10. Banyak rumor warga yang mengatakan bahwa pemerintah Jerman hendaknya menilik lagi kebijakan sekolah SD sampai kelas 4 saja, yangmana, ini terlalu dikarbit. Anak masih kencur. Entahlah....

Kalau dilihat dari kesiapan mandiri memang berlebihan. Anak harus naik sendiri bus dari rumah sampai ke sekolah PP, pelajaran yang muatannya seperti melompat, banyak stress. Anak seolah-olah diajak berlari ketika terbiasa jalan. Saya masih ingat, waktu SD, merasa sudah matang ketika kelas VI dibanding kelas IV untuk mandiri ini itu. Apalagi anak-anak kami yang mbok-mboken ... apa-apa ... “Mamaaa ...“. Kalau saya dulu orang tua sibuk nggak ada yang ngurus karena harus cari uang, ya ... terpaksa dan terbiasa mandiri.

Oh, ya. Kenaikan kelas biasa terjadi di bulan Juli akhir. Disusul liburan musim panas selama 6 minggu sampai bulan September. Jadi, pada bulan Februari, orang tua murid diberi waktu untuk bertemu dengan guru wali kelas. Elterngespräch itu dijadwal 15 menit, gantian. Formulir permohonan jadwalnya diisi dua minggu sebelumnya. Disuruh pilih hari Selasa atau Rabu, dengan kurun waktu pukul 12.00-17.00.

Selama berbincang dengan guru, kami diskusi tentang questionair yang disebar sebelumnya. Daftar pertanyaan tentang sejauhmana orang tua mengenal potensi anak. Misalnya; apakah anak dianggap rajin belajar, apakah anak rapi merawat buku dan alat tulisnya, apakah anak perlu bantuan mengerjakan PR, apakah anak mau membantu temannya di kelas dan seterusnya, yang relevan dengan persiapan ke sekolah lanjutan. Jawaban hanya ditandai dengan simbol wajah (tersenyum dengan mahkota, tersenyum tanpa mahkota, garis mulut lurus, garis mulut ke bawah). Formulir dengan pertanyaan yang sama, diberikan kepada anak yang bersangkutan dan diisi.

Kedua formulir dicocokkan. Aiiiih. Rupanya, tidak jauh berbeda! Kata bu guru, yang paling njegleg atau berbeda jauh adalah formulir dari murid anak laki-laki. Mereka selalu menjawab semua pertanyaan dengan icon wajah tersenyum dengan mahkota. Padahal, misalnya, untuk pertanyaan yang sama, orang tua memberikan nilai wajah dengan garis mulut ke bawah, alias kecewa. Hahaha ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun