Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bertemu Kompasianer Nekat

19 November 2016   14:51 Diperbarui: 19 November 2016   15:09 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun lalu, mbak Avy, lurahnya Konek-Kompasianer Nekat (dari Surabaya) tiba-tiba kasih kabar. Dia nggak jadi datang pada acara bedah buku “Bertahan di Ujung Pointe“, di mana saya ikut jaga gawang di Gramedia Pandanaran Semarang. Sedih juga. Belum jodoh, lain waktu pasti bisa. Nyatanya, pada bedah buku di tempat yang sama tahun ini, mbak Avy juga tidak bisa saya temui. Saya pikir, kalau rejeki pasti ketemu.

Dan benar. Pada acara bedah buku “Exploring Germany“ di Wisma Jerman, 27 Oktober 2016, pasca bedah buku  yang sama di UNESA, saya benar-benar bertemu kompasianer Avy dan lainnya! Seperti mimpi saja ....

***

Awalnya, komunikasi rencana kedatangan saya ke Surabaya dimulai lewat Buyut Trader di facebook, sampai percakapan lewat WA dengan Lukman Halim tentang rencana siaran radio Prima,  mewarnai persiapan saya menuju Surabaya.

Mas Sam bilang kalau teman-teman Surabaya akan ikut ngumpul. Pikir saya, ya sudaaaah, di antara jadwal pagi bedah buku di UNESA dan malam di Wisma Jerman, saya ada waktu luang bisa ketemuan. Mungkin bisa cicipi rawon setan, sambel mercon atau makan di mana gitu. Ngopi syantik juga baik. Hmm ... sampai siang bolong, rupanya belum ada tanda-tanda positif bagaimananya. Batin saya, kalau sudah rejeki pasti ketemu. Meski berharap tapi tetap nggak banyak. Ngalir saja. Orang kan pasti punya kesibukan sendiri-sendiri, jangan mentang-mentang datang dari Jerman ngarepin semua orang harus hadir. Emang siapa haha ....

Akhirnya, dari pagi sampai sore, memang hanya Kompasianer Yunan yang notabene organisator kedua acara bedah buku di UNESA dan Wisma Jerman yang selalu setia mendampingi saya. Asisten pribadi yang wisss, top!  Luar biasa, doa saya semoga dikabulkan bahwa jalan dik Yunan selalu dimudahkan. Sepertihalnya cara dia memudahkan jalan saya mempromosikan buku tentang Jerman di Surabaya.

OK, puas selesai acara bedah buku di UNESA lalu makan siang bareng semua dosen UNESA. Nyam-nyam joss masakan mahasiswa. Habis itu kok ngantuk. Halaaah, penyakit! Segera ambil air wudlu dan sholat. Kok, ya ... masih pengen nutup matanya. Jam "terbang" saya memang tinggi. Otaknya pengen, badannya nggak kuwat.

Kami keluar dari kampus, menjemput keluarga dik Yunan, biar ikut acara di Wisma. Lah, dibikinin teh hangat manis di rumah Kompasianer yang saya kenal sejak 2011 itu, saya kok masih ngantuk.

Tak berapa lama, kami menuju Wisma Jerman. Ohhh ... masih lengang. Hanya tempat pertemuan yang sudah ditata dengan dus besar isi snack, panggung yang berlatar belakang hitam dan berpendar cahaya kuning. Dua kursi dan satu meja nangkring di tengah.

Segera saya pasang banner ukuran 160 itu di depan pintu. Eittt ... datanglah kompasianer Buyut Trader. Oalahhhhh ini tho, orangnya! Pengen dijewer. Dulu pindah kantor nggak bilang-bilang, sampai paket hadiah lomba di fiksiana kembali ke alamat Jerman setelah setahun lamanya. Jiahhh, untung nggak busuk tapi ya, cuma ambyar itu semua porselen cantik. Tolooong, deh. Untung hadiah terbaru sudah di tangan kompasianer yang kalau difoto wajahnya selalu ditutup. Oh, ya. Mas Sam juga cerita kalau mbak Avy sedang dalam perjalanan. Nanti agak telat. Saya mengangguk sembari mengecek penjualan buku-buku saya yang diatur mahasiswa di sebelah kiri pintu.

Berikutnya, datanglah sosok berkaos panjang. Rambut model tentaranya itu lho, nggak kuaatt. Rupanya itu kompasianer Agung Prasetyo yang di dunia maya, suka panggil saya “Te“ alias Tante. Pada akhirnya sadar kalau dirinya hanya 3 tahun lebih muda dari saya. Hahaha ... penonton kecewaaa. Memang muka saya amit-amit tapi usia masih lumayan imut dibanding lansia tapi ngemut kalender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun