Suatu sore di taman kanak-kanak ...
"Hi Gana. Gana ini jiwa yang baik untuk rumah kita ini. Dia melakukan semuanya, yang terbaik." Seorang rekan masuk ke ruangan di mana saya, seorang pekerja sosial yang punya kontrak setahun di TK kami dan seorang guru perempuan yang sudah 1,5 tahun bekerja di tempat kami. Ia menyebut saya sebagai "eine gute Seele."
Menjadi agent of change mengapa tidak?
Lalu saya mengangguk. Mencoba mencerna, apakah yang ia katakan itu benar atau hanya mengada-ada. Tak berapa lama, otak saya bermain dengan kata-kata. Bukankah saya hanya mencontohkan bagaimana menyapa orang dengan ramah pada pagi hari, nggak peduli udara di luar adeeeem banget nggigit kulit nyampe tulang. Saya punya prinsip, bukankah matahari tetap selalu ada di hati ini? Eaaaaaaaa.
Menjadi orang baik, mengajarkan hal baik? Mengapa tidak? Menjadi baik adalah hal yang utama dalam hidup. Mengajarkan hal baik adalah gratis. Bukankah hidup itu singkat? Jika berbuat baiknya ditunda, jika berkata baiknya ditunda, jika merubah semuanya menjadi baik ditunda tapi tak ada waktu lagi di masa depan, bagaimana bisa? Angan-angan belaka. Ngemut deriji (red: jari).
Dari awal masuk ke gedung TK di mana saya sudah nggak terasa 1,5 tahun training selama masa pendidikan, atmosfir serasa abu-abu. Orang memang saling menyapa tapi dengan muka serem, ditekuk, wajah mendung, intonasi datar dan entah kesan apa lagi yang kadang bikin kaget kalau nggak terbiasa tinggal di negeri orang. Mengapa tidak sesemangat orang Indonesia? Wajah pagi sebenarnya bisa seramah wajah pada siang atau sore hari. Siap?
Saya maklum, Jerman memang negara dingin. Hawanya mempengaruhi karakter rata-rata masyarakatnya. Jadi kalau pagi-pagi masih dingin, bagaimana bisa menyapa dengan hangat?
Dan ini yang mungkin membuat mereka sedikit berpikir, mengapa orang Indonesia bisa ramah sudah mulai pada pagi-pagi buta? Temen-temen saya menambahkan. Butuh bercangkir-cangkir kopi sampai berkaleng-kaleng minuman energi untuk mencontoh kehangatan orang Indonesia yang saya kenalkan pada mereka.
Mengubah sesuatu yang baik memang menyenangkan ... menjadi agent of change, mengapa tidak?
Itu cerita pertama. Kisah kedua. Beberapa tahun lalu, saya ditag oleh sebuah Instagram sebuah SMA di Jakarta. Saya ditunjuk sebagai salah satu agent of change di hari pahlawan.