Bersama di tengah-tengah mereka yang sudah terlebih dahulu terkenal dengan perubahan yang mereka lakukan, rasanya dada bergemuruh. Salah duanya adalah duo tasini (Melati dan Isabel Wijsen) yang memperjuangkan ban anti plastik di Bali sejak 2013. Apa yang saya lakukan belum apa-apa.
Tetapi rupanya aksi saya membagikan tas dari bahan kain dari Jerman sejak 2009 dan membagikannya di seluruh Indonesia, diidentifikasi mereka, diapreasiasi lewat maya.
Iya, supaya banyak orang yang meninggalkan kantong plastik penyumbang sampah jahat bagi bumi (khususnya Indonesia) karena susah didaur secara alami dan butuh management yang tak mudah dan tak murah.
Langkah yang saya lakukan mudah, mendekati orang-orang Jerman untuk menyumbangkan tas-tas tersebut dan sejumlah uang untuk pengiriman (jika saya tak mampu membawanya dalam bagasi lalu terbang ke Indonesia). Atau ketika saya ultah, lebih meminta mereka untuk menghadiahkan tas kain yang ada di rumah yang masih bagus atau uang untuk kado disumbangkan pada proyek yang saya rintis sejak 12 tahun yang lalu, itu saat pertama kali saya kembali ke Indonesia usai kepindahan kami sekeluarga ke Jerman.
Oh ya, waktu masuk Instagram SMA yang tadi, kaget campur haru dan bangga disebut sebagai agent of change. Mengubah kebiasaan orang memakai tas kantong plastik untuk belanja dengan tas kain yang tahan lama, reuse dan bisa dicuci kalau kotor adalah proyek sederhana.
Namun saya sadar, ada kata-kata berbahasa Jerman dalam kantong kain, yang kadang untuk orang yang Germany mania, ngefans sama Bundes Republik Deutschland, pasti memilikinya adalah sesuatu.
Pengalaman ketiga adalah selama saya bergabung dengan Komunitas Traveler Kompasiana aka Koteka. Komunitas ini memberikan wadah yang bagus buat kita untuk berbuat baik, khususnya di sektor wisata.
Bagaimana cara kita mencintai negeri kita yang kaya dengan thema Wonderful Indonesia, bagaimana kita mengingatkan orang untuk nggak buang sampah sembarangan saat jalan-jalan, bagaimana kita tetap membawa nama negara saat keliling dunia, bagaimana kita tetap WFH dengan bahagia sambil wisata virtual tiap Sabtu. Yakni dengan cara nge-zoom dari rumah. Easy asal ada internet dan niat buat ikut. Bukankah itu hal baik?
Yang begini adalah menurut saya, contoh yang baik menjadi agent of change, hanya dengan satu klik. Dan mengorganisir satu demi satu Kotekatalk bersama tim admin adalah kesempatan luar biasa yang kian membara, walau sudah 16 bulan berlangsung selama pandemi. Kami menjadi agent of change yang mampu menginspirasi banyak orang dengan talkshow yang disuguhkan, network dengan KBRI seluruh dunia, universitas dan traveler di seluruh Indonesia.
Eh, sebenarnya dari tadi ngomong agent of change melulu. Apa sih, artinya agent of change?