Namanya ABG, jika kunjungan tidak dikemas dengan baik, pasti mereka tidak mau diajak. Artinya, itu akan memberikan kesempatan pada mereka leluasa untuk bermain dengan gadget. Sepertinya kurang sehat kalau terlalu banyak di dunia maya, mereka harus menyatu dengan alam, di dunia nyata.
Bertamasya ke Maislabyrinth
Itulah sebabnya, kami mengajak anak-anak pergi ke Maislabyrinth.
Apa itu Maislabyrinth? Mais artinya jagung. Labyrinth adalah labirin, jalur yang berliku-liku dengan jalan buntu. Konon Labirin dulu dipakai orang Yunani untuk mengurung Minotaur, monster bertubuh manusia berkepala banteng.
Sekarang ini, labirin menjadi permainan yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Ingat Maze Runner? Seru, bukan?
Nah, labirin jagung rupanya tidak hanya ada di Amerika Serikat lho. Itu banyak ditemukan di seluruh penjuru Jerman, apalagi di daerah kami Blackforest. Ladang jagung yang disulap menjadi tempat wisata menjadi pilihan para petani yang biasa menjual hasil ladang berupa jagung, barangkali saja bisa menjadi usaha tambahan.
Maislabyrinth ini ada yang gratis, ada yang bayar. Tarifnya, kira-kira 5 euro atau Rp 85.000 untuk dewasa dan 3 euro Rp 51.000 untuk anak-anak. Jika gratis, selalu ada kotak sumbangan bagi para wisatawan.
Terserah tamunya, mau donatur atau tidak. Jika niat, sembarang saja mau dimasukin berapa uangnya. Tidak ada paksaan di sana. Iya, bukankah menyumbang adalah masalah hati?
Oh, iya. Motif labirin di ladang kebun jagung itu macam-macam. Ada yang hanya berbentuk garis-garis, kata atau kalimat, gambar binatang, gambar manusia atau gambar tumbuh-tumbuhan. Lebih mantab dilihat dari udara. Pakai drone, misalnya.
Motif juga tergantung luasnya. Jika sangat luas, biasanya gambarnya menarik. Jika tidak begitu luas, gambarnya hanya berupa garis-garis. Mau pilih yang mana?
Tahun lalu, kami mengunjungi kebun labirin jagung yang ada tiket masuknya. Setiap keluarga diberi peta supaya tidak tersesat. Maklum, ladangnya maha luas.