Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menengok Gambaran Keindahan Musim Semi di Jerman

14 Mei 2018   19:31 Diperbarui: 15 Mei 2018   22:39 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim apa yang paling Anda sukai di luar negeri seperti Jerman? Pilih salah satu; musim dingin dengan salju, musim semi dengan bunga-bunga bermekaran, musim panas dengan matahari atau musim gugur dengan daun yang berubah warna?

Duren bisa dibeli di toko-toko Asia di Jerman. Harganya? Alamaaaaak selangit! Tega amat. Makanya, jangan mimpi musim duren di Jerman, ya? Orang Jerman tuh, paling sebel dan anti dengan duren. Hihhhhh, nggak tahu apa ya, kalau duren itu buah surgaaaaa. Hmmmm... ngiler makan duren.

Nah, kalau saya disuruh milih musim favorit di Jerman, nggak bisa karena semua musim punya keistimewaan yang luar biasa. Semua indah, semua unik. Selain itu juga nggak mbosenin karena hanya berlaku selama 3 bulan tiap musim. 

Istilahnya kalau bosen musim dingin Desember-Februari, bisa ganti otomatis musim semi pada bulan Maret-Mei. Kurang matahari? Tunggu Juni-Agustus. Butuh angin kenceng buat main layangan? Tunggu September-November. Intinya sabar selama 3 bulan kalau bosen.

Ya, dulu waktu di Indonesia yang notabene dapat musim panas terus karena panas tiap hari, harus bawa payung ke mana-mana. Ngiyup, berlindung di bawah pohon atau ngemall, pergi ke mal. Di Jerman bisa diketawain kalau melakukan hal seperti itu, justru orang biasa pakai baju minimalis, topi dan krim pelindung matahari! Kulit makin gosong, makin suka.

Ah, sudahlah. Sekarang, saya bagi gambaran musim semi yang sekarang lagi in. Bunga apa saja yang sejak Maret bermekaran?

1. Tulpe, tulip Belanda

Kalau ingat tulip pasti ingat Belanda. Eit, jangan salah. Orang Jerman juga punya adat menanam bunga tulip di pekarangan, di bundaran atau taman kota, lho.

Menanam bawangnya sudah kami lakukan pada musim gugur. Dengan posisi bawang yang runcing ke atas dan kedalaman yang pas, bawang akan tersimpan dengan aman selama musim salju. Ia akan menyeruak dari dalam tanah menuju permukaan dan mengembang pada musim semi. 

Anak-anak senang dan bangganya melihat hasil menanam bawang bunga. Ya, berhasil!

Warnanya macam-macam; merah, kuning, putih, oranye, bercak-bercak atau campuran dan merah muda. Sedangkan bentuknya juga banyak; bergerigi, kelopak besar dan kelopak kecil.

Tulip merah (Dokumentasi Sheshe)
Tulip merah (Dokumentasi Sheshe)
Tulip kuning (Dokumentasi pribadi)
Tulip kuning (Dokumentasi pribadi)
2. Forsythie
, si pohon berdaun kuning

Bunga ini biasa dipajang pada masa paskah. Orang memotong batangnya dan memasang di vas sebagai hiasan di dalam rumah. Sedangkan beberapa orang lainnya, memotong dan menjadikannya hiasan di mana cangkang telur-telur asli utuh atau plastik digantungkan di rantingnya.

Lucunya, begitu melewati masa musim dingin, pohon akan berdaun emas. Semakin indah terkena sinar matahari. Setelah beberapa minggu, daun akan berubah menjadi hijau. Aneh tapi nyata. 

Bunga atau pohon? (Dokumentasi pribadi)
Bunga atau pohon? (Dokumentasi pribadi)
3. Loewenzahn, si Gigi Singa

Loewe=singa, Zahn=gigi. Jadi memang ibaratnya bunga kuning itu seperti gigi singa, runcing. Haummm! 

Sangar sekali bunga ini. Sudah dipangkas di kebun, eee... nongol lagi. Meski liar, tanaman ini bermanfaat. Pertama untuk makanan hewan seperti sapi atau kelinci. Bahkan, beberapa orang Jerman memakannya sebagai salat, persis seperti bunga rumput Daisy. Entahlah rasanya, belum pernah makan.

Cantik sih, cantik dipandang mata tapi bunga ini juga bikin jengkel. Hamparan bunganya akan menyebarkan bubuk kuning. Semua jalan, rumah, mobil, halaman, kebun, baju berubah menjadi kuning. 

Bahkan wajah kita bisa berubah menjadi kuning kalau lama-lama duduk diam di luar ruangan. Iya karena serbuk kuning diterbangkan angin dan nemplok ke semua benda tanpa terkecuali. Ihhh.

Bunga gigi Singa muda (Dokumentasi pribadi)
Bunga gigi Singa muda (Dokumentasi pribadi)
Ada kisah seorang teman suami yang happy beli mobil bekas. Karena pengen ganti warna, mobil dicat dengan warna kesukaannya. Eeee... ia lupa kalau hari itu masih musim semi di mana bunga gigi Singa itu gogrok tertiup angin dan zepppppp! Semua warna menempel pada warna hitam yang baru saja disemprotkan tapi belum garing. Hatahhhh, sempurnalah rasa jengkelnya.

Takjub. Bunga ini kalau sudah lama, berubah jadi putih. Seperti pendaran jaring-jaring yang menakjubkan. Anak-anak sampai orang dewasa suka memetik dan meniupnya. Mau coba? Sensasional! Hatchiiiii ..... tisu, mana tisuuuu?

Kalau sudah tua, memutih dan ... rapuh. (Dokumentasi pribadi)
Kalau sudah tua, memutih dan ... rapuh. (Dokumentasi pribadi)
4. Kirsche, Ceri

Kami menanam pohon ceri di kebun depan dan belakang. Pernah panen tapi nggak banyak karena selalu lupa mbrongsong, membungkusnya dengan plastik atau kain, sampai matang. Buntutnya, yah keduluan burung. Dicolong! Teganya, teganya, teganyaaaaah.

Oh, ya, biasanya pohon ceri berbunga pada musim semi, lalu gugur bunganya dan muncullah buahnya. Selain dimakan begitu saja, ceri biasa dibuat orang Jerman sebagai teh, selai atau kue.

Bunga apel atau bunga cheri, mirip-mirip (Dokumentasi pribadi)
Bunga apel atau bunga cheri, mirip-mirip (Dokumentasi pribadi)
5. Apfel, Apel

An apel a day, keeps the doctor away. Makanlah sebutir apel setiap hari supaya sehat. Itu barangkali menjadi pegangan masyarakat Jerman. Nggak heran kalau harga apel di Jerman itu lebih murah dari di Indonesia dan hampir di setiap pekarangan ada pohonnya! Khususnya di kawasan di mana kami tinggal di Blackforest, Baden Wuerttemberg. 

Di rumah kami sendiri ada 4, dua pohon apel hanya bisa dimakan burung karena kecil dan rasanya pahit. Dua untuk dikonsumsi, besar dengan warna merah dan satunya, warna oranye.

Rosa, cantik bunga mandel (Dokumentasi pribadi)
Rosa, cantik bunga mandel (Dokumentasi pribadi)
6. Mandelbaum, si almon

"Sakura, di sini ada pesta, pestanya mbak Gana. Mbak Gana minta apa?" Itu nyanyian dolanan anak waktu saya masih kanak-kanak. Membentuk lingkaran, semua tangan bergandengan dan bergerak kompak ke kanan atau ke kiri dan salah satu di tengah-tengah yang memberikan jawaban pertanyaan grup. Ah, masa kecil memang masa paling bahagia, innocent abissss.

Yup. Terinspirasi dengan keindahan sakura Jepang dan jajaran Mandelbaum atau pohon almon dan Kirschbaumatau pohon ceri di jalanan Jerman, saya pengen banget menanam pohon itu di halaman kebun kami. Emang kurang punya warisan 15 jenis pohon dari pemilik lama? Memang saya inih kurang kerjaan. 

Sampai suatu hari di swalayan tempat kami biasa belanja menawarkannya. Langsung beli 3 dengan harga masing-masing 15 euro! Berharap 10 tahun lagi punya kebun berwarna pink. 

Awal-awalnya sedih karena bunga nggak mekar seperti yang saya harapkan, disiram pakai ember biar puas eee... tetep saja bunganya mana? Untung tahun ini matahari berbaik hati mengundang bunga untuk datang meski mudah pergi. Hore... kebun saya jadi merah muda beberapa minggu!

Bunga Flieder putih (Dokumentasi pribadi)
Bunga Flieder putih (Dokumentasi pribadi)
Bunga Flieder ungu (Dokumentasi pribadi)
Bunga Flieder ungu (Dokumentasi pribadi)
7. Flieder, Bunga Flieder

Kalau Anda senang harum melati atau sedap malam, pasti Anda suka bunga Jerman ini. Bunga yang warnanya lila terang, lila gelap dan putih itu ada di mana-mana di seantero Jerman.

Waktu kami ke Haigerloch, ada sebuah kastil yang tamannya wangiii banget karena menanam ratusan Flieder.

Di rumah kami hanya ada 3 pohon, itu saja warisan dari orang. Nggak nanam sendiri. Untungnya, karena sekitarnya lembab, ia manak alias beranak. Rencana mau saya pindahkan ke kebun belakang. Biar wangi.

8. Raps, Bunga Raps

Minyak goreng adalah salah satu sembako penting yang harus ada di gudang makanan kami. Dulu, kami biasa mengkonsumsi minyak goreng dari Raps karena harganya murah.  Akhir-akhir ini, suami menganjurkan saya untuk lebih banyak pakai minyak goreng bunga matahari dan zaitun. Meskipun agak mahal tapi lebih sehat, katanya.

Yang nyenengin, kami tinggal di daerah pegunungan dan hutan. Di sanalah para petani masih rajin menanam Raps. Suka memandangi hijaunya pepohonan, hutan dan gunung. Sentuhan hamparan ladang Raps yang kuning, menyenangkan hati.

Petani di daerah kami biasa kerja sendiri-mandiri (memotong rumput liar sendiri, membajak sendiri, menanam biji sendiri, menyiram sendiri, menyebar pupuk sendiri). Mesinnya banyak dan gede-gede yang harganya bisa satu rumah. Makanya petani punya Scheune, gudang besar tempat menyimpan alat, mesin dan hasil buminya. 

Beda di Indonesia ya, akan banyak orang membantu petani mengerjakan sawah atau ladangnya. 

Begitulah manusia modern, lebih mementingkan efektivitas dan efisiensi kerja. Kata mereka susah kerja sama orang, banyak tuntutan. Enak kerja sama mesin, kalau rewel dimatiin. 

Bunga Baerlauch yang kena serbuk gigi Singa juga (Dokumentasi pribadi)
Bunga Baerlauch yang kena serbuk gigi Singa juga (Dokumentasi pribadi)
9. Maiglockchen, Bunga Lonceng Mei

Mai=mei, Glockchen=lonceng kecil. 

Tanaman ini mirip dengan Baerlauch. Bedanya, pertama, Maiglockchen punya bunga putih mirip lonceng yang banyak di satu gagang. Baerlauch hanya sedikit dan menuju ke atas. Kedua, daun Baerlauch jika dipetik atau dikunyah rasanya bawang putih, sedangkan Maiglockchen tidak. 

Ketiga, Baerlauch menyehatkan badan, Maiglockchen bisa mematikan orang. Keempat, daun Baerlauch punya motif garis-garis, lebih tebal dan kasar sedangkan Maiglockchen lebih halus dan motifnya nggak garis nggak banyak. Kelima, daun Baerlauchlebih lebar sedangkan Maiglockchen daunnya lebih kecil dan oval.

Kami menanam Baerlauch, dengan mengambil bibit dari kebun teman suami. Senangnya bahwa mereka tumbuh dari tahun ke tahun. Sayang, si empunya bibit meninggal, nggak bisa lihat hasilnya.

Bunga liar yang mirip bunga Raps (Dokumentasi pribadi)
Bunga liar yang mirip bunga Raps (Dokumentasi pribadi)
***

Orang Jerman memiliki tradisi berkebun. Dulu sekali saya suka mikir mereka aneh. Mengapa? Karena kalau nggak punya kebun di rumah, mereka membeli atau menyewa lahan di luar kota untuk bercocok tanam (buah, bunga, sayuran, pohon). Katanya itu bagus untuk relaksasi. Tinggal di Jerman kan beda dengan di Indonesia yang makan nggak makan kumpul atau kekeluargaannya masih kental.

Senang, budaya baik berkebun ini  menular pada saya. Hasilnya? Not too bad, lihatlah kecantikan bunga-bunga di atas yang saya pelihara dan nggemesin mata.

Ok. Masih banyak bunga yang mekar di musim semi Jerman seperti Krokuss, Narzissen, Pfingstrose (yang segera mekar) dan Schneegloeckchen. Semoga lain kali bisa dibahas. Paling demen menunggu sabar mawar-mawar bermekaran di kebun pada musim panas. Ya, segeraaaa ... sambil nyanyi  "Mawar berduri ..."

Bagaimana dengan di tanah air. Lagi musim bunga apa, yaaaa? Kalau bunga bank itu pasti ada, asal simpan uang di bank. Sangat bagus sedia payung sebelum hujan. Haaa... hujan uang?

Akhirnya kalau Anda nggak suka berkebun, nggak rajin menabung, setidaknya hati Anda mudah untuk berbunga-bunga supaya tetap sehat dan bahagia.

Selamat menikmati musim di manapun Anda berada. 

Salam dari Jerman. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun