Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Popularitas Itu Beban, Pengikut Itu Memusingkan, Pilihannya Dijatuhkan atau Dimanfaatkan

5 Januari 2023   12:00 Diperbarui: 5 Januari 2023   11:59 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://magicalquote.tumblr.com

Bagi banyak orang terutama kawula muda yang sejak remaja sudah disediakan fasilitas internet, media sosial bukan sesuatu yang asing lagi bagi mereka. Dilansir dari KataData, pengguna media sosial per Januari 2021 telah mencapai 4,3 miliar orang. Lebih dari 50% penduduk yang ada di bumi. Dari banyaknya manusia yang menggunakan media sosial, pasti ada yang sangat memikirkan berapa angka pengikut atau follower yang mereka miliki. Jumlah pengikut ini bisa menjadi kepuasan pribadi bagi sebagian orang sehingga mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan angka tersebut. Namun apakah pernah terbesit suatu pikiran di benak mereka tentang seberapa besar beban yang harus mereka tanggung dengan memiliki pengikut yang banyak itu?

Satu kali melakukan blunder, ketenaran seorang artis bisa langsung lenyap. Ketika memiliki pengikut banyak, beban di pundak yang sudah berat akan makin berat karena ratusan ribu mata akan tertuju pada mereka. Terutama jika diunggah di media sosial seperti Instagram atau YouTube. Walaupun sudah dihapus, jejak digital tidak akan pernah terlupakan dan malah menjamur hingga platform lain. 

Salah satu contoh nyata dari artis yang melakukan blunder hingga pengikutnya menghilang yaitu Laurentius Rando, seorang vlogger/beatboxer/youtuber yang waktu itu sempat tenar pada tahun 2015 lalu karena video Draw My Life dan video-videonya yang sangat memotivasi penonton. Kala itu juga, konten vlog sangat populer di Indonesia sehingga kanal YouTube Laurentius Rando bisa berkembang dengan cepat. Apalagi waktu itu dia adalah founder dari Jakarta Beatbox, sebuah komunitas sekaligus tempat pelatihan beatbox yang sangat populer pada masanya. 

Popularitasnya bertahan cukup lama hingga ia mengunggah video bertemakan membuka video dari fans yang dinamakan Mail Time. Dalam video tersebut, Rando mendapatkan sebuah keyboard yang harganya cukup mahal. Rando seolah senang akan pemberian tersebut. Namun nyatanya, keyboard tersebut ia jual di salah satu toko online dengan dalih “Salah Beli”. Sontak hal tersebut membuat pengikut mereka marah. Tidak berhenti dari situ, tak berselang lama video draw my life miliknya juga terkuak jika hal-hal yang dia ceritakan di situ hampir semuanya palsu. Hanya karena satu blunder kecil, masalah tersebut menyebar dengan cepat dan popularitas serta tingkat kepercayaan pengikutnya menurun drastis. Bahkan karena kasus penjualan keyboard tersebut, muncul tagar #SalahBeli yang digunakan sebagai satir atas blunder dari Rando tersebut.

Contoh barusan adalah orang yang tidak bisa menjaga popularitas dan tidak sadar akan tanggungan di pundaknya, sehingga satu blunder saja bisa meruntuhkan karir artis yang sedang naik daun. Namun jumlah pengikut yang banyak tidak selamanya buruk juga. Karena banyak kasus kriminal di masyarakat yang terbantu oleh orang-orang yang memiliki popularitas tinggi. Contoh paling dekatnya yaitu pengacara kondang lulusan universitas ternama di Indonesia yaitu Hotman Paris Hutapea. Sebagai seorang pengacara yang memiliki CV luar biasa, ia sudah menangani berbagai macam kasus besar di Indonesia. Bahkan di podcast Close The Door, Hotman Paris pernah mengungkapkan bahwa ia ditawari menjadi pengacara untuk membela Ferdy Sambo dalam kasus penembakan Brigadir Joshua, namun akhirnya ditolak. Di sisi lain, pengacara kelahiran Sumatera Utara ini memiliki sebuah program bernama Hotman 911.

https://surabaya.jatimnetwork.com/
https://surabaya.jatimnetwork.com/

Hotman 911 merupakan program bantuan hukum gratis bagi orang-orang yang ekonominya rendah, namun tersangkut sebuah kasus yang cukup miris dan menyentuh hati nurani serta Hak Asasi Manusia (HAM). Program ini bukan untuk mencari popularitas maupun mendapatkan keuntungan. Hotman 911 ini murni berasal dari rasa kemanusiaan seorang Hotman Paris untuk membantu orang-orang di luar sana yang terjerat hukum. 

Pengacara kondang itu juga tidak meminta uang sepeser pun karena program Hotman 911 memang diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan. Di sini lah kekuatan media sosial harus digunakan. Tak terhitung berapa jumlah kasus di luar sana yang tidak tertangani karena tidak memiliki biaya. Dengan kekuatan media sosial, para pengguna terutama pengikut Hotman Paris bisa membuat sebuah kasus menjadi viral dan kasus tersebut dapat didengar oleh Hotman Paris beserta para penegak hukum sehingga mereka bisa dibantu.

Rata-rata dari orang yang memiliki pengikut banyak, mereka memiliki “dunia dan jati diri palsu” yang dibuat hanya untuk kebutuhan agar para pengikutnya senang. Akan tetapi ada beberapa orang terkenal namun para pengikutnya sangat akur dan harmonis, yaitu Tara Arts, Kubz Scouts, dan PewDiePie. Tara Arts sendiri sudah membentuk kanal YouTube-nya dengan konten-konten lucu dan mereka tidak menyembunyikan apapun. Di depan dan di balik kamera, mereka adalah orang yang sama. 

Sama seperti Kubz Scouts, Tara Arts juga tidak pernah sekalipun terkena kontroversi sehingga namanya bersih dari segala hal yang biasanya menjerat orang-orang terkenal. PewDiePie sendiri pernah beberapa kali mengatakan serta melakukan sesuatu hal yang kontroversial beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi semakin berjalannya waktu, PewDiePie belajar dari kesalahan-kesalahannya di masa lampau dan menjadi seseorang yang lebih baik di masa kini. Mereka bertiga adalah contoh bagaimana popularitas dan pengikut yang banyak tidak memengaruhi diri diri mereka dan cenderung berperilaku apa adanya, tidak dilebih-lebihkan. Dampak negatif dan positif memiliki pengikut banyak bergantung pada bagaimana popularitas itu dikelola, apakah mereka bisa mengontrolnya atau tidak. Hanya ada dua pilihan ketika memiliki pengikut yang banyak, dijatuhkan atau dimanfaatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun