Mohon tunggu...
Gabriel Ellard NS
Gabriel Ellard NS Mohon Tunggu... Siswa SMA Kolese Kanisius

Menikmati hidup sepenuh-penuhnya!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Drop Out di Perguruan Tinggi: Penyebab, Dampak, dan Solusinya

8 Mei 2025   21:30 Diperbarui: 8 Mei 2025   21:28 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fenomena drop out (DO) atau putus sekolah merupakan hal yang terjadi di berbagai institusi pendidikan di seluruh dunia. Fenomena ini muncul ketika seorang mahasiswa harus menghentikan proses perkuliahannya, baik karena keputusan dari pihak institusi maupun keinginan pribadi. Pada tahun 2023, sebanyak 352.494 mahasiswa di Indonesia mengalami drop out (DO) dari perguruan tinggi mereka. Angka ini menunjukkan tingkat drop out nasional sebesar 3,6% 

Ada banyak faktor yang menjadi alasan mengapa mahasiswa mengalami drop out. Salah satu yang paling dominan adalah persoalan akademik. Mahasiswa yang memiliki IPK sangat rendah biasanya tidak mampu mencapai nilai minimum yang disyaratkan untuk mendapatkan gelar, sehingga mengalami kesulitan dalam melanjutkan studinya. 

Faktor lainnya adalah masalah finansial. Banyak mahasiswa tidak memiliki dana yang cukup untuk membayar biaya kuliah, sehingga tidak bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. 

Selain itu, ada pula persoalan psikologis dan sosial. Mahasiswa yang kurang memiliki motivasi atau daya juang seringkali kesulitan mengikuti perkuliahan. Kurangnya dukungan dari keluarga atau lingkungan sekitar juga turut mempengaruhi. Mahasiswa juga mungkin mengalami stres karena tugas yang menumpuk dan banyaknya tes atau penilaian dalam suatu subjek

Efek drop out mahasiswa tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa, tetapi juga dirasakan oleh institusi dan masyarakat. Pertama-tama bagi mahasiswa saat terjadinya DO, hal yang biasanya terjadi bagi mereka adalah penurunan total kepercayaan diri atau mengalami krisis identitas diri. Hal ini bisa mempengaruhi kesehatan mental mereka, bahkan dapat memicu depresi.

Tanpa gelar sarjana, para mahasiswa akan mengalami keterbatasan peluang kerja. Banyak pekerjaan yang menggunakan ijazah sarjana sebagai syarat minimum untuk proses penerimaan/rekrutmen. Akhirnya lulusan mahasiswa yang DO hanya dapat mengakses pekerjaan informal dan tidak sesuai dengan potensi atau cita-cita mereka.

Di masyarakat, mahasiswa yang tidak menyelesaikan kuliah akan sering dianggap gagal dalam kehidupan. Ini dapat menimbulkan rasa malu dan tekanan sosial, terutama jika ekspektasi keluarga atau teman-teman dekat sangat tinggi. 

Bagi institusi itu sendiri, dampak yang dapat terjadi ketika mahasiswa terkena DO salah satunya adalah penurunan akreditasi atau reputasi institusi tersebut. Lembaga pendidikan sering menjadikan angka kelulusan sebagai indikator kualitas kampus.

Kampus yang dikenal dengan tingginya jumlah mahasiswa yang DO juga akan membuat calon mahasiswa baru tidak tertarik dengan kampus tersebut, karena dianggap tidak akan mendukung kesuksesan akademik mahasiswa.

Solusi yang dapat ditawarkan oleh universitas untuk mengurangi terjadinya drop out adalah memberikan bantuan finansial, seperti program beasiswa dan cicilan biaya. Kampus juga harus lebih aktif memantau kondisi akademik mahasiswa, misalnya dengan menggunakan metode pengajaran yang lebih interaktif dan personal sehingga dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam sesi pembelajaran. Selain dari universitas, dukungan dari keluarga dan teman-teman juga dibutuhkan agar dapat membangun semangat dan mahasiswa menjadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan kuliah. Penelitian menyebutkan bahwa dukungan sosial bisa mengurangi risiko DO secara signifikan.

Fenomena ini mencerminkan bahwa masih ada ruang di dalam sistem perguruan tinggi yang belum mampu memenuhi kebutuhan dan tantangan individu. Di balik keputusan untuk berhenti kuliah, tersimpan persoalan personal yang saling berkaitan. Dengan itu, sangat diperlukan pendekatan yang lebih adaptif dalam proses belajar mahasiswa. Agar kampus tidak hanya menjadi tempat mendapatkan ilmu, tetapi juga sebagai tempat yang mendukung setiap langkah mahasiswa menuju masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun