Mohon tunggu...
Dipo Samudro (Vox Vulgaris)
Dipo Samudro (Vox Vulgaris) Mohon Tunggu... Guru

Buat asyik-asyik an aja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelompok Anda Tertindas? Mari Belajar dari Rhode Island.

9 April 2025   17:03 Diperbarui: 27 April 2025   20:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Rhode Island (Sumber: Wikipedia)

Dalam konteks identitas sosial, ini menunjukkan bagaimana batas-batas identitas kelompok (in-group dan out-group) bisa berubah dan direkonfigurasi ketika konteks situasional berubah, khususnya ketika muncul ancaman dari pihak ketiga. 

Ketika jaman makin modern di mana cengkeraman Belanda makin melemah dan ancaman terhadap bangsa imperialis makin menipis, begitu pula kohesi kita sebagai masyarakat Indonesia. Belum lagi fundamentalisme agama dan sentimen kesukuan yang menguat baru-baru ini (berkembangnya fundamentalisme agama, ideologi ekstrem, separatisme, dan sentimen anti-kesukuan yang berkembang di media sosial---terutama Instagram) 

Belajar Dari Rhode Island

Rhode Island memiliki sejarah yang sangat relevan dengan isu-isu minoritas yang kita hadapi di Indonesia. Didirikan pada tahun 1636 oleh Roger Williams, Rhode Island muncul sebagai tempat perlindungan yang revolusioner bagi kaum minoritas pada masanya. 

Sejarah Rhode Island dan Kebebasan Beragama

Roger Williams, seorang pendeta yang diusir dari Massachusetts Bay Colony karena pandangan keagamaannya yang dianggap terlalu radikal, mendirikan Providence (kota pertama di Rhode Island) sebagai tempat perlindungan bagi mereka yang tertindas karena keyakinan mereka. Berbeda dari koloni-koloni lain di Amerika saat itu yang menerapkan keseragaman agama, Rhode Island menjadi pionir toleransi beragama.

Williams menolak konsep gereja negara dan meyakini bahwa kebebasan beragama adalah hak asasi yang tidak boleh diganggu oleh pemerintah. Ia terkenal dengan pernyataannya bahwa "Pemaksaan terhadap hati nurani adalah pelanggaran terhadap jiwa manusia." Prinsip pemisahan gereja dan negara yang ia pelopori kemudian menjadi fondasi penting dalam konstitusi Amerika. 

Rhode Island menjadi tempat berlindung bagi berbagai kelompok minoritas agama yang dianiaya di tempat lain, termasuk Quaker, Katolik, Yahudi, dan berbagai sekte Protestan. Koloni ini memiliki komitmen yang kuat terhadap prinsip kebebasan hati nurani dan menolak "tes agama" untuk partisipasi sipil dan politik. 

Meskipun pada awalnya dianggap sebagai eksperimen berbahaya oleh koloni-koloni tetangga, Rhode Island berhasil membuktikan bahwa masyarakat dengan keragaman agama dapat hidup dalam keharmonisan. Karakter unik koloni ini diresmikin dalam piagam kerajaan tahun 1663 yang secara eksplisit menyatakan bahwa "tidak ada orang di koloni ini akan diganggu, dihukum, atau diusik karena perbedaan pendapat dalam masalah agama."

Selama periode Revolusi Amerika, Rhode Island menjadi salah satu pendukung kuat kemerdekaan dan menjadi koloni pertama yang secara resmi menyatakan kemerdekaannya dari Inggris pada 4 Mei 1776. Para pemimpinnya bersikeras bahwa nilai-nilai kebebasan beragama dan hak-hak sipil yang menjadi ciri khas Rhode Island harus dijamin dalam konstitusi nasional yang baru. 

Ketika Konstitusi Amerika Serikat akhirnya diratifikasi, prinsip-prinsip yang diperjuangkan Rhode Island, terutama mengenai pemisahan gereja dan negara serta perlindungan kebebasan beragama, diadopsi dalam Amandemen Pertama. Warisan Roger Williams dan eksperimen sosial Rhode Island menjadi contoh penting bagaimana melindungi hak-hak minoritas dalam sebuah negara demokratis. 

 

Kesamaan dengan Nasib Minoritas di Indonesia 

Indonesia, seperti Rhode Island di masa awal, adalah rumah bagi beragam kelompok agama, etnis, dan budaya yang hidup berdampingan. Keragaman ini menciptakan dinamika sosial yang kompleks di mana kelompok minoritas sering menghadapi tantangan dalam mempraktikkan keyakinan mereka dan mengekspresikan identitas budaya mereka. Kasus-kasus seperti penolakan pembangunan masjid di Bali atau penolakan gereja di daerah dengan mayoritas Muslim menunjukkan tantangan yang serupa dengan yang dihadapi oleh penduduk minoritas di Massachusetts yang kemudian mencari perlindungan di Rhode Island. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun