Mohon tunggu...
Gabriel Sianipar
Gabriel Sianipar Mohon Tunggu... Pengajar

Suka membaca, menulis, dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengertian Iman atau Percaya

5 Agustus 2025   12:38 Diperbarui: 5 Agustus 2025   12:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu penyebab mengapa orang berpandangan bahwa Allah memilih dan menentukan sebagian orang selamat adalah karena mereka tidak memahami pengertian percaya dengan benar. Di antara mereka ada yang berpandangan bahwa seseorang bisa percaya pun karena Allah yang menggerakkannya atau menaruh percaya di dalam diri orang yang terpilih dan ditetapkan untuk pasti selamat masuk surga, Pandangan ini salah. Untuk itu kita harus memahami dengan benar pengertian percaya itu.

Dalam bahasa Ibrani, kata "percaya" atau "iman" adalah aman (). Kata "iman" dalam bahasa Yunani terjemahan dari pistis (), yang artinya kepercayaan atau penyerahan diri kepada seseorang. Kata kerja dari pistis adalah pisteuo (), yang mempunyai pengertian "percaya kepada, memercayakan diri atau menyerahkan diri kepada suatu obyek," dalam hal ini tentu Tuhan. .Kata "iman" (bahasa Inggris: faith), diterjemahkan dari kata Yunani (pi'stis). Kosa kata (kata benda) bahasa Indonesia "IMAN" adalah serapan kata dari bahasa arab "AMANU" yang artinya kepercayaan atau keyakinan.  Membahas mengenai iman atau percaya yang bertalian dengan keselamatan, bisa dilihat dari tiga dimensi.

Dimensi pertama adalah keyakinan terhadap karya Kristus yang telah selesai sempurna dua ribu tahun yang lalu. Iman seperti ini disebut sebagai pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Dalam hal ini pikiran setuju dan mempercayai fakta sejarah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi daging, mati di kayu salib untuk memikul dosa manusia. Pikiran setuju dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Percaya dimensi pertama ini mutlak penting, sebab percaya ini adalah pintu gerbang untuk memiliki percaya yang penuh. Tanpa pengaminan akali ini seseorang tidak akan pernah memiliki keselamatan. Tetapi pengaminan akali belumlah cukup. Banyak orang Kristen memiliki percaya hanya sampai di tatanan ini, tetapi merasa sudah percaya dengan benar dan meyakini dirinya sudah selamat.

Dimensi kedua, iman adalah kesediaan untuk berusaha mengenal Pribadi Allah, mencari kehendak-Nya dan melakukannya, serta mengerti rencana-rencana Allah dalam hidup ini untuk dipenuhi. Dalam hal ini percaya seseorang bukan hanya di dalam pikiran, tetapi sudah diterjemahkan dalam tindakan nyata. Inilah iman yang dimiliki atau diperagakan oleh Abraham. Iman seperti inilah yang dimaksud oleh Paulus dalam surat pastoralnya, bahwa orang percaya dibenarkan bukan oleh perbuatan tetapi oleh iman. Ini berarti seseorang dapat dibenarkan bukan hanya memiliki iman dimensi pertama -yaitu pengaminan akali- tetapi melalui proses pertumbuhan pendewasaan sampai seseorang melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Percaya dimensi kedua ini adalah tindakan mengerjakan keselamatan dalam takut dan gentar, sehingga terjadi atau berlangsung perubahan menuju mengenakan kodrat Ilahi atau mengambil bagian dalam kekudusan Allah, sesuai dengan rancangan Allah semula.

Dimensi ketiga dari percaya adalah keyakinan penuh terhadap kehidupan yang akan datang yaitu Kerajaan Tuhan Yesus yang akan dinyatakan, sehingga menaruh pengharapan sepenuhnya pada penyataan kedatangan Tuhan Yesus (1Ptr. 1:3). Dalam Roma 8:23-24 tertulis: "...tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan..." Orang percaya seperti ini akan ditandai dengan "hati yang dipindahkan dalam Kerajaan Surga." Tentu saja mereka tidak lagi terikat dengan keindahan dunia, sehingga layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Akhirnya, untuk memiliki iman yang penuh, seseorang harus berjuang sampai memiliki iman yang penuh. Inilah perlombaan yang wajib bagi semua orang percaya (Ibr. 12:1-3). Dengan demikian iman bukanlah anugerah yang otomatis dimiliki orang percaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun