Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Serba Pertama di Kompasiana

4 November 2016   06:20 Diperbarui: 4 November 2016   19:48 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari tulisan ke layar kaca bersama Kompasiana

Genap 5 tahun saya bergabung di Kompasiana. Di dashboard K ini saya resmi terdaftar pada tanggal 2 November 2011. Hingga kini, tercatat sudah 253 artikel saya bagikan di Kompasiana dengan jumlah pembaca sebanyak 133 ribu. Wow wow wow.

Untuk berbagi dalam ajang #8tahunkompasiana saya ingin berbagi momen-momen yang pertama kali saya alami sebagai Kompasianer. Seperti jatuh cinta, yang pertama biasanya sulit dilupakan. Begitu juga momen-momen pertama saya di Kompasiana. Sebagian bukan hanya yang pertama namun juga sebagai tonggak dan momentum dalam hidup saya.

Tulisan pertama yang saya share di Kompasiana berjudul Hidup Abadi Itu Menderita. Tulisan itu adalah kisah Nabi Sulaeman as. yang mendapat tawaran menggiurkan untuk bisa hidup abadi. Siapa tak mau hidup abadi apalagi dengan kekayaan dan kekuasaan berlimpah. Sebelum memutuskan Nabi Sulaeman berdiskusi dengan para wazir dan para bijak. Ternyata semua menganjurkan untuk menerima tawaran Allah.

Di antara semua usulan itu, ada satu usulan dari landak yang betul betul menjadi perhatiannya. Landak berkata, “hidup abadi harus dibarengi dengan kekuatan mental untuk memikul penderitaan hidup ditinggal oleh orang-orang yang kau cintai. melihat ketimpangan dan ketidak adilan berlaku di depan mata. sanggupkan engkau menahan derita ditinggal orang-orang yang dicintai sepanjang masa, sementara kau akan hidup lama sekali. sanggupkah kau menahan beban melihat ketidak adilan berlaku sepanjang masa".

Mendengar nasehat landak itu akhirnya Nabi Sulaeman tidak menerima tawaran dari Allah. Sang Nabi bersabda, “Wahai pencari rahasia-rahasia, hendaklah engkau melihat orang mati yang hidup, Yang berjalan-jalan di atas bumi, seperti orang yang masih hidup; namun ruhnya bertempat tinggal di Surga, Karena dia telah dipindahkan sebelum mati dan tidak akan dipindahkan ketika dia mati.

Setelah tulisan pertama itu, beberapa artikel saya tulis di K. Dari sekian banyak artikel itu belum pernah satupun yang masuk ke kotak HL. Menjadi HL adalah salah satu kebanggaan Kompasianer yang susah digambarkan (yah kecuali buat yang sudah langganan HL). Konon saat itu menjadi HL lebih susah dibanding sekarang. Dan HL pertama saya itu terjadi pada tahun 2014. 3 tahun setelah saya bergabung di K.

hl-1-581bc52c09b0bd1b758d9e88.png
hl-1-581bc52c09b0bd1b758d9e88.png
Artikel pertama yang diganjar HL oleh admin adalah tulisan tentang lava batik Dayang Sumbi di Taman Hutan Raya Djuanda. Artikel ini bercerita tentang keberadaan lava yang menarik. Lava itu disebut pahoehoe. Lava itu membentuk seperti sebuah selendang. Oleh karenanya juga dinamai lava selendang.  Menurut pak Budi Brahmantyo, penampakan lava seperti ini sangat jarang terjadi di Indonesia. Lava ini sangat banyak ditemukan di Hawai.

Ternyata, Kompasiana tidak hanya membuat saya menulis namun juga bertemu dengan Kompasianer ‎lain dalam berbagai ajang. Kompasiana Nangkring adalah contohnya. Nangkring pertama kali saya ‎adalah mengunjungi kantor Google. Ini juga menjadi kopdar pertama saya di dunia bloging.  ‎

Saat pertama ikut acara itu, ada perasaan was-was dag dig dug der. Ada terpikir, kalau sudah bertemu ‎Kompasianer yang lain saya jadi minder, terkucilkan dan berbagai perasaan negatif. Anggapan itu buyar ‎setelah bertemu Kompasianer lainnya. Mas Choiron adalah orang pertama yang saya kenal secara ‎langsung. Ditunjang dengan desain Google Indonesia obrolan dengan Mas Choiron ternyata ‎menyenangkan dan dapat membuat pikiran-pikiran negatif saya hilang. Kata Mas Rahab, (Awal kali ‎saya menyebutnya Mas Ganendra) Kompasianer itu cenderung koplak.‎

Menjaga kakaban, traveling dengan Kompasiana
Menjaga kakaban, traveling dengan Kompasiana
Dari ajang visit kantor Google, saya membuat tulisan tentang ruang-ruang spiritual. Sunan Kalijaga ‎melihat bahwa ruang spiritual adalah bangunan keseluruhan dari pola hidup manusia. Bukan sekedar ‎ketika dia salat di mushalla. Shalat yang dilakukan di tempat shalat itu hanyalah tata krama dalam ‎kehidupan beragama. Cuma hiasan. Tujuan hakiki shalat adalah untuk mencegah perbuatan fakhsya ‎dan munkar (Qs. 29 : 45).‎

Berbekal pertemuan di Google itu, saya lebih PD ikut acara kompasiana lainnya. Salah satunya adalah ikut acara Rally Wisata. Dalam ajang ini, reportase saya diganjar jadi juara satu. Jadi juara kesatu! Wah, itu momen yang luar biasa. Bukan hanya juara pertama di K, tapi itulah juara pertama kali dalam ajang lomba yang saya ikuti. Tulisan saya Menjinakan Nissan March yang diikutkan dalam ajang Rally Wisata Bareng Nissan March diberikan juara oleh penyelenggara. Ndak tanggung-tanggung, juara pertama. Yeeeeay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun