Menjelang magrib, bacaan Al Qur'an dihentikan untuk memberi kesempatan para santri mencari makanan berbuka. Konsep kali ini berbeda dengan acara-acara sebelumnya. Jika di acara sebelumnya, makanan disediakan oleh panitia sendiri, lalu para santri akan antri di meja yang disediakan. Kali ini, panitia menyediakan  beragam booth makanan yang beragam. Betul-betul beragam. Saya hitung ada hampir 20 jenis makanan dan minuman. Cocok disebut berburu makanan buka.
Para santri diberikan 1 kupon yang bisa diganti dengan 1 jenis snack, minuman dan makanan. Setiap kali berminat pada satu makanan maka kupon disobek dan diberikan kepada para penjaga. Bebas mau pilih apa saja. Mau mpek-mpek, kolak, mie bakso, baso tahu, atau es buah. Bisa juga dibelikan snack khas seperti gehu (tahu goreng) bala-bala, martabak telor dan cilor. Untuk minuman pilihan ada jus buah, es sarang burung, sirup rosella dan lainnya. Nyatanya memang heboh dan memberi nuansa baru.
Malam makin malam dan cuaca dingin mulai memeluk setiap peserta simaan. Akhirnya keluar pakaian-pakaian tebal penahan hawa dingin. Selain jaket, para santri ada yang pakai sarung untuk mengusir dingin dan juga ada yang bawa selimut betulan.
Saya juga merasakan dinginnya cuaca malam itu. Saya pulang dulu ke rumah dan menambah kostum dengan jas dan serban. Jas cukup ampuh menahan hawa dingin dan serban menahan kepala dari buruan udara dingin malam 19 Ramadhan itu. Selain sarung, saya membuat tambahan celana panjang untuk malam itu. Pasalnya saat ikut simaan, rasa kantuk sering mengalahkan mata dari membaca dan mendengar para hafidz membaca ayat. Saat terkulai tidur itu kan saya tidak ingin sarung saya tersingkap dan memberikan pandangan yang tak etis.