Mohon tunggu...
Super_Locrian
Super_Locrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Cuma seorang yang mencoba mempelajari tekno lebih dalam

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Implementasi Smart Factory dengan Transformasi Digital

24 September 2021   10:31 Diperbarui: 24 September 2021   10:40 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengulas Transformasi digital (DX) adalah bahasan menarik untuk menjadi acuan dalam menentukan arah strategis, yang memungkinkan inovasi bisnis yang didasarkan pada penggabungan teknologi digital ke dalam proses operasional, produk, solusi, dan interaksi pelanggan Anda. Strategi ini difokuskan untuk memanfaatkan peluang teknologi baru dan dampaknya terhadap bisnis dengan berfokus pada penciptaan dan monetisasi aset digital.

DX, atau transformasi digital, adalah konsep yang pertama kali diajukan oleh Profesor Erik Stolterman dari Universitas Ume pada tahun 2004. Ia menggambarkannya sebagai "Perubahan yang disebabkan atau dipengaruhi oleh teknologi digital dalam semua aspek kehidupan manusia."

Definisi gambaran yang lebih spesifik tentang konsep ini adalah "Situasi di mana perusahaan berurusan dengan perubahan dramatis dalam lingkungan bisnis, mengubah produk, layanan, dan model bisnisnya untuk memenuhi permintaan pelanggan dan masyarakat, dengan memanfaatkan data dan teknologi digital dan mengubah layanannya sendiri, organisasi, proses, korporat dan budaya bisnis sehingga dapat membangun keunggulan kompetitif,". Sementara Fujitsu secara umum menggambarkannya sebagai "memanfaatkan teknologi dan data digital untuk memberikan layanan inovatif dan mengubah proses bisnis."

Secara etimologi, DX terdiri dari D untuk digital dan X untuk transformasi. Digital hanya mengacu pada metodologi dan titik kritisnya adalah apakah transformasi dapat dilakukan atau tidak. Dalam kondisi tertentu, sesuatu yang tidak berada pada tingkat transformasi bisnis tidak bisa disebut DX, meskipun menggunakan teknologi digital yang canggih.

Sebagai contoh tren di industri keuangan. Secara sistem, Internet banking cukup dapat disebut DX. Karena membuat transaksi tersedia secara online tidak mengubah model bisnis itu sendiri dari cara konvensional dalam melakukan sesuatu.

Berbeda dengan mata uang virtual seperti Bitcoin yang berusaha mengubah struktur mata uang itu sendiri dengan menggunakan blockchain atau teknologi canggih lainnya sebagai pemicu, yang akhirnya mengarah ke DX. Dalam bahasa mudah, Bitcoin berusaha mengubah struktur model bisnis dengan menggunakan teknologi. Ini yang belum bisa dikategorikan sebagai DX.  

Artinya, inti dari DX adalah bagaimana mencapai efisiensi model bisnis dengan tidak mempengaruhi produktifitas produksi, serta menambah nilai dari transformasi bisnis yang dilakukan.

DX atau Transformasi digital melibatkan pembangunan ekosistem digital di mana ada koherensi dan integrasi tanpa batas antara pelanggan, mitra, karyawan, pemasok, dan entitas eksternal, memberikan nilai keseluruhan yang lebih besar bagi keseluruhan.

Kunci Transformasi Digital

Transformasi digital dapat berupa linier atau eksponensial. Perusahaan yang memulai transformasi digital linier memeriksa bagaimana memodernisasi dan meningkatkan operasi saat ini. Dalam banyak kasus, ini adalah titik di mana banyak organisasi memeriksa peluang untuk bertransformasi secara digital. Namun, mengubah cara organisasi beroperasi secara mendasar merupakan komponen transformasi digital eksponensial. 

Ini membutuhkan perubahan mendasar dalam pemikiran seluruh organisasi dan secara holistik merangkul perubahan menggunakan teknologi digital untuk semua proses dan interaksi, baik secara internal maupun eksternal. Sebagai contoh, industri ritel yang memodernisasi sistem distribusinya melalui teknologi digital mengalami transformasi linier. Namun, kalangan pengecer yang membangun situs e-commerce untuk mengubah cara menjangkau dan menjual kepada pelanggan menunjukkan bagian dari transformasi digital eksponensial.

Manfaat dan Tantangan Transformasi Digital

Transformasi digital bergantung pada pengelolaan pertumbuhan eksponensial, nilai intrinsik, dan pergerakan data. Hal ini memerlukan penggabungan dan pengelolaan data di dunia hibrid yang kompleks. Pertumbuhan dan pengelolaan data tersebut perlu diatur secara efektif untuk memastikan keutuhan data, keamanan, dan biaya yang diperlukan untuk pengelolaan data tersebut.

Mungkin contoh terbesar dari organisasi yang ada yang melakukan transformasi digital dapat ditemukan dalam evolusi vendor penyedia konten film, yang awalnya dari penyewaan DVD ke streaming hiburan berbasis langganan online, termasuk pembuatan konten asli.

Di setiap industri, transformasi digital telah menjadi keharusan perusahaan. Dari manufaktur hingga bioteknologi, perusahaan terkemuka memanfaatkan data agar tetap kompetitif. Sementara di dalam negeri, pemerintah telah mencanangkan Making Indonesia 4.0  sejak beberapa tahun silam. Rencana ini akan menjadi langkah khusus untuk memajukan dunia industri di Indonesia, untuk meningkatkan daya saing. Terobosan yang dicanangkan ini pun akan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan. 

Menurut Kementerian Perindustrian, dalam Making Indonesia 4.0, setidaknya ada 10 inisatif nasional yang bersifat lintas sektoral dengan tujuan mempercepat perkembangan industri manufaktur, yang didalamnya terdapat perbaikan alur distribusi barang dan material, membangun peta jalan zona industri komprehensif  dan lintas industri, mengakomodasi standar berkelanjutan, serta memberdayakan industri kecil dan menengah. 

Begitu pun dengan konsep Smart Factory yang diperkenalkan oleh Fujitsu. Konsep ini mendorong terciptanya lingkungan industri yang sarat teknologi dengan memaksimalkan komponen baru seperti IoT, yang dapat menyatukan operasi fisik dan digital dalam proses produksi. Sementara proses otomatis secara robotic akan membantu manusia menjalankan proses produksi. 

Artinya konsep Smart Factory meski menciptakan lingkungan baru dalam industri dengan menjejalkan beragam teknologi, namun peran manusia tetap diperlukan untuk menjalankan teknologi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun