Mohon tunggu...
Super_Locrian
Super_Locrian Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis lepas, enthusiastic in journalism, technology, digital world

Cuma seorang yang mencoba mempelajari tekno lebih dalam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

DIMS, Tepatkah Menjadi Solusi Manajemen Data Kala Bencana?

22 Januari 2019   12:06 Diperbarui: 31 Juli 2019   14:54 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshoot aplikasi DIMS (Dokpri)

Artinya, keakuratan data lapangan lah yang akan menjadi penentu ketepatan distribusi bantuan yang dibutuhkan oleh korban bencana. Lantas bagaimana mendapatkan data akurat dari lokasi bencana? 

Tak mau berlarut memikirkan hal yang tak mungkin ia jawab, Maulana mengakhiri sore dengan seruputan tetes kopi yang sudah bercampur dengan ampasnya tersebut. 

Apa yang dipikirkan Maulana mungkin juga terpikir oleh sebagian masyarakat saat hendak memberikan bantuan setelah terjadi bencana. Pendataan, ya memang akan menjadi salah satu masalah yang akan timbul setelah terjadi bencana. 

Berapa korban yang selamat dan membutuhkan bantuan, bantuan materiil apa yang dibutuhkan, hingga berapa banyak yang dibutuhkan, tentu ini bukan perkara yang mudah untuk dijawab. Butuh data valid untuk akhirnya menjadi acuan mendistribusikan bantuan. 

Disaster Information Management System (DIMS) yang dirilis oleh salah satu perusahaan IT asal Jepang, memungkinkan untuk menjawab pertanyaan yang menggulung di benak Maulana. 

Solusi manajemen data yang terintegerasi dengan dashboard milik Badan Penanggulangan Bencana Pusat (BNPB), memunculkan kolektifitas data yang berasal dari lokasi terjadinya bencana. Hal ini tentu akan memudahkan instansi terkait untuk memutuskan banyaknya bantuan yang didistribusikan berdasarkan jumlah korban per wilayah. 

screenshoot aplikasi DIMS (Dokpri)
screenshoot aplikasi DIMS (Dokpri)
Lantas bagaimana cara kerjanya? Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang menjadi perpanjangan tangan BNPB di daerah, akan memberikan laporan dalam bentuk digital melalui aplikasi yang diterapkan di gawai smartphone terkait tipe bencana, kerusakan, area terdampak, hingga jumlah korban selamat dan meninggal. Data ini pun akan memunculkan hasil apa saja yang dibutuhkan oleh korban yang selamat, sehingga bantuan yang didistribusikan lebih tepat guna dan sasaran. 

Lantas apa bedanya dengan apa yang sudah dilakukan oleh petugas-petugas sebelumnya? Mereka juga pasti memberikan laporan ketika terjadi bencana. Yang membedakan adalah semua data yang masuk dari sumber pertama (petugas lapangan) sudah dalam bentuk digital, dan tidak perlu input ulang di database pusat milik BNPB. 

screenshot-dashboard-dims-5c469cdaaeebe1261225f962.jpg
screenshot-dashboard-dims-5c469cdaaeebe1261225f962.jpg
Kalau sudah begini, artinya kekisruhan distribusi bantuan untuk korban bencana tentu dapat diminimalisir. Bicara bencana sudah barang tentu bukan saja hanya bicara bantuan, korban, serta distribusi bantuan bagi para korban. Yang terpenting adalah bagaimana meminimalisir korban ketika terjadi bencana. Lantas bagaimana caranya? 

Dari data yang dimasukan oleh petugas lapangan ke dalam aplikasi dan tersimpan dalam database utama itulah nantinya akan menjadi tren untuk kemudian dipelajari, yang pada akhirnya petugas dapat memperkirakan kapan bencana terjadi dengan melihat gejala-gejala dan wilayah yang terdampak becana. Bukan untuk mendahului takdir tentunya, tapi mempersiapkan segala sesuatu sebelum terlambat tidak ada salahnya bukan?. 

Intiya adalah ketika ada bencana, yang paling terpenting untuk menentukan langkah dan tindakan apa yang harus dilakukan, semua berdasarkan data yang sudah terkumpul dari lokasi bencana. Dari data tersebut kemudian menjadi sebuah sumber yang bisa dipelajari terkait tren bencana yang kerap terjadi di wilayah tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun