Mohon tunggu...
Ahmad Fuad Afdhal
Ahmad Fuad Afdhal Mohon Tunggu... Dosen - Ph.D.

Pengamat isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengadopsi Teknologi Pelayanan Kesehatan

2 Februari 2019   01:25 Diperbarui: 2 Februari 2019   04:43 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inovasi teknologi (Thinkstock) | Kompas.com

Salah satu yang menarik bagi para pengamat perkembangan teknologi pelayanan kesehatan adalah dalam mengamati proses pengadopsian produk inovasi dalam sektor ini. Kecepatan pengadopsian ternyata tidak selalu sama. Walau begitu semuanya memiliki kurva yang sama berbentuk huruf S.

Pada awal munculnya CT Scan generasi pertama, walau calon pemakai terlihat sangat antusias, terlihat bahwa kecepatan pengadopsi relatif tidak secepat prediksi pihak manufaktur. Padahal pihak manufaktur sudah menurunkan tim pemasar terbaik mereka yang dibantu oleh tim riset pasar pihak manufaktur. 

Bahkan pihak manufaktur sudah dibantu oleh konsultan pemasaran ternama yang melakukan beberapa sudi termasuk prediksi dalam mendesain beberapa skenario pemasaran produksi yang memiliki prospek yang sangat bagus tersebut. Bahkan dengan sangat berharap kepada prospek moderat menjadi suatu kenyataan. Nyatanya, ternyata pengadopsian termasuk lamban karena banyak faktor yang memengaruhi proses pengadopsian tersebut. Akibatnya muncul rasa pesimisme atas proyek inovatif.

Namun di balik pesimisme tersebut, ternyata ada satu-dua konsultan yang memunculkan rasa optimisme setelah melihat adanya kemiripan dalam proses pengadopsian beberapa teknologi kesehatan dalam arti luas, termasuk obat.

Pihak manufaktur ternyata ada yang tertarik dengan kemiripan proses adopsi ini setelah memperoleh beberapa studi yang sudah dipublikasi di jurnal-jurnal ilmiah internasional yang mempunyai reputasi tinggi.

Ternyata prediksi optimis di tengah pesimisme bahkan mendorong para investor berani di manufaktur yang awalnya pesimis tersebut. Kesimpulannya, pihak manufaktur tergerak dalam memperbaiki kekurangan produk awal setelah mendapat suntikan modal tambahan dari investor baru tersebut. Dengan penelitian baru yang didukung dana tambahan dari mereka yang masuk belakangan.

Difusi:
Walaupun umumnya difusi produk inovasi mengikuti kurva huruf S tidak mutlak akan semuanya mengikuti kurva tersebut. Sebagai contoh adalah khemoterapi untuk pengobatan leukimia di Amerika Serikat. Ternyata difusinya tidak mengikuti kurva huruf S.

Ini terjadi dalam hal teknologi yang pengembangannya tidak lengkap. Akibatnya dari kurva difusi ternyata banyak yang menunjukan prilaku yang putus asa. Keputusasaan diperlihatkan oleh para pasien dan juga oleh para dokter. Pada awalnya difusi dari khemoterapi  terjadi karena pemberi pelayanan kesehatan memperlihatkan rasa tanggungjawab yang sangat bagus., termasuk dalam menolong para pasien selain sama-sama mempunyai keputusasaan. 

Belakangan faktor efikasi dan faktor keamanan memengaruhi difusi. Sementara, teknologinya sendiri bisa terus terdifusi atau sebaliknya bahkan gagal. Oleh karena itu, teknologi yang prematur semacam ini bahkan bisa membahayakan para pasien. Kasus ini dikenal sebagai  the desperation-reaction model.

Satu hal yang harus dicatat bahwa teknologi memiliki siklus hidup. Dalam waktu tertentu teknologi menjadi usang dan diganti oleh teknologi baru. Sebagai contoh adalah pusat pernafasan dan rehabilitasi untuk korban polio sudah hilang. Ketimbang menjadi pemakaian yang terbatas, bahkan sudah  tidak dianggap lagi manfaatnya. 

Aspek lain adalah bahwa sulit untuk menguraikan dinamika dari difusi. Ini karena difusi terjadi karena ratusan bahkan ribuan keputusan individu. Penelitian yang berusaha untuk merekapitulasi boleh jadi akan menemukan difusi yang sepertinya sederhana dibandingkan dengan faktanya yang jauh lebih kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun