Pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor kebahasaan, tapi juga oleh faktor non kebahasaan, seperti lokasi/ letak geografis, waktu, dan faktor situasi. Faktor-faktor tersebut bisa mendorong timbulnya perbedaan dalam pemakaian bahasa. Peebedaan tersebut akan tampak pada pelafalan/pengucapan. Perbedaan bahasa yang menyerupai bahasa induk disebut ragam bahasa.
Ragam bahasa yang berhubungan dengan lokasi/letak geografis disebut dialek. Kita ambil contoh di pulau jawa, bahasa jawa kromo tentu berbeda dengan bahasa jawa ngoko. Meskipun sama-sama jawa, tapi bahasa jawa kromo lebih halus dan lebih sopan jika digunakan dibandingkan dengan bahasa jawa ngoko.Â
Adapun ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut dialek sosial. Biasanya terdapat pada bidang pendidikan yang bahasanya akan berbeda beda antara guru kepada murid dengan murid kepada murid. Biasanya saat guru menjelaskan mengenai pelajaran akan menggunakan bahasa Indonesia yang formal, tapi jika murid dengan murid mereka akan berbicara dengan kata kata yang tidak formal, atau mereka menggunakan bahasa anak muda. Contohnya, "apanya, dong?", "trims", dll.
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat juga berperngaruh pada timbulnya ragam bahasa Indonesia. Bagaimana tidak? Tidak akan ada bahasa Indonesia jika tidak ada sejarahnya, begitu pula dengan masyarakat yang semakin berkembang, dari orang-orang  yang baru akan menciptakan bahasa baru yang akan meluas ke hingga ke ujung indonesia. Apalagi sekarang ada sosial media yang memudahkan masyarakat menjadi lebih cepat viral dengan konten konten yang menarik.
Ragam bahasa juga dapat berpengaruh antar daerah, menurut pengertian saya ini disebut logat. Saya ambil contoh dari kampung halaman saya sendiri, yang berada di daerah Ngimbang-Lamongan. Satu desa ini terbagi menjadi dua dusun, tapi kita berbeda logat. Jadi di dusunku ini berbicara sewajarnya orang berbicara, tapi dusun sebelah menggunakan logat mereka dengan cara agak memanjangkan nada bicaranya. Jadi jika kita tulis menggunakan tulisan, hurufnya akan ada yang double.Â
Satu hal yang perlu dicatat bahwa semua ragamm bahasa tersebut tetaplah merupakan bahasa yang sama. Karena seharusnya masing masing dari kita harus mengerti ragam bahasa satu dengan ragam bahasa lainnya. Dan kita harus bisa memilih bahasa yang baik, kriterianya adalah ketepatan memilih ragam bahasa dengan keadaan yang sedang dihadapi. Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap sebagai orang yang berbahasa dengan baik.Â
Nama: Friska Nuzul LailiÂ
Nim: 4330019008
Instansi: Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA)