Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Separuh Perjalanan

27 Desember 2017   06:46 Diperbarui: 27 Desember 2017   08:08 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tictec2bach2013jdastis.blogspot.co.id/

Di Separuh Perjalanan

Kala itu masih terlalu senja untuk memungut puing-puing kenangan, berharap dapat menyatukannya kembali saat aku kembali ke peraduan. Kenapa semua  berlalu begitu saja, capat tenggelam hingga tak sempat aku memandang. Isyarat lambaian tangan yang hanya meninggalkan bayang, seakan menjadi tanda akhir kisah kami; aku dan dia, yang sampai kapan pun takan bisa bersama. 

Jalannya dan jalan ku beda dan kini aku masih berada di separuh perjalanan. Aku hanya bisa berlangkah di atas bebatuan sambil bertanya, "mengapa ia pergi begitu saja?", tapi sayang pepohonan hanya diam, pun semilir angin yang sedari tadi ke sana ke mari hanya membisu tanpa kata. Sempat aku mencaci maki, tapi aku hanya malah di tertawai oleh orang-orang yang melihat ku.

 "Mungkin mereka tak pernah tahu apa itu cinta", gumam ku dalam hati.

Mungkin terlalu abstrak perihal cinta bagi orang-orang kampung. Bagi mereka cinta itu hanya retorika belaka, yang terpenting setiap hari mereka bekerja keras, bercumbu bersama terik matahari di ladang, berlumpur bersama lahan-lahan yang siap di tanami, mencari ikan di ganasnya lautan, mengadu kekuatan bersama bebatuan, atau sekadar bercanda gurau dengan seragam lengkap sambil menjejalkan gelar-gelarnya; lalu berakhir pekan bersama.

Di kedai yang dijadikan sebagai markas, bersama menikmati  minuman haram berbotol-botol , sambil berbagi pengalaman atau sekadar kisah dalam pergulatan bersama hari-hari lalu. Ada yang berbahagia karena cuaca kali ini amat mendukung usahanya, hasil tangkapan ikan yang melimpah karena laut bersahabat, gaji naik, pemasukan yang lebih  pekan ini serta kisah-kisah menarik lainnya. 

Namun kebahagiaan mereka itu tidak sebanding dengan sang pemilik kedai, yang tiap minggu menerima uang dari para pencari nafkah, dari para kepala keluarga yang masih mengenakan kostum kebanggaan dan titlenya masing-masing. Semakin banyak botol-botol kosong di atas meja semakin lebar senyum pemilik kedai itu.

Sudalah itu urusan mereka, nanti akan jadi tugas ku bila aku telah usai menyelasaikan proses pembinaan dan pendidikanku. Aku pun terjaga dari khayal bisu, sadar kalau aku masih di separuh perjalanan kemudian melanjutkan perjalanan sambil bergelut bersama hati yang perih; mirip kisah tentang Promoteusyang disayat dadanya oleh burung raksasa karena ia tidak mau mengembalikan apimilik para dewa yang ia curi di gunung Olimpus. 

Sebagaimana dikisahkan dalam mitologi Yunani Kuno. Ingin rasanya aku menangis setelah kekasih ku itu pergi,  membasahi wajah kusamku dengan air mata dan membiarkannya mengalir, agar terlihat lebih dramatis mirip sinetron yang kamarin aku tonton di televisi milik pak RT berukuran 1 inci berlatar arsiran seperti pasir.

 "TV ini peninggalan almarhum istri saya, diberikan oleh seorang misionaris asal Belanda, sebagai hadia karena semalam suntuk memijat orang kulit putih itu", kata pak RT saat aku bertanya tentang benda antik itu.

Sampat aku berpikir kenapa pak RT begitu lepas menceritakan perihal demikian, tidak sedikit pun tersirat rasa malu di wajahx; apa mungkin tersembunyi di balik lipatan  kulit wajahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun