Katekismus GerejaKatholik (KGK)1128: Inilah arti dari ungkapan Gereja, bahwa Sakramen-sakramenbekerja ex opere operato [secara harafiah: "atas dasar kegiatan yang dilakukan"].Artinya, mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang dilaksanakan satukali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksanakan oleh kesucianmanusia yang memberi atau menerima [Sakramen], tetapi oleh kekuasaan Allah". Pada saat Sakramen dirayakan sesuai dengan maksudGereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidakbergantung pada kekudusan pribadi pemberi. Buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang menerimanya.
KGK 1584: Ada dasarnya Kristus sendiri yang mendatangkan keselamatan dengan perantaraan pelayan yang ditahbis dan bekerja melalui dia. Ketidak-layakannya tidak dapat menghalang-halangi Kristus untuk bertindak. Santo Agustinus mengatakan ini dengan kata-kata yang sangat tegas: "Pejabat yang angkuh harus digolongkan dengan setan. Anugerah Kristus tidak dinodai karena itu; yang mengalir melalui dia, pertahankan kemurniannya; yang disalurkan melalui dia, tinggal bersih dan sampai ke tanah yang subur. ... Kekuatan rohani Sakramen adalah serupa dengan terang; siapa yang harus disinari, menerimanya dalam kejernihannya, dan apabila ia harus. melewati yang kotor, ia sendiri tidak menjadi kotor".
- Ex opere operantis
- Ex Opere Operantis dipersandingkan dengan Ex Opere Operato.Bahwa pelayanan sakramen juga bergantung kepada pihak yang melayani (pelayan klerus). Ex Opere Operantismengandung arti dari karya yang mengerjakan. Dalam pelayanan sakramen diperlukannya tanggapan manusia berupa  disposisi bathin yang layak dan murni. Hendaklah siapa yang melakukan setiap sakramen, dilakukannya dalam keadaan hati terbuka, tulus dan murni. Dalam setiap berkat tindakan manusia yang mengerjakan, ikut menguduskan sakramen tersebut. Seorang pelayan harus mengalami bathinnya sebagai inner life Allah, agar dengannya ia dapat dikuduskan dan dilayakkan untuk dapat merayakan dan melayani sakramen. Untuk penjelasan sistematis dapat ditemukan dalam KGK.
KGK 1550 :Kehadiran Kristus ini di dalam para pejabat tidak boleh diartikan, seakan-akan mereka kebal terhadap segala kelemahan manusiawi: terhadap nafsu berkuasa, kekeliruan, malahan terhadap dosa. Kekuatan Roh Kudus tidak menjamin semua perbuatan pejabat dalam cara yang sama. Sementara jaminan diberikan pada Sakramen-sakramen bahwa keadaan berdosa dari pemberi tidak dapat menghalang-halangi buah-buah rahmat, ada juga banyak tindakan lain, padanya para pelayan itu meninggalkan noda-noda kelemahan manusiawi yang tidak selalu menjadi tanda kesetiaan kepada Injil dan karena itu dapat merugikan kesuburan Gereja yang apostolik.
- Otomatisme Rahmat
- Perlu untuk dipahami bahwa dalam pemahaman Ex Opere Operatotidak ada konsep otomatisme rahmat dalam karya Allah. Artinya kekudusan sakramen itu memang berasal dari Allah tetapi dalam kerja samanya dengan kemurnian hati baik dari pihak pelayan (klerus) maupun pihak yang dilayani (peniten). Juga perlu dipahami bahwa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah itu secara khusus kepada pelayan, dalam pelayan kedua sakramen yang dimaksud, sama sekali tidak menghilangkan kemanusiaan [kelemahan manusiawi]-nya.
- Diakui akan adanya Gratia Gratis Data (rahmat Allah berkarya secara gratis dan universal untuk kita semua karena kasih dan inisiatif bebas-Nya)tetapi juga perlu dipahami bahwa dibutuhkannya juga pemahaman akan Gratia Supponit Naturam (rahma mengandaikan kodrat. Rahmat ikut berkarya bersama dengan kodrat manusia yang juga ikut terbuka untuk menerima secara bebas).
- Kendala Umat
Berupa pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan. Bisa saja karena kondisi pastor, bisa saja karena minimnya pengetahuan serta kesadaran akan Sakramen-sakramen ini.
- Apakah umat layak untuk mengaku pada seorang pastor muda?
- Setiap pastor melalui Sakramen Imamat sucinya oleh Uskup, kepadanya telah dikuasakan oleh Bapa-Putera dan Roh Kudus untuk membebaskan setiap umat manusia yang terbelenggu oleh dosa dan sedang menuju kepada mautnya hidup.
- Apakah umat layak untuk mengaku pada seorang pastor kriminalis
- dan skandalum selibat?
- Setiap pastor yang diketahui telah melakukan skandal dan perihal skandalum itu berkaitan erat dengan kesucian hidup sebagai imam Tuhan, maka biasanya Uskup setempat akan memberikan sanksi atau suspensi kepadanya sehingga dari imam tersebut tidak boleh melayani Sakramen yang telah telah ditetapkan itu.
- Apakah minyak suci hanya ditujukan kepada mereka yang sudah dalam
- keadaan kritis kesehatan?
- Seperti yang ada dalam Dokemen Konsili Vatikan II, secara khusus Konstitusi Sacrosantum Concillium (tentang Liturgi Suci), bahwa Sakramen pengurapan orang sakit dapat ditujukan kepada mereka yang sudah lanjut usia karena itu membutuhkan kekuatan untuk bertahan dalam hidup, bagi mereka yang sedang dalam keadaan bahaya mati; bagi mereka yang karena kritis kesehatan, menderita penyakit tertentu dan berada dalam keadaan bahaya mati. Kepada mereka inilah Sakramen ini ditujukan dan diberikan oleh seorang pelayan klerus (imam), kapan saja dan sejauh dapat dihubungi, pada tempat mana saja jika tidak memungkinkan untuk menemukan tempat yang layak.
- Apa manfaat dari minyak suci? Karena selama ini terbayang konsep bahwa
- diberi minyak suci artinya siap dipanggil ke hadirat Tuhan.
- Dengan penjelasan-penjeladan di atas maka jelaslah bahwa menggugurkan semua kecurigaan-kecurigaan terhadap kedua Sakramen itu. Bahwa ketika menerima Sakramen Tobat, si peniten bukanlah terdakwa. Dan ketika menerima SakramenPengurapan Orang Sakit, orang tersebut bukanlah harus menuju kepada kematian. Karena jika rahma melalui minyak itu berkarya bersama dengan iman kepercayaa pelayan dan yang menderita maka terhadap dia akan disembuhkan secara fisik dan bathin.
- Apakah seorang pastor layak untuk membongkar rahasia pengakuan umat?
Dalam tradisi dikenal istilah seal-confession atau segel pengakuan. Hal ini mengandung arti bahwa yang hanya tahu adalah pastor pelayan, peniten dan Tuhan. Di luar tiga pihak ini, siapapun tidak dapat diperkenankan.
PENUTUP
Kita telah melewati penjelasan yang cukup panjang tentang Sakramen-sakramen penyembuhan dalam GerejaKatholik. Terdapat tujuh Sakramen tetapi dalam tulisan ini lebih difokuskan tentang Sakramen-sakramen penyembuhan yakni Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Kedua Sakramen itu dapat diterima secara baik jika kita semua sebagai manusia entah itu berstatus sebagai pelayan klerus maupun sebagai peniten dan orang yang sakit senantiasa berada ada penyerahan diri yang total kepada Kehendak Bapa bersama Putera dan Roh. Seluruh proses permenungan hidup ini harus sampai pada refleksi akan Lingkaran Trinitaris (Bapa-Putera-Roh) sebagai kebesaran yang tak bertara dan ketertinggian yang tak terjangkau. Dalam konteks inilah Bapa-Putera-Roh tetap dipahami sebagai sumber rahmat yang datang dari inisiatif bebas kepada kita umat manusia sebagai penerima rahmat yang bebas itu.
Demikianlah tulisan ini, diyakini bahwa masih terdapat begitu banyak pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang mengitari dalam kehidupan mengGereja. Tentunya tulisan ini tak mampu menjawab semuanya. Karena itu jika masih tetap terjadi kebibungan bahkan menuju kepada bahaya murtad maka pergilah ke parokimu dan mintalah penjelasan pada para pastormu.
PENULIS : NENO YUDEL FON, Fr.
FRATER KEUSKUPAN ATAMBUA