Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berdayakan Konten Lokal Budaya dan Filterisasi Produk Asing

4 November 2023   21:32 Diperbarui: 4 November 2023   22:10 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebudayaan lokal Atoni Pah Meto/ Suku Dawan Timor dengan balutan kain tenunnya perlu diperhatikan pemerintah pusat. Foto: Tafenpah.com

Jutaan konten lokal di berbagai platform media digital belum sepenuhnya diberdayakan pihak yang berwenang, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Teknologi dan Riset. Karena persoalnya sangat kompleks.

Untuk itu, informasi mengenai berdirinya Kementerian Kebudayaan mendapat angin segar di kalangan pegiat konten lokal.

Karena persoalan terbesar selama ini adalah kurangnya dukungan Kementerian Pendidikan kepada konten lokal.

Bukan berarti, Kementerian Pendidikan tidak mencurahkan perhatiannya kepada konten lokal. Tapi, karena letak geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan gugusan pulau dan segala problematikanya, membuat Kemendikbud-Ristek tidak maksimal.

Ragam kegiatan atau event kebudayaan juga kebanyakan condong pada kearifan lokal budaya yang sudah mendapatkan personal branding terbaik di google.

Jadi, wacana pemisahan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi pilihan yang tepat, guna memberdayakan konten-konten lokal, terutama yang berada di pelosok nusantara.

Sedangkan, Kementerian Pendidikan terus meningkatkan program-program literasinya yang selama ini sudah menyasar pelosok nusantara.

Perihal sosok atau tokoh yang tepat untuk menakhodai Kementerian Kebudayaan, sejauhnya memang belum terlihat oleh masyarakat.

Lantaran, berbicara mengenai sosok, sejatinya Indonesia tidak pernah kekurangan orang cerdas.

Masalahnya adalah praktisi-praktisi kebudayaan lebih condong mempopulerkan kebudayaan dari mana ia berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun