Barangkali sebelum Ramadan, kita telah mengejar banyak hal dalam hidup kita. Jatuh dan bangun kita lalui. Tanpa sadar kita menghabiskan separuh hidup kita untuk mengejar sesuatu yang belum tentu kita gapai. Akibatnya kita menelantarkan orang-orang yang kita cintai.
Ramadan mengajarkan kepada kita untuk menyadari diri sendiri bahwa kehidupan ini diberikan secara Cuma-Cuma oleh Sang Pencipta. Sebagai bentuk pertanggungjawabannya, kita pun diminta untuk memberikan manfaat kepada orang lain di sekitar kita.
Lalu, apakah hidup kita sudah memberikan manfaat bagi sesama?
Pertanyaan refleksi ini  patut kita renungi untuk memaknai kehidupan kita di bulan Ramadan ini. Ramadan sebagai pintu taubat dan sarana berbagi kasih dan kebaikan kepada sesama. Karena ketika kita lahir, kita pun tak pernah memilih untuk dilahirkan dari budaya mana, agama apa, ras dan suku apapun. Yang terpenting kita adalah sesama suku bangsa Indonesia.
Terakhir saya kembali mengutip penulis sekaligus orang yang membawa saya pada dunia kepenulisan yakni Mas Ahmad Rifa;I Rif;an yang berpesan bahwa," Ketika jiwamu bertabur cinta, maka atas kehendak Tuhan, semesta pasti akan melimpahkan anugerahnya. Sambar peluang berbuat baik secepat kilat. Kebaikan kalau tak kita rebut, tak lama ia pasti akan luput."
Artinya, ketika kebaikan di bulan Ramadan dibagikan kepada sesma yang berbeda keyakinan, tanyakan pada diri sendiri, kapan lagi aku harus berbuat kebaikan? Kalau bukan aku, siapa lagi.
Sekian inspirasi dari penulis sekaligus mentor saya dalam dunia kepenulis, Mas Ahmad Rifa'I Rif;an.
Selamat berbuka puasa saudara-saudari umat Muslim di mana pun. Salam Bhineka Tunggal Ika.