Hubungan diplomasi antara Inggris dan China semakin memanas beberapa pekan terakhir ini. Isu utama yang menjadi perdebatan sengit antara kedua negara adalah menyangkut Hak Asasi Manusia.
Masalah kemanusiaan bukan hanya dialami oleh kedua negara. Melainkan, saat ini, dunia masih dibelenggu dengan ketidakadilan dalam bidang apapun. Terutama kemanusiaan itu sendiri.
Masalah kemanusiaan yang dilanda oleh Myanmar beberapa pekan yang lalu hingga saat ini belum kelar. Lagi-lagi kita dihebohkan dengan wacana pembajakan kapal Ever Given di Terusan Suez. Sementara di negara kita, bom bunuh diri di kota Makassar. Rentetan peristiwa kemanusiaan ini menjadi masalah universal.
Inggris dan China saling menuding soal Hak Asasi Manusia. Dilansir dari BBC.COM/NEWS, "Just a few days ago China imposed sanctions on nine UK citizens - including five MPs- for spreading what it called "lies and disinformation" about the country."
Baca juga: Climate Change: China Absent From Key UK Meeting
Sanksi yang dijatuhkan oleh Pemerintah China kepada kesembilan warga Inggris ini diduga menyebarkan berita kebohongan dan disinformasi di negara itu.
Tindakan China ini bukan tanpa alasan. Karena sebelumnya pemerintah Inggris juga melakukan pelanggaran hak asasi manusia, khususnya bagi minoritas Muslim Uighur.
Salah satu juru bicara COP26 sangat menyayangkan tindakan pemerintah China yang tidak mengindahkan undangan untuk ikut ambil bagian dari pertemuan KTT Iklim dan Pembangunan hari ini.
 Amerika Serikat, Uni Eropa dan India ikut berpartisipasi pada pertemuan hari ini di Inggris.  Seharusnya China ikut berpartisipasi. Karena China merupakan salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar dunia.  Kehadiran mereka sangat diharapkan oleh ke-35 Menteri atau perwakilan dari negara-negara yang tergabung dalam KTT Iklim dan Pembangunan Global.
Jika seandaninya pemerintah China menahan ego untuk ikut ambil dalam pertemuan hari ini, mereka akan memainkan peran yang penting sekaligus partner kerja bagi negara-negara berkembang dunia saat ini.