Berpikir benar dan lurus adalah dua hal yang harus dimiliki setiap orang. Pikiran yang lurus dan benar akan membawa rasa nyaman, damai, harmonis di tengah budaya lain. Sebaliknya, pikiran sesat akan membawa perpecahan di tengah budaya lain.
Jack berasal dari Kota Y. Ia memilih merantau dari tanah kelahirannya. Selama di perantauan, ia merasa kaget dengan budaya orang lain. Terlebih, ia kaget dengan jalan pikiran John yang selalu berpikir sesaat. Jalan pikiran John berbeda dengan logika Jack. Suatu hari, mereka bertengkar, hanya karena tidak ada pemahaman tentang budaya, karakter, pembawaan keduanya. Mereka saling menyerang melalui rasisme budaya. Jack mengatakan bahwa, budayanya lebih baik, daripada budaya John.Â
Sebaliknya, John juga mengatakan demikian. Keadaan semakin memanas. Mereka pun memutuskan untuk pisah kontrakan. Kondisi yang dialami oleh Jack dan John merambah ke lingkungan di mana mereka tinggal. Mereka dikucilkan dari masyarakat. Mereka dicap sebagai manusia yang tak tahu budaya Nusantara.
Penulis merasa simpati dengan kisah kehidupan antara Jack dan John. Di mana, pikiran sesat yang terjadi di antara Jack dan John membawa bencana bagi mereka dan lingkungan sekitar. Akibatnya, mereka semakin terasing dari kehidupan sosial di sekitarnya.
Rasisme akan budaya orang lain masih ada di Republik ini. Padahal, manusia pada saat lahir tidak pernah memilih dari budaya mana. Namun, hanya karena masalah remeh temeh, manusia dikelompokkan berdasarkan warna kulit, budaya dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, hanya karena perbedaan pendapat, akhirnya perpecahan dan rasisme terjadi antara sesama saudara,senasib, dan seperjuangan di negara ini.
Berpikir benar dan lurus membawa keharmonisan dalam kehidupan di tengah budaya lain. Inilah solusi dari menata pikiran di tengah budaya lain. Mari kita berpikir benar dan lurus akan indahnya kebudayaan orang lain. Karena mutiara-mutiara tersembunyi dan berharga ada dalam setiap budaya sesama.